18. Bincang Santai

2.6K 620 30
                                    

Kami sekeluarga besar yang tadinya berencana akan pergi jalan-jalan harus gagal karena tiba-tiba saja hujan turun dengan sangat deras. Sejak pagi tadi cuaca di sini memang sedang nggak bersahabat, diawali dengan mendung gelap dan berakhirlah turun hujan seharian. Padahal dari kemarin cuacanya panas banget.

Sehari setelah hari kurban kemarin, Papa ternyata pulang ke Jogja. Meskipun hanya diberi waktu libur dua hari dari kantornya, tapi Papa memutuskan untuk mengunjungi gue di sini. Nggak masalah cuma dua hari, seenggaknya gue bisa bertemu Papa setelah hampir sebulan nggak ketemu.

Kami memutuskan untuk mengganti rencana jalan-jalan itu dengan membuat barbeque-an bersama di halaman belakang rumah Kakung. Setelah seharian diguyur hujan, syukurnya malam ini langitnya cerah dan ditaburi dengan banyak bintang.

Semuanya sibuk dengan bagian tugasnya masing-masing. Gue dan Tante Aisyah bagian menyiapkan daging, sosis dan juga jagung yang akan dibakar. Sedangkan Papa, Lucas, Arga, dan Om Yusuf bagian memanggangnya. Lalu Kakung dan Uti cukup duduk dan menunggu makanannya siap.

Nggak perlu heran, Lucas memang selalu ikut kami untuk lebaran di Jogja setiap tahunnya. Maksudnya dua tahun ini semenjak dia memutuskan masuk Islam. Dia sama sekali nggak punya saudara muslim, semua keluarganya penganut Agama Katholik. Apalagi orang tuanya juga belum bisa menerima kepercayaan Lucas yang sekarang, jadi dia benar-benar nggak punya keluarga yang bisa diajak berbagi kebahagiaan di hari raya ini. Lagi pula nggak masalah, Lucas juga sudah dianggap seperti keluarga sendiri oleh kami semua.

"Lucas nanti mau lanjut kuliah apa kerja?" Pertanyaan itu lolos dari mulut Om Yusuf yang sedang sibuk membakar daging.

Lucas menoleh, dia juga sedang membolak-balik daging di sebelah Om Yusuf. "Maunya langsung kerja, Om." Lucas menjawab tanpa keraguan.

"Bagus. Lulus SMA nggak mesti harus kuliah, kalau mau langsung kerja dan membantu orang tua itu juga nggak kalah bagusnya." jelas Om Yusuf sambil menepuk pundak Lucas dengan bangga.

Lucas tersenyum. "Iya, Om. Lucas pengen punya bengkel sendiri."

"Keren!" Om Yusuf mengacungkan jempol kanannya. "Om doakan semoga terwujud, ya. Apapun kerjanya asal itu halal in shaa Allah berkah, Cas." terang Om Yusuf.

"Aamiin. Makasih, Om." balas Lucas sambil memamerkan senyum lebarnya. Menurut gue senyum Lucas itu manis seperti senyumnya Na Jaemin.

Oh iya, kalian jangan membayangkan kalau Lucas sahabat gue ini seperti Lucas WayV, ya. Beda. Namanya memang sama-sama Lucas, tapi kepribadiannya menurut gue sangat jauh berbeda. Lucas yang ini menurut gue sifatnya lebih mirip dengan Jung Jaehyun. Kadang-kadang dia bisa jadi orang yang pendiam, tapi kadang-kadang juga bisa jadi orang yang berisik. Dan sayangnya wajah tampannya itu tertutup dengan kelakuannya yang super random itu.

"Lo gimana, Ga?" tanya Lucas kepada Arga yang sedari tadi hanya mendengengarkan Ayahnya mengobrol dengan Lucas.

"Tau tuh anaknya," Om Yusuf malah menggendikkan bahunya, mendahului Arga yang hendak menjawab. Yang ditanya siapa yang jawab siapa, dasar Om-Om. "Suka beruba-ubah. Dulu pas masih kelas 10, katanya pengen jadi Dokter. Terus naik kelas 11, katanya mau langsung kerja aja. Eh, sekarang udah kelas 12 beda lagi, Om lihat-lihat dia sering belajar Fisika sama Matematika katanya mau masuk Teknik Elektro." lanjut Om Yusuf sambil menggelengkan kepalanya merasa heran.

"Lah? Kapan aku pernah bilang mau jadi Dokter, Yah?" sergah Arga.

"Ada ya.. dulu, pas kamu masih kelas 10 pernah bilang kok ke Ayah." timpal Om Yusuf tak mau kalah.

"Aku cuma bilang kalau pengen ngerasain kuliah Kedokteran. Bukan mau jadi Dokter, Yah." ucap Arga bersungut-sungut.

"Kuliah Kedokteran kalau nggak jadi dokter terus mau jadi apa? Guru, gitu?" balas Om Yusuf terkekeh.

Ada Sesuatu di Jogja (Renjun Lokal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang