23. Tugas Akhir

2.8K 699 62
                                    

Gue bukanlah tipikal orang yang mudah grogi ataupun gugup untuk berdiri dan tampil di depan banyak orang. Gue nggak pernah keberatan dengan tugas sekolah semacam presentasi, membaca puisi atau bahkan bernyanyi sekalipun, pokoknya untuk tugas-tugas yang mengharuskan gue untuk tampil di depan publik. Itu karena gue tahu kalau gue mampu. 

Tapi enggak untuk tugas yang kali ini. Tugas nembang Bahasa Jawa. Gue benar-benar nggak sanggup. Gue lebih baik diminta untuk menyanyikan lagu bahasa asing seperti Bahasa Korea saja di depan umum, daripada disuruh nembang Bahasa Jawa. Gue benar-benar nggak mampu untuk hal yang satu ini.

Seminggu berlalu, gue rutin latihan nembang bersama Kakung. Diajarkan penyebutan kosa katanya yang benar, juga mencari tahu arti tembangnya supaya gue paham dengan apa yang gue nyanyikan ini. Lalu hari selanjutnya gue mulai latihan untuk menyanyikannya, sampai akhirnya H-2 gue baru latihan bersama dengan Renjun. Seluruhnya benar-benar gue lakukan dengan Kakung, karena gue hanya pernah dua kali saja latihan dengan Renjun, pada dua hari terakhir sebelum maju.

Berbeda dengan gue yang terlampau gugup, Renjun terlihat sangat santai. Selain karena dia ini pandai berbahasa Jawa, gue akui suara dia juga merdu. Gue tahu kualitas suara dia yang bagus semenjak gue ikut ekstrakulikuler tilawah. Juga saat latihan dengan dia kemarin, gue benar-benar mengakui kalau suaranya memang sangat bagus.

Sejujurnya banyak juga yang mengatakan kalau suara gue ini bagus. Kalau gue boleh percaya diri, gue juga menyadari fakta itu. Tapi tetep saja ini bahasa yang terlalu rumit, pun bukan hal yang gue suka juga. Dan untuk pertama kalinya gue merasa sangat gugup untuk sekadar tampil di depan publik saja.

Yang lebih parahnya lagi adalah, Pak Widodo melaksanakan ujian praktek ini di aula sekolah. Katanya sengaja supaya bisa ditonton oleh kelas lain dan mungkin juga oleh para Guru. Karena itulah tingkat kegugupan gue jadi semakin memuncak.

Nilai ujian praktek ini sangat penting untuk melengkapi nilai raport. Pak Widodo mengatakan bahwa beliau akan mengambil nilai raport mata pelajaran Bahasa Jawa itu 50% dari tugas, 20% dari UKK dan 30% dari tugas akhir ini. Apalagi untuk gue yang nggak pintar berbahasa Jawa, nilai tugas akhir ini sangat bisa gue gunakan untuk menunjang nilai tugas dan nilai UKK Bahasa Jawa gue yang sudah gue prediksi akan berada jauh dibawah KKM bahkan sebelum UKK itu dilaksanakan.

"Njun, gue minta maaf ya kalau misalnya nanti hasilnya jelek gara-gara gue."

Pagi ini kami sudah duduk rapi di dalam aula sembari menunggu Pak Widodo memulai presentasi tugas akhir ini. Semua murid kelas XI IPA 3 yang berjumlah kurang dari 30 anak ini diminta duduk urut sesuai presensi, yang secara tidak langsung berdampingan dengan pasangannya.

Belum juga mulai nembang, siswa-siswi dari kelas lain yang mungkin kebetulan sedang kosong jadwalnya, sudah mulai merangsek masuk ke aula, merasa perlu untuk menonton. Melihat banyaknya siswa yang berdiri di dekat aula, membuat gue lagi-lagi meremas tangan karena saking gugupnya.

Ada beberapa kelas yang diampu oleh Pak Widodo, dan kebetulan kelas gue menjadi kelas pertama yang melakukan ujian praktek nembang ini. Mungkin murid kelas lain yang diampu juga oleh Pak Widodo memutuskan untuk menonton sekalian mencari referensi untuk giliran mereka maju besok.

"Bismillah aja Risa." jawabnya santai.

Gue menggenggam erat tangan gue sendiri sambil melafazkan Basmallah dalam hati.

"Lo nggak deg-degan apa?" tanya gue.

Renjun menoleh. "Dikit,"

Lima menit kemudian, Pak Widodo akhirnya memulai pelaksanaan tugas akhir ini. Tanpa banyak basa-basi, beliau langsung memulai pelaksanaantugas akhir ini setelah menyebutkan beberapa kriteria penilaiannya lalu memberi semangat dan mulai memanggil kami urut sesuai presensi. Setidaknya gue bisa sedikit lega, gue dan Renjun ada di urutan absen 19 dan 20, masih lumayan lama.

Ada Sesuatu di Jogja (Renjun Lokal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang