Nomor Yang Kesekian

279 27 4
                                    

Kalo masih ada typo kasih tahu ya🙏Makasih^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalo masih ada typo kasih tahu ya🙏
Makasih^.^

"Ya Allah, Non. Kok, mukanya pucat begitu!?" Kaget Bik Asih yang baru saja berpapasan saat ingin membuang sampah ke depan.

"Gak papa, Bi," jawab Ana pelan sambil melanjutkan jalannya dengan langkah yang lesu.

"Tunggu sebentar ya, Non. Bibik mau buang sampah dulu." Usai mengatakan itu Bik Asih dengan segera berlari kecil membuang sampah ke depan pekarangan rumah.

Anandhi hanya diam tetap melanjutkan langkahnya menuju kamarnya. Dia benar-benar butuh istirahat yang banyak.

Saat sudah masuk rumah dengan segera Ana melepaskan sepatunya menaruhnya di rak khusus sepatu dan sendal.

"Kapan terakhir aku sakit dan ditemani Ibu?" gumam Ana bertanya pada dirinya sendiri saat melihat isi rumah yang begitu luas, tetapi sunyi.

"Non," panggil Bik Asih menganggetkan Ana dari lamunannya.

"Hm."

"Aku telepon nyonya dan tuan saja ya, Non. Siapa tahu mereka bisa pulang untuk merawat, Nona," ucap Bik Asik sambil berjalan menuju telepon rumah berada.

"Gak perlu, Bik!" tegas Ana menatap Bik Asih yang terus berjalan mendekati telepon rumah.

"Jangan seperti itu, Non. Bagaimanapun nyonya dan tuan orang tua nona, dia harus tahu keadaan anaknya." Nasihat Bik Asih. Membuat Ana urung sebentar pergi ke kamarnya.

Ana memilih berjalan mendekati Bik Asih yang sedang mencoba menelepon Ibu Ana.

Via telepon on.

"Hallo," ucap Bik Asih saat telepon sudah terhubung.

"Ada apa, Bik?" tanya seorang wanita yang tak lain adalah Kartika Ibunda Ana.

"Ini, Nya. Nona muda sedang sakit, mukanya pucat banget," jelas Bik Asih dengan sesekali menatap wajah pucat Ana.

"Hanya itu aja gak sampe masuk rumah sakit, kan? Paling demam bisa. Suruh aja istirahat! Udah ya bik, saya lagi sibuk!"

"Tapi, Nya?"

Tut ... tut ... tut ....

Via telepon off.

Kartika mematikan sepihak teleponnya. Sedangkan Bik Asih sekarang menatap Anandhi yang terlihat tersenyum kepedihan.

"Sudah Ana bilang, kan, Bik. Mereka sibuk gak ada waktu buat ngurusin Ana, bahkan jika Ana mati mereka juga gak akan datang ... mungkin." Usai mengatakan itu Anandhi berlari pelan menuju kamarnya yang berada di atas.

Bik Asih hanya bisa menunduk dengan sesekali melihat kepergian anak majikannya. Apa orang kaya memperlakukan anak mereka seperti ini? Mungkin tidak semua, tetapi zaman sekarang kebanyakkan ada yang seperti itu. Tak sesekali juga anak yang begitu melampiaskan kesepiannya dengan dunia bebas.

Mengejar Cinta Langit (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang