Tiga

134 14 6
                                    

Ayo lanjut guys,

Udah siap liat mereka ketemu kembali.





Sudah seminggu yang lalu Mark mengirim seorang detektif swasta yang mahir ke London untuk memata-matai Dong Injun atau Dong Renjun alias Qian Renjun berbekal sedikit informasi dari Johnny saat ia masih di Jepang. Dan kabar yang di dapatnya
sangat mengejutkan. Renjun ternyata masih seorang mahasiswa NYU jurusan perkembangan anak dan ia membiayai kuliahnya dengan gaji sebagai barista padahal seharusnya di usianya yang sekarang Renjun semestinya sudah lebih dari setahun menikmati waktu sebagai sarjana. Selain itu, Renun selalu berada di sisi ibunya sebagai Dong Injun dan Kun sama sekali tidak mengenali anaknya setiap kali bersamanya di Coffee Shop dimana Renjun bekerja sekarang?

Dalam sebuah foto yang difax hari ini, Mark dapat membayangkan kalau wanita itu, Renjyn adalah seorang perempuan yang tomboy. Di dalam foto itu, gambar Renjun di ambil setengah badan dan terlihat menggunakan Apron putih melapisi kostum baristanya. Rambut bergelombangnya yang di ikat asal- asalan ke belakang seolah-olah menggambarkan bahwa wanita itu adalah pribadi yang gemar bertindak sesukanya.

Mark memijat keningnya sekali lagi. Bagaimana bisa dirinya kembali berurusan dengan Renjun padahal sudah begitu lama gadis itu menghilang dari hidupnya. Renjun
meninggalkannya di saat Mark sangat mencintainya, dan sekarang gadis itu adalah tanggung jawabnya hingga semua warisan dari mendiang Kun jatuh ke tangannya secara mutlak.

Begitu tiba di London, Mark sama sekali tidak ingin buang waktu lebih banyak. Waktu istirahatnya hari ini benar-benar ingin di gunakanya untuk menemui seseorang Renjun. Malam sudah hampir tiba dan berdasarkan informasi yang didapatnya, Renjun akan memulai jam kerjanya beberapa menit lagi. Mark memilih duduk di pojok ruangan dan memesan secangkir
Ekspresso pekat untuk menemaninya menanti. Ia berusaha menghadirkan kembali wajah gadis itu, Renjun dengan rambut bergelombangnya yang berwarna hitam pekat seperti yang di lihatnya di foto mungkin akan segera datang dan memasuki pintu itu.

Itukah dia? Bisik Mark. Seorang wanita dengan ciri seperti yang di lihatnya di foto masuk ke dalam coffee shop dengan attitude yang anggun. Matanya, hidungnya, bibir, juga rambutnya sama persis. Tapi wanita itu tidak seperti yang sudah Mark duga sebelumnya. Renjun datang dengan seragam barista-nya yang berbentuk kemeja putih dengan beberapa ornamen coklat yang sangat pas dengan tubuhnya. Ia menggunakan rok mini dan sepatu
ber- hak tinggi yang membuat dia tidak terkesan tomboy sama sekali. Mark tersenyum kecut. Penampilan Renjun sama sekali tidak seperti dugaannya, gadis itu menunjukkan kalau dirinya adalah wanita sejati yang juga menyukai fashion dan high heels.

“Sista, cepatlah! beberapa pelangganmu sudah menunggu.”

Teriak seorang pria muda kepadanya. Dengan tangkas Renjun masuk kedapur dan keluar dengan menggunakan Apron bermerek sama dengan papan nama Coffee Shop di depan. Wanita itu mendekati beberapa orang pelangganya dengan ramah. Beberapa di antaranyaadalah orang-orang yang sudah datang lebih dulu sebelum Mark tapi mereka belum memesan apa-apa hingga Renjun mendekatinya.

“Sediakan aku sesuatu yang terbaik dari racikanmu malam ini, Renjun!” Wanita setengah baya dengan penampilan super elit itu juga sudah datang sejak tadi. Dia menunggu Renjun hanya untuk mencicipi kopi buatanya.

“Semua racikanku adalah yang terbaik.”

“Kalau begitu bawakan aku satu di antaranya!”

“Tidak adakah pesanan yang lebih spesifik, Maam? Capuchino?
Ekspresso? Original…”

“Aku serahkan kepada ahlinya!” Potong wanita itu. “Kau
harusnya tau apa yang terbaik disajikan untuk wanita tua
sepertiku pada malam hari seperti ini!”

“Baiklah, mohon kesediaanya untuk menunggu!”

Renjun lalu memberikan senyum terbaiknya sebelum akhirnya ia kembali kedapur dan melewati Kent begitu saja. Mark mengerjapkan matanya beberapa kali seakan tak percaya. Mark mengingatkanya pada seseorang yang sudah di carinya sekian lama. Tapi benarkah? Ia masih belum yakin dan masih harus melihatnya sekali lagi.

Butuh beberapa menit bagi Mark untuk menunggu Renjun keluar dari dapurnya. Gadis itu membawa nampan berisi sebuah teko kaca berukuran sedang yang di penuhi teh hijau dengan sebuah cangkir dan beberapa bungkus gula non kolesterol. Kelihatanya Renjun cukup membuat wanita tua itu terperangah karena Renjun membawa sesuatu yang jauh dari dugaanya.

“Bukankah aku memesan kopi?” Tanya wanita tua itu.

“Maam, kau memesan salah satu dari racikan terbaikku. Dan ini juga racikan terbaikku yang kubuat dengan sepenuh hati. Teh lebih baik untukmu malam-malam begini.” Dia tersenyum lalu mendekatkan punggung tangan kemulutnya sambil berbisik.

“Kopi bisa membuatmu terserang insomnia!”

Wanita tua itu kemudian tertawa, Mark juga tersenyum. Cara yang menarik untuk mendapatkan hati pelanggan, sekarang Mark mengerti mengapa sangat banyak orang yang menunggu Huang Renjun untuk melayaninya. Gadis itu pasti sudah memperhitungkan segala resiko yang bisa di dapat seorang perempuan tua bila harus minum kopi pada malam hari seperti sekarang. Teh hijau sama sekali tidak masuk kedalam menu dan dia menyajikanya hanya untuk wanita itu saja.

“Sis, laki-laki itu memanggilmu.” Seorang pelayan muda lain berbisik kepada Renjun.

Renjun memandang sekilas kearah seorang pemuda misterius yang duduk di dekat pintu masuk. Binar matanya perlahan meredup, tapi ia masih berusaha menyembunyikanya dengan memberikan senyum kepada pelanggan wanita yang sekarang berada di hadapanya sebelum akhirnya Renjun mengatakan kata
‘selamat menikmati’ dan pergi.

Tidak banyak yang bisa Mark tangkap. Suara Renjun tidak dapat di dengarnya dengan jelas dalam jarak yang jauh. Yang pasti ia bisa melihat kalau wanita itu berusaha menyapa laki-laki yang memanggilnya melalui pelayan tadi dengan ramah. Tapi laki-laki itu sama sekali tidak terlihat menggerakkan bibirnya, ia hanya
mengeluarkan beberapa lembar uang dan meletakkanya di atasmeja. Dalam beberapa detik laki-laki itu sudah berdiri dan meninggalkan Renjun tanpa memandangnya sama sekali. Mark memperhatikan laki-laki itu dengan seksama. Rambutnya yang panjang berwarna coklat tua yang setengahnya ditutupi oleh topi yang menyembunyikan wajahnya. Laki-laki yang sangat misterius.
Pada musim panas seperti ini dia menggunakan pakaian serba gelap seolah-olah ia sedang berada di tangah musim dingin.

Pandangan Mark kembali kepada Renjun. Wanita itu masih  belum beranjak dari sana. Kedua matanya memandangi uang di atas meja dengan pandangan kosong. Renjun kelihatanya sedang berusaha mempertahankan posisinya untuk terus berdiri. Kedua tanganya menopang tubunya dengan berpegangan kepada meja. Ia terlihat tertekan dan terpukul. Laki-laki tadi pasti punya hubungan dengan perubahan perilaku yang mendadak dari Renjun ini. Sepertinya sekarang bukan saatnya untuk meminta Renjun untuk membahas soal ibunya. Meskipun Renjun kelihatan kembali ceria beberapa saat kemudian, tapi Kent tau kalau gadis itu sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja.

TBC



Sampai ketemu di chapter yg akan datang. Ada typo maafkan aja ya.

Jang lupa tinggalin jejak anda ya (◠‿◕)(◠‿◕)


Love Latte [MarkRen] Where stories live. Discover now