13. Stop it

451 60 0
                                    

"Jisung, tidak mau makan dulu?" tanya Felix saat melihat siluet seseorang yang ia kenal berjalan melewati kelasnya.

Siluet itu berhenti sejenak di depan kelas Felix sambil celingak celinguk mencari suara yang memanggilnya.

"Hei, aku di sini!" seru Felix lagi, membuat Jisung berlari ke dalam kelas untuk memastikan kalau itu benar benar dia.

"Oh, ternyata kamu. Aku kira penunggu sekolah ini," kata Jisung sambil melangkah mendekat. "Ada apa?"

"Kamu tidak makan dulu?" tanya Felix, mengulangi pertanyaan yang sama.

Jisung menggeleng pelan. "Aku tidak bisa makan sekarang. Ada rapat dadakan di taman belakang sekolah," jawab Jisung.

"Oh... Rapat apalagi? Bukannya rapatnya sudah selesai?"

"Rapat yang lainnya lagi. Entah rapat apa."

"Oke. Tapi jangan lupa makan bekalnya, ya."

"Iya, Felix. Tenang saja."

Jisung pun kembali berjalan menuju ke tempat yang diminta oleh teman teman setim-nya. Ya, di taman belakang sekolah.

Kini, hanya tersisa Felix di dalam kelas. Yang lainnya sudah pergi ke tempat yang diinginkan masing masing. Ada yang ke kantin, ada yang ke lapangan, ada yang ke perpustakaan, ada pula yang sekedar mendinginkan tubuh di ruang komputer.

Remaja bermarga Lee itu terlihat sangat bosan. Berulang kali Felix itu melongok keluar kelas untuk melihat keadaan luar.

"Jisung kemana? Kok belum balik balik? Rapatnya, kan gak mungkin lama selama ini," gumam Felix.

Felix pun akhirnya memutuskan untuk pergi menyusul Jisung. Mungkin saja Jisung tersesat di halaman sekolah.

Suasana sekolah memang sedang sangat ramai. Siswa siswi berkeliaran dimana mana sambil bercengkrama dengan satu sama lain.

"Aku iri dengan mereka," gumam remaja itu sambil memperhatikan teman temannya yang sedang asyik mengobrol.

Tanpa Felix sadari, kini dia sudah berada di taman belakang sekolah. Tempat yang biasa digunakan untuk rapat bagi para siswa.

Keadaan taman belakang sangatlah sunyi. Tak ada tanda tanda kehidupan di sana.

Felix yakin tim basket Jisung sudah selesai rapat sejak tadi. Lalu, Jisung pergi kemana?

"YAK! KAMU PIKIR KAMU SIAPA? BERANI BERANINYA BERTINDAK TANPA PERSETUJUANKU!"

Baru saja Felix hendak melangkahkan kaki pergi dari tempat itu, tiba tiba terdengar suara bentakan yang samar samar dari tempat itu. Dengan segera, Felix berjalan ke arah sana untuk memastikan keadaan baik baik saja.

Dengan secara mengintip intip, Felix dapat melihat di sana ada Jisung dan teman temannya sedang berunding di sana.

Sekilas terlihat seperti tidak ada yang terjadi, padahal sebenarnya di sana sedang tidak baik baik saja.

"Kenapa?" Suara Jisung terdengar menggema di sana.

"Kenapa kamu tanya? Sudah jelas, dia tidak pantas untuk masuk tim. Lagipula, dia memang bisa apa?"

Felix rasa dia tidak ada sangkut pautnya dengan semua ini, maka dari itu dia hendak menjauh dari tempat itu. Mungkin saja mereka sedang berunding tentang sesuatu yang tidak seharusnya ia tahu.

Tapi kata kata selanjutnya membuat Felix menghentikan langkahnya.

"Lee Felix itu tidak bisa main basket, Han Jisung! Dan dia memang tidak ditakdirkan untuk bermain basket! Sudah berapa kali aku bilang ini kepadamu?"

Felix terdiam di tempat. Ia masih tidak menyangka, bahwa ini semua tentangnya.

Entah keberanian dari mana, Felix memutuskan untuk angkat bicara, walaupun dengan jarak yang cukup jauh.

"Memang aku tidak bisa main basket. Dan masuknya aku ke dalam tim memang bukanlah keinginanku. Aku tahu aku memang tidak ditakdirkan untuk bermain basket. Aku tahu semua itu. Kalian tidak perlu mengatakan itu dua kali, karena aku sudah tahu!"

Setelah Felix selesai berbicara, remaja itu langsung bergegas ke kelasnya.

~Dream~

"Memang aku tidak bisa main basket. Dan masuknya aku ke dalam tim memang bukanlah keinginanku. Aku tahu aku memang tidak ditakdirkan untuk bermain basket. Aku tahu semua itu. Kalian tidak perlu mengatakan itu dua kali, karena aku sudah tahu!"

Semuanya kaget saat mendengar suara itu. Suara orang yang sedang mereka bicarakan.

Semua kaget? Tentu tidak. Jisung tentu saja tidak kaget. Jisung sudah tahu bahwa Felix menguping pembicaraan itu.

"Well... Okay, kalau kalian tidak menginginkan kehadiran Felix di dalam tim. I'm okay with that," ucap Jisung, membuat yang lainnya memasang wajah kaget. 

"Tapi... Kalau dipikir pikir lagi... Sepertinya orang orang seperti kalian lah yang tidak pantas berada di dalam tim. Memang kalian pintar dalam bermain basket, tapi dalam kekompakan, apakah kalian pintar dalam hal itu?"

Semua terdiam. Mulai mengintropeksi diri.

"Berhenti menilai orang dari satu sudut pandang. Kalian mungkin tidak tahu apa apa tentang Felix, tapi aku tahu. Aku tahu kalau Felix punya potensi dalam basket," lanjut Jisung.

"Dan itulah salah satu hal yang ingin aku membuktikan kepada kalian nanti." Jisung pun melangkah pergi dari tempat terkutuk itu.

Kalau saja bukan karena kewajiban, tentu Jisung tidak akan datang ke rapat dadakan itu.

Sungguh rapat semacam itu hanya membuang buang waktunya saja.

Dream [Jilix ft. Minbin] ✔Where stories live. Discover now