Delapan

45 6 0
                                    




“Itu dia!” Bisik Mark. Renjun berbaring di atas rumput dengan nyamanya. Kelihatanya benar-benar sedang tertidur. Gadis itu kelihatanya sangat lelah dan kesepian.

Seandainya pada saat itu Renjun jadi ikut Mark untuk tinggal di Tokyo, apa yang akan di lakukanya? Apa yang harus dikatakanya kepada keluarganya tentang Renjun? Tidak ada seorangpun yang tau kalau dirinya sudah menikah dengan seorang wanita yang berusia lima belas tahun. Bisa di bayangkan bagaimana kesulitanya Mark bila hal-hal seperti itu terjadi. Bila Renjun ikut denganya ke Tokyo, mungkin Renjun harus menyembunyikan diri dalam kurun waktu yang cukup lama. Mark melompati pagar besi dan berjalan mendekati Renjun lalu duduk
disebelahnya. Wajah gadis itu membuat Mark merasa damai dan tentram, memandang Renjun memang selalu membuatnya merasa damai dan masih belum berubah meskipun gadis itu sudah semakin dewasa. Dengan pakaian olah raga seperti sekarangpunntidak bisa di pungkiri kalau Renjun terlihat sama menariknya
seperti saat dirinya mengenakan seragam kerja dan berada di antara aroma kopi. Mark mendekatkan tanganya kekepala Renjun dan membelainya beberapa kali, tapi tiba-tiba Renjun membuka matanya. Mark segera menarik tanganya dan memasukkanya ke saku celana. Sedetik mata mereka saling bertatapan sebelum Renjun membuang pandanganya kearah lain dan segera duduk.

      “Sedang apa kau disini?” Tanyanya dengan suara sengit.

       “Kau bodoh? Tidur di tempat seperti ini, bagaimana kalau ada orang yang mencuri barang-barangmu dan membawanya pergi?”

Renjun mengucek matanya. “Bukan urusanmu kan? Kau seharusnya tidak menggangguku.”

“Aku tidak akan mencarimu jika bukan karena urusan yang medesak. Besok Nona Park Sooyoung datang dari Italia, dia adalah sekertaris ibumu yang membantu mengurusi semua hartamu. Dia membutuhkan tanda tanganmu sebagai pewaris satu-satunya untuk mengurusi beberapa hal, tapi kau malah melarikan diri, tidak ada di coffee shop, pindah dari flat, tidak ke kampus…Kau sedang menghindariku?”

“Aku melakukan semuanya karena aku suka. Tidak ada
sangkut pautnya dengan semua itu. Aku sedang mengurusi
praktik yang akan ku hadapi bulan depan dan itu pasti akan sangat menyita waktu karena aku harus tinggal bersama satu keluarga untuk mengurusi anak mereka selama tiga bulan. Setelah itu aku akan pulang ke rumah Ayahku, jadi untuk apa membuang-buang uang untuk membayar sewa flat lagi?” Jawab Renjun. Dia tidak
sedang berbohong. Sewa flat lamanya sudah habis, tapi Mark juga menjadi alasan penguat mengapa Renjun tidak melanjutkan sewanya seperti yang sudah-sudah.

“Benarkah? Aku senang mendengarnya. Istriku akan segera jadi sarjana!”

Renjun melengos. “Istri? Kau masih beranggapan seperti itu? Aku bukan anak-anak lagi dan kita tidak punya hubungan apa-apa. Karena kita sudah terlalu lama berpisah, jadi berhentilah bersikap seperti seorang suami!”

“Untuk yang satu itu aku belum bisa? Tapi setidaknya temui Nona Park di bandara, dia akan segera kembali lagi ke Italia dan aku pastikan dirimu terbebas dari semua ini. Ini menyangkut donasi ke panti asuhan yang merupakan kegiatan tahunan ibumu.”

“Bagaimana jika aku tidak mau?!” Renjun memandang wajah Mark dengan sangat menantang. Tapi sesegera mungkin ia kembali menundukkan wajahnya dan menggerutu dengan ekspresi murungnya. “Aish…kenapa aku harus bertemu denganmu disaat seperti ini?”

“Tolonglah aku sekali lagi. Datanglah ke flatku besok pagi.
Temui Nona Park di bandara! Demi kebaikan lakukanlah hal ini,”

Renjun diam, dia tampak sedang berfikir dan membutuhkan waktu yang lama untuk menyetujui atau menolak permintaan Mark sekali lagi. Suara seorang wanita terdengar dari kejauhan memanggil namanya, Perhatian Haruka segera teralih dan beridiri menyongsong wanita itu. Kim Yeri? Dia seorang Artist manager dan sekarang sedang dekat dengan Renjun? Mark bisa melihat wajah Renjun yang cerah saat melihat wanita itu tersenyum padanya.

“Hei! Bagaimana dengan besok? Kau akan datang kan?” Mark berteriak kepada Renjun yang semakin menjauh darinya.

Renjun berbalik dan menatapnya sejenak sebelum
mengangguk sekali. Hanya sekali.

“Baiklah jangan lupa besok! Papa akan menunggu di rumah, mengerti?” Ujar Mark dengan nada suara yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Tapi Renjun tidak memperdulikanya lagi. Gadis itu menekap telinganya dengan kedua tangan. Secepat mungkin Renjun berusaha untuk berlari menyongsong  dan Yeri keduanya saling berpelukan setelah mereka berada dalam jarak yang dekat.

Love Latte [MarkRen] Where stories live. Discover now