11. Practice

454 72 1
                                    

"Lix, latihan yuk," ajak Jisung.

Felix yang sedang memakan tteobokki, langsung menoleh ke arah Jisung, dan mengangguk.

"Ya sudah. Ganti baju dulu. Aku tunggu di depan."

Felix langsung melesat menuju kamarnya. Ia tidak ingin membuat Jisung harus menunggu lama.

~Dream~

"Eh, Jisung? Mau kemana?"

Jisung yang sedang melamun di depan pintu rumah, langsung mengerjap, dan menoleh ke arah sumber suara.

"Eh, Kak Minho. Mau latihan," jawab Jisung.

"Felix ikut?"

Jisung mengangguk. "Felix ikut."

"Jaga Felix. Jangan sampai dia lari lari," pesan Minho sebelum memasuki rumah.

Jisung hanya mengangguk, mengiyakan.

Tak lama kemudian, Felix keluar dari rumah.

"Ayo, Ji."

Kedua anak kembar itu berjalan ke arah lapangan basket dekat rumah mereka.

Sesampainya di lapangan basket, terlihat ada beberapa anggota tim yang sudah terlebih dahulu sampai di sana.

"Kak Jisung!" panggil salah satu dari 3 orang yang sudah berkumpul di sana.

Jisung hanya menoleh, dan mengangguk.

"Siapa, Sung?" tanya Felix penasaran.

"Teman," jawab Jisung singkat.

"Ya, maksud Felix, namanya siapa?" tanya Felix lagi.

"Yang Jeongin."

Felix hanya mengangguk, dan mengekori Jisung.

Saat Felix dan Jisung hampir sampai di tempat yang dimaksud, terlihat ketiga orang itu berbisik bisik, entah apa yang mereka bisikan itu. Yang jelas, Felix tahu bahwa mereka sedang membicarakannya.

Jisung terlihat merapat ke arah Felix. "Jangan pikirkan ucapan mereka. Mereka hanyalah orang gila yang berusaha untuk terlihat normal," bisik Jisung.

Felix tersenyum tipis. Memang, Jisung itu adalah kakak yang terbaik kedua, setelah Minho.

"Itu Felix?" tanya remaja yang paling tinggi di antara yang lainnya.

"Iya," jawab Jisung singkat. Ia masih kesal dengan remaja itu, disebabkan kejadian beberapa hari yang lalu.

Tak lama kemudian, anggota tim yang lainnya pun berdatangan.

Kini, semuanya sedang bersiap untuk latihan.

Felix sebenarnya ingin ikut latihan, tapi ia ditahan oleh Jisung. Ya, mau bagaimana lagi? Ia tidak mungkin melawan kakaknya itu.

Akhirnya, Felix hanya memandangi yang lainnya latihan sambil latihan dribble di pinggir lapangan.

30 menit kemudian, Jisung dan yang lainnya istirahat sejenak. Dan tentu saja kesempatan ini tidak disia siakan Felix.

Felix meminta izin kepada sang kakak untuk menggunakan lapangan sebentar. Jisung pun langsung mengizinkan Felix, walaupun dengan syarat, Felix tidak boleh berlari lari.

Kini, Felix berada di area tiga angka. Semua mata pun tertuju kepadanya, menyaksikan aksi seorang Lee Felix.

Felix men-dribble bola tersebut sejenak. Dirasa sudah cukup yakin, Felix mengarahkan bola tersebut ke arah ring, dan men-shoot.

Bola meluncur dengan cepatnya ke arah ring, dan masuk.

Jisung tersenyum, dan mengacungkan jempolnya ke arah Felix. Sedangkan yang lainnya hanya bengong di tempat.

Felix sendiri juga tidak percaya bahwa bola tersebut masuk ke dalam ring.

Dari semua orang yang hadir di sana, ada dua orang yang terlihat berbisik bisik masih dengan tatapan kagum.

Ya, siapa lagi kalau bukan Hwang Hyunjin dan Yang Jeongin.

Felix meraih bola yang memantul mantul ke arahnya. Dengan sigap, Felix kembali mengarahkannya ke arah ring. Dan lagi lagi, bola itu masuk tanpa hambatan.

~Dream~

Jisung memandangi Felix yang terlihat sedang men-dribble bola basket buluk miliknya.

"Kamu tidak kenapa napa, kan?" tanya Jisung memastikan. Dia tidak mau penyakit Felix kambuh.

"Tidak. Aku baik baik saja," jawab Felix sambil kembali men-shoot.

"Jangan terlalu bersemangat. Nanti penyakitmu kambuh, yang repot aku dan Kak Minho," pesan Jisung.

Felix tersenyum tipis, dan menatap kakaknya sejenak. "Tenang... Semuanya masih aman terkendali."

Jisung tersenyum kecil, dan mengacak rambut Felix. Dan tentu hal itu membuat sang adik mengomel.

Jisung mendongak, menatap langit yang sudah dipenuhi awan awan hitam. Sepertinya hujan akan segera turun.

"Lix, kita pulang sekarang," ajak Jisung.

Tanpa menunggu persetujuan sang adik, Jisung langsung menarik tangan Felix agar anak itu mengikutinya.

Felix mengikuti Jisung sambil ngedumel tidak jelas.

~Dream~

Di tengah jalan, hujan mulai membasahi bumi, membuat kedua saudara kembar itu panik. Hampir saja Felix akan berlari, kalau saja tidak Jisung tahan.

"Kak, gimana ini? Masa kita mau hujan hujanan?" tanya Felix panik.

Jisung terdiam. Dia masih berpikir. Kalau lari, tentu itu akan berakibat fatal terhadap sang adik. Tapi, kalau tidak lari, mereka pasti akan kehujanan.

Sebuah ide muncul di otak Jisung. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, remaja itu berjongkok di depan sang adik, dan mengambil kedua tangan adiknya, dan meletakkannya di pundaknya.

Felix terlihat bingung ketika sang kakak menggendongnya. "Kak, ngapain?"

"Sudah. Jangan banyak omong," jawab Jisung.

Felix hanya pasrah saat sang kakak menggendongnya, dan berlari menerobos hujan yang cukup lebat.

~Dream~

"Sudah jam 6 sore. Kenapa tuh dua bocah belum pulang?" tanya Minho sambil terus memperhatikan jam yang menggantung di dinding.

Minho terlihat sangat gelisah. Takut kedua adiknya kenapa napa.

Remaja itu akhirnya memutuskan untuk menjemput adiknya. Tak peduli jika harus menerobos hujan yang cukup lebat itu.

Baru saja Minho akan keluar rumah menggunakan motor Scoopy merahnya, kedua adiknya pulang dengan keadaan basah kuyup.

Tanpa banyak bertanya, Minho mempersilahkan kedua adiknya untuk masuk rumah. Dia tidak mau mempermasalahkan banyak hal.

Dream [Jilix ft. Minbin] ✔Where stories live. Discover now