BB 4 : Seakan Baik-Baik Saja

276 28 1
                                    

'Hutf!'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Hutf!'

Ketiga gadis itu menarik napasnya setelah hukuman mereka benar-benar telah selesai.

Keadaan mereka tidak baik-baik saja, rok yang basah karena air, baju sekolah yang bermandikan keringat mereka sendiri dengan seragam sedikit kusut.

"Astaga capek banget gue," keluh Anandhi sambil mengipas-ngipaskan tangannya di depan wajah cantiknya.

"Gue juga capek," ucap Gisel melakukan apa yang sedang Anandhi lakukan.

"Kalo gue sih, capek juga. Enakkan latihan Karate seru dari pada bersih WC dapat  capek, iya! kagak ada seru-serunya!" Domel Stevi sambil mendudukkan dirinya di lantai.

Saat ini mereka berada di rootof.  Setelah tugas selesai mereka langsung pergi ke rootof sekolah untuk beristirahat sambil menikmati AC yang ada di ruang rootof.

"Tapi ada untungnya juga sih, kita sekarang dihukum karena kita gak perlu lagi ikut belajar. Sesekali bolos dengan izin guru BK kapan lagi coba?" celutuk Ana enteng.

"Bener juga sih, gue lagi males ikut pelajaran Bahasa Indonesia," ucap Gisel  menyetujui perkataan Ana.

"Kalo pemikiran kalian berdua gini terus kapan pintarnya kita, nakal boleh bodoh jangan. Soalnya terlalu miris sudah nakal ditambah bodoh, hidup lagi!" ucap Stevi.

"Heh, kita ini gak bodoh cuma otak kita ya emang segitu. Gini ya, orang bodoh itu bukan yang pandai pelajaran saja! Orang pintar itu orang yang bisa menghargai perasaan orang, bertindak bijak. Dan ya, bodoh itu orang yang gak bisa baca, tulis-menulis, berhitung. Nah, kalo kita masih bisa baca, tulis-menulis, berhitung artinya kita masih pintar cuma ya kita gak ngasah kemampuan otak kita sama kek teman yang lain." Ana berucap dengan panjangnya.

"Tumben lu pinter!" ucap Gisel dan Stevi bersamaan.

"Gue kan emang pintar, cuma gue males  aja ngasah otak," jawab Ana santai.

"Kenapa gak lu ngasah otak aja sih, biar pinter dan bisa dapatin hati Langit." Usul Gisel.

"Bener kata Gisel, Langit pan benci cewek bodoh nah kalo lu berubah pinter siapa tahu Langit bisa kesem-sem gitu," ucap Stevi.

"Jadi maksud lu berdua gue harus berubah jadi pintar demi dapatin Langit, gitu?" tanya Ana menatap kedua temannya.

Dan dengan tampang sok lugu Gisel dan Stevi mengangguk-anggukkan kepalannya.

"Ogah!" tolak Ana mentah-mentah.

Mendengar jawaban Ana membuat Gisel dan Stevi melongo tak percaya akan perkataan yang ke luar dari mulut Ana.

"Lu cinta gak sih, sama Langit?" tanya Gisel.

"Cinta, pake banget malahan!" jawab Ana cepat.

"Terus kenapa gak mau berubah demi Langit?" tanya Stevi.

Mengejar Cinta Langit (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang