32. The Story

591 46 1
                                    

"Akhirnya!!! Kita serumah lagi, Sung!" seru Felix sambil memeluk Jisung yang sedang membereskan kopernya di dalam kamarnya.

Jisung tersenyum, dan mengangguk. "Untung aja, Kak Brian ngizinin. Coba kalau enggak, kita gak bakalan serumah lagi," sahut Jisung, membuat Felix mengangguk.

Ya, sepulang mereka dari Songdo Central Park, Jisung langsung meminta izin kepada Brian untuk tinggal di rumah keluarga Lee. Dan Brian ternyata mengizinkan Jisung dengan syarat, yaitu Jisung harus sering sering main ke apartemennya Brian.

Sebelum Jisung balik ke rumah keluarga Lee, Jisung sudah menitipkan Brian Kepada Jae dan Wonpil, orang tuanya Seungmin. Jadi, selama Jisung tidak bersama Brian, bisa dipastikan Brian akan baik baik saja.

Tak lama kemudian, Jisung dn Felix turun ke lantai dasar. Mereka mau makan, karena seharian ini belum makan sama sekali.

Di dapur, sudah ada dua curut yang lagi sibuk dengan masakan. Minho lagi nyuci piring, sedangkan Changbin lagi masak tteobokki.

"Yooo, makanannya udah siap?" tanya Felix sambil berlari ke arah dapur.

Minho langsung menoleh, dan tersenyum. "Belum, Lix. Lagi dalam proses."

Felix langsung cemberut. Perutnya udah gak kuat untuk menahan gejolak kelaparan di lambungnya.

"Tunggu sebentar, Lix. Bentar lagi matang, kok," ucap Jisung, menghibur Felix.

Felix mengangguk lesu. Tenaganya sudah habis, karena belum diisi.

"Btw... Sambil nunggu Changbin selesai masak, Jisung mau ceritain kejadian di rumah sakit," ucap Minho, membuat Jisung melotot.

"Kak!! Kan, aku bilang, aku gak janji...," gerutu Jisung sambil mengembungkan pipinya, membuat Felix sontak menguyel uyel pipi gembil itu.

"Halah.. Cuma cerita doang, apa susahnya?"

Jisung menghela napas pasrah, dan mengangguk. "Iya, iya... Aku ngalah," ucapnya dengan nada lesu.

Flashback...

Brian masih senantiasa menunggui Jisung yang masih menangis.

"Kak... Felix bagaimana?" tanya Jisung setelah dirinya berhasil menguasai air matanya.

Brian terdiam sejenak, dan kemudian angkat bicara. "Kayaknya gak baik baik saja, Sung... Minho dan Changbin tadi nangis di depan pintu UGD. Kayaknya lumayan parah," jelas Brian, membuat Jisung merasa bersalah.

Tak lama kemudian, muncullah seorang suster masuk ke dalam ruangan ICU.

Jisung dengan segenap keberaniannya, langsung bertanya ke suster itu mengenai kondisi Felix.

"Pasien Felix membutuhkan donor jantung secepatnya. Kemungkinan nyawanya terselamatkan sangatlah sedikit, jika tidak ada pendonor dalam 24 jam," jelas suster itu, membuat Jisung kembali menangis.

Melihat Jisung menangis membuat Brian ikutan menangis. Senyuman Jisung itu memang menular, begitupula dengan tangisannya.

"Kak... Aku saja ya, yang mendonorkan jantungku untuk Felix. Aku, kan yang membuatnya menjadi seperti ini," pinta Jisung kepada Brian.

Brian langsung menggeleng heboh. Like, dia baru saja ketemu sama Jisung, lalu sekarang mau ditinggalin? Tidak semudah itu!

"Kamu mau ninggalin kakak?" tanya Brian kepada Jisung.

Jisung terdiam sambil menelisik wajah Brian.

"Bukan begitu, kak....," bantah Jisung dengan wajah melas. "Tapi, kan... Nyawa dibayar dengan nyawa, nyawa Felix, aki bayar dengan nyawaku. Jadi impas."

"No! No! No!"

"Tapi, kak...."

Brian kembali menatap sang adik yang hendak menangis untuk sekian kalinya.

"Jisung sudah gak kuat. Jisung mau menyerah saja...," ucap Jisung sambil memeluk Brian dengan erat. "Keberadaan Jisung di sini cuma menambah susah kakak sama yang lainnya."

Brian kembali menggeleng sambil menangkup pipi Jisung. "Kamu gak nyusahin, Ji..."

"Tapi Jisung tersiksa, kak! Mendingan Jisung mati sekarang, daripada harus kesakitan terus menerus!"

Brian kembali menggeleng. "Memangnya kamu tega? Kamu tega mau ninggalin kakak dengan beribu ribu rasa bersalah?" tanya Brian. "Kamu mau kakak ikut sama kamu ke alam baka?"

Jisung menggeleng. "Kakak gak usah ikut ikutan. Cukup Jisung saja yang pergi, kakak gak usah."

Brian menghela napas peln, dan menatap Jisung lekat lekat. "Sekarang kamu janji. Janji gak bakalan ninggalin kakak-"

"Enggak mau-"

"Kakak bakalan bayarin biaya operasi Felix, dan mencarikan pendonor yang tepat untuknya," tambah Brian, membuat Jisung melotot.

"Tapi, kak..."

"Gak ada tapi tapian."

Jisung langsung bungkam seribu bahasa. Brian sangat menakutkan, dia tak berani untuk membantahnya.

"Dan satu lagi." Brian menatap Jisung dengan senyuman kecil di bibirnya. "Kamu gak akan merasakan sakit lagi, Sung. Kamu akan sembuh sebentar lagi."

"Maksud kakak?"

"Kakak udah ketemu sama pendonor yang cocok untukmu. Jadi kamu tinggal dioperasi aja."

Jisung langsung memeluk Brian lagi dengan tubuh yang gemetar. "Aku takut, kak... Aku takut. Gak mau dioperasi!"

Brian kembali mengelus rambut Jisung, dan tersenyum. Senyum yang sangat menenangkan bagi Jisung.

"Kamu akan baik baik saja, Sung."

Jisung hanya mengangguk kecil. Brian pun tersenyum karenanya.

"Aku mau dioperasi dengan syarat, data pendonor untuk Felix dipalsukan dan diganti dengan namaku."

Brian mengernyitkan keningnya bingung. "Kenapa?"

"Memangnya aku masih punya muka untuk menampilkan diri di depan Felix dan Kak Minho, setelah aku hampir membunuh Felix?"

Brian tak punya pilihan lain, selain menuruti keinginan Jisung. Itu hanyalah satu satunya jalan yang harus ia pilih. Walaupun nantinya harus membuat Minho, Felix, serta Changbin sedih dan kecewa berat.

"Baiklah kalau begitu."

Flashback off

Dan ya, di chapter sebelumnya, Brian itu pergi karena ada urusan, sebenarnya urusannya itu untuk mencari pendonor yang cocok untuk Felix.

Dream [Jilix ft. Minbin] ✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt