Bab 1 : Awal

492 42 0
                                    

"Mencintaimu sama seperti aku melompat dari ketinggian. Entah, aku jatuh ke pelukanmu atau mungkin malah jatuh di bawah kakimu."
~Pena Na~


Bantu cerita ini dengan vote dan komen><

"Langit!" teriak gadis cantik dengan rambut terurai memakai bandu di atas kepalanya.

"Dipanggilin calon pacar tuh," ucap Kenzie dan Aldo yang memang sekarang sedang berdiri di samping Langit.

Sedangkan Langit berdecak kesal melihat kehadiran gadis yang sangat tidak diinginkan kehadirannya. Siapa lagi jika bukan Anandhi yang biasa dipanggil Ana.

Kenzo yang sedari tadi diam memperhatikan Ana yang kini sudah berada di depan Langit dengan senyum manis di bibirnya.

"Aku bawa bekal buat kamu," ucap Ana sambil memberikan kotak nasi yang berisi nasi goreng yang dibuat dengan tangannya sendiri.

Jangan salah tentang Anandhi, walaupun dia gadis yang ceroboh, pembuat onar, tapi dia tidak bisa diremahkan soal membuat makanan. Dia sudah belajar dari tahun kemarin sejak jatuh cinta kepada Langit membuat niatnya belajar memaksa agar bisa menjadi istri yang baik untuk Langit kelak.

"Gue gak mau!" tolak Langit mentah-mentah.

"Wes! Si bos, kalo dikasih jangan nolak rejeki itu. Gak baik nolak rejeki," celutuk Aldo yang dia angguki oleh Kenzie.

"Tapi aku buat dengan tangan aku sendiri," ucap Ana halus.

"Gue gak minta lu buatin!"

Setelah mengatakan itu Langit langsung pergi meninggalkan Anandhi yang tangannya masih menyondorkan kotak nasi. Namun, tidak dilirik sama sekali oleh Langit.

"Sabar ya, mending buat kita aja." Aldo dan Kenzie kembali berucap.

"Enak aja! Ini khusus buat Langit!" tegas Ana menatap tajam Aldo dan Kenzie.

"Ye, pelit!"

"Yuk, cabut!"

Aldo menepuk bahu Kenzie yang dibalas anggukkan Kenzie.

Kini hanya tinggal Kenzo dan Anandhi yang saling menatap ke arah kotak nasi yang Anandhi pegang.

"Gak capek tiap hari bawain Langit nasi?" tanya Kenzo pelan.

"Gak!"

"Kenapa gak nyerah aja sih?"

"Gue gak akan nyerah!"

Setelah mengatakan itu Anandhi dengan langkah angkuhnya meninggal Kenzo yang menatapnya penuh arti.

'Huh!'

Kenzo menghembuskan napasnya pelan. Sungguh walaupun Anandhi gadis yang sedikit bar-bar, tetapi dia juga gadis yang punya hati. Jika dia disakit pasti akan merasakan sakit yang sama seperti gadis lain pada umumnya. Namun, entah kenapa Anandhi masih saja mau mempertahankan perjuangnya sejak setahun yang lalu dan sampai sekarang pun tidak ada hasilnya.

Sekali lagi Kenzo mengamati kepergian Anandhi sebelum melangkah menuju kelasnya.

***

"Gimana Ana, si Langit terima gak nasinya?" tanya Gisel yang melihat Ana memegang kotak nasi di tangannya. Meski tahu jawabannya dia tetap bertanya. Aneh memang, tapi itulah Gisel suka bertanya meski jawabannya sudah di depan mata.

"Kek biasa ditolak," jawab Ana lesu sambil mendudukkan bukungnya di kursinya yang paling belakang.

"Kenapa gak nyerah aja sih?" tanya Stevi dengan kesal. Ya, dia begitu kesal melihat sahabatnya kembali bersedih, di mana usaha Ana dari pertama masuk kelas 2 SMA sampai masuk kelas 3 masih tidak dianggap oleh Langit.

Mengejar Cinta Langit (On Going)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz