Keterlaluan2

284 34 5
                                    

Saat satpam yang bertugas menjaga pintu gerbang dan mengunci ruang sekolah langsung kaget saat melihat seorang gadis terbaring setengah badan di atas meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Saat satpam yang bertugas menjaga pintu gerbang dan mengunci ruang sekolah langsung kaget saat melihat seorang gadis terbaring setengah badan di atas meja.

"Neng, bangun, Neng!" ucap Satpam yang bernama Pak Maman itu.

"Eum ...." lenguh Ana sambil bangun dari atas meja Langit.

"Loh, Neng Anandhi tuh. Kenapa malah tidur di sini udah mulai mau magrib juga kenapa gak pulang, Neng?" tanya Pak Maman beruntutan.

"Hah!? Mau magrib?" kaget Anandhi seketika.

Pak Maman hanya menganggukkan kepala dengan eksperesi ikut terkejut melihat raut wajah Ana yang mendadak linglung.

"Gue nungguin Langit," lirih Ana.

"Wah ... nungguin Nak Langit? Orangnya dari jam tiga sore sudah pulang, Neng!" jawab Pak Maman yang mendengar lirihan Ana.

"Jadi Langit–" Ana tidak meneruskan ucapannya. Dengan segera dia berdiri dan memakai tasnya di atas pundak dan punggungnya.

"Kalo begitu makasih, Pak Maman sudah bangunin Ana. Ana permisi mau pulang," ucap Ana dengan kikuk.

"Iya, Neng. Hati-hati hari sudah mau malam," ucap Pak Maman.

"Iya, Pak!"

Setelah itu Ana langsung bergegas ke luar dari kelas Langit.

Ana langsung merogoh handphonenya yang berada di kantong tas belakangnya.

"Sial! Handphone gue pake acara lowbet lagi!" gerutu Ana.

Hari sudah semakin gelap dan dia baru saja berada di koridor lantai satu. Tak terasa setetes air mata Anandhi jatuh membasahi pipi mulusnya.

'Segitu teganya kamu sama aku Langit! Gak sadar kamu, aku juga cewek sama kek cewek yang lain, aku juga takut pulang sekolah malam dalam keadaan gelap! Bagaimana jika ada preman yang menjaga jalanku? Segitu tidak berharganya aku di matamu Langit, meski hanya sebagai seorang perempuan kau tetap tidak menghargaiku!' batin Anandhi dengan air mata yang terus mengalir.

"Jika dengan ini kamu berpikir aku menyerah, maka jawabannya tidak sama sekali! Lihat saja. Aku akan buat kamu yang jatuh cinta dan ngejar-ngejar aku, Langit!" monolog Anandhi dengan menghapus kasar air matanya.

Katakan saja Anandhi bodoh yang sudah diperlakukan Langit seburuk-buruknya masih mau mengejar cinta Langit?

Sungguh tekat yang kuat dan kekerasan kepala yang batu! Ya, Anandhi memang begitu. Akan tetapi tetap ingat perkataannya, ia akan mundur jika dia benar-benar lelah.

Anandhi sudah ke luar dari lingkungan sekolah dan lihatlah keapesannya sekarang? Hari mendung dan sebentar lagi hujan akan turun.

Dengan sedikit berlari kecil Anandhi mempercepat langkahnya agar tidak kena hujan. Namun, sayang sangat disayangankan karena hujan mulai turun membasahi bumi dengan derasnya.

Mengejar Cinta Langit (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang