Sakit

307 28 5
                                    

Tubuh Ana sekarang benar-benar lemah, bibir pucat, badannya menggigil kedinginan, rambut yang mulai mengering tapi tidak disisir sama sekali, mata bengkak dan memerah, pipi merah sedikit membengkak bekas tamparan ayahnya yang jelas sangatlah keras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tubuh Ana sekarang benar-benar lemah, bibir pucat, badannya menggigil kedinginan, rambut yang mulai mengering tapi tidak disisir sama sekali, mata bengkak dan memerah, pipi merah sedikit membengkak bekas tamparan ayahnya yang jelas sangatlah keras.

Sekarang Anandhi sudah mengganti bajunya dengan sweeter kebesaran berwarna putih miliknya dan celana terening (celana olahraga), tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini dia sedang demam. Akan tetapi, tetap diabaikannya, justrus dirinya sekarang berdiri di balkon kamar memandang langit malam yang dipenuhi cahaya bintang.

"Huft ...."

Entah keberapa kali sudah Ana menghembuskan napasnya. Banyak sekali beban dalam hidupnya tapi dia hanya bisa menanggungnya sendiri.

Bukan tidak percaya kepada sahabatnya untuk dirinya berbagi cerita hanya saja dirinya tidak mau jika suatu saat nanti orang-orang pergi meninggalkan dirinya setelah mengetahui kisah hidupnya.

Katakan Ana berpikiran terlalu jauh, tapi memang itulah yang ada dalam otaknya saat ini. Biarlah luka dan sakit dia tanggung sendiri karena dia percaya bahwa Tuhan sudah mempercayai dirinya kuat dengen mengirim banyak ujian hidup padanya.

Duduk di balkon kamar menatap langit malam membuat Ana merenungi kehidupannya. Entalah sampai kapan ini berakhir yang jelas dia harus lebih menguatkan fisik dan batinnya mulai sekarang.

Cantik fisik, memiliki bentuk tubuh yang sempurna dan lahir dari keluarga yang kaya raya tidak menjamin kebahagiaannya. Nyatanya kebanyakan hidup itu di luar ekspetasi manusia.

Sekarang Anandhi sadar, hidup sederhana dan fisik wajah biasa saja belum tentu buruk. Sederhana tapi penuh dengan kasih sayang jauh lebih indah daripada hidup kaya raya tapi jauh dari kasih sayang.

Fisik wajah biasa saja, jauh lebih indah dari pada cantik tapi yang dicintai fisik bukan hati yang tulus.

Betapa banyak cowok yang mengejar tapi semua hanya karena Ana cantik dan berasal dari keluarga yang berada. Coba saja bayangkan jika dia gadis cupu dan berasal dari keluarga miskin, jangankan suka berteman saja mungkin banyak yang ogah!

Itulah kenapa Ana tergila-gila kepada Langit, bukan soal ketampanan saja tapi dirinya yang tidak memandang Anandhi sebagai gadis cantik dan kaya raya, dia tetap menolak mentah-mentah Anandhi!

Soal Anandhi gadis bodoh, itu hanya alibi Langit, banyak gadis yang tidak sepintar Langit tapi Langit tidak pernah membencinya. Entahlah kenapa dengan Anandhi, Langit sangat benci? Huuh! Sangat tidak adil!

"Tunggu saja, jika kau suka sama aku, disaat itu aku sudah tidak suka kamu, Langit!" monolog Ana.

Dirinya begitu jengkel jika mengingat semua hinaan dan perkataan kasar Langit, tapi kenapa hatinya tidak bisa berpaling dari Langit?

Anandhi memilih kembali masuk ke dalam kamarnya, dirinya sudah tidak kuat menahan kedinginan di luar balkon kamarnya. Rasanya badan dan hatinya ingin remuk saja!

Mengejar Cinta Langit (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang