Sembilan

48 5 0
                                    









Renjun memegangi kepalanya sambil memandangi wajahnya di cermin. Belaian Mark masih terasa hingga sekarang dan entah mengapa tidak mau hilang padahal Mark sudah mencuci rambutnya berkali-kali sejak kemarin. Renjun tidak suka denganperasaan ini tapi ia sendiri tidak tau harus berbuat apa. Pagi ini haruskah ia menepati janji untuk menemui Park Sooyoung bandara? Dia bahkan tidak tau dimana alamat apartement Mark di
London untuk mengunjunginya.

Perlahan-lahan Renjun keluar dari kamar mandi sambil
mengeringkan rambutnya dengan handuk. Ia mengambil ponselnya di dalam laci meja tulis dan duduk di atas tempat tidur. Benda itu sudah sangat dingin karena tidak menyala semenjak tiga hari yang lalu, tapi kali ini Haruka harus mengaktifkanya kembali. Beberapa pesan masuk dari Adik laki-lakinya Yangyang.

Kau pindah rumah? Temanmu mencarimu

Kerumah. Kenapa tidak memberi tau?

Ayah bisa jantungan dan aku hampir tidak

Bisa menahan diri untuk mengatakanya.

(Sender : Little Bro Yangyang xxx)

Lebih dari sepuluh pesan berisikan kata-kata yang sama persis. Renjun menghela nafas. Teman yang kerumah? Pasti Mark yang datang menemui keluarganya karena hanya laki-laki itu yang mencarinya kemana-mana. Ia tidak suka keluarganya repot hanya karena masalahnya dan Mark sudah berhasil membuatnya terlihat bermasalah, Renjun memutuskan untuk menelpon Yanyang. Beberapa kali telpon tidak di angkat, tapi Renjun tidak menyerah dan mencobanya terus hingga Yangyang mengangkat telponya.

"Kau kemana saja?" Teriak Yangyang dari ujung sana. "Kau membuatku khawatir!"

"Kau dimana? Bukankah sedang di kampus? Bisa-bisanya kau berteriak seperti itu di dalam kampusmu sendiri. Seharusnya sekarang jam kuliahmu kan?"

"Ini salahmu. Kau menelpon di saat yang salah!"

"Maaf kalau begitu." Gumam Yangyang lemah. "Yangyang, kau sudah memberi tau Ayah tentang hal ini?"

Yangyang terdiam lama lalu menjawab dengan suara yang lebih pelan. "Aku akan memberi taunya sore ini kalau kau tidak menelpon juga! Kau benar-benar pindah rumah? Ada masalah? Atau kau kehabisan uang? Ku dengar kau bahkan sampai tidak masuk kerja!"

"Masalah? Kau pasti bercanda. Seorang Renjun tidak mungkin punya masalah. Aku cuma ingin tenang karena kemarin pagi aku ujian. Aku meninggalkan flat karena sudah bosan dan sekarang indah ke lokasi baru. Kau boleh bangga karena aku segera resmi jadi sarjana setelah srtifikat praktik ku dapatkan!" Kata Renjun penuh kebanggaan. "Kau jangan katakan dulu pada Ayah, Aku ingin memberitahu sendiri. Mengerti!"

"Baiklah! Kalau begitu telponya ku tutup. Aku harus segera kembali kekelas!"

Renjun benar-benar mengakhiri telpon untuknya. Renjun boleh merasa lega karena Yangyang belum memberitahu Ayahnya mengenai masalah-masalah yang di dengarnya dari Mark. Keluarganya terlalu baik, Renjun merasa sangat bersalah karena dulu sudah mengecewakan keluarga Ayahnya yang baru. Ibu tirinya dan juga Yangyang tidak pernah menganggapnya seperti orang lain karena itulah Renjun tidak ingin menyusahkan mereka sama sekali. Bisa hidup bersama mereka membuatnya berhutang untuk memberikan sesuatu yang bernilai, setidaknya kebanggaan kepada keluarganya. Dia sangat berharap bisa membuat keluarga barunya bangga. Satu pesan lagi masuk ke ponsel Renjun. Pesan dari nomor asing yang

membuat keningnya berkerut.

Kau ada dimana?

Sudah siap? Aku sudah berada

Di depan rumah Yeri

Kau tinggal bersamanya, kan?

Cepatlah keluar

(Sender : No Number Shown)

Renjun melihat keluar melalui jendela kamarnya. Tidak

terlihat siapa-siapa disana kecuali sebuah mobil yang selama ini

tidak pernah dilihatnya. Sebuah pesan masuk lagi.

Nona Park sedang menunggu kita di bandara.

Kau mau tunggu berapa lama lagi?

Dia bisa ketinggalan pesawat kembali ke Italia dan

Dia akan sangat kecewa dengan itu!

(Sender: No Number Shown)

Renjun menghela nafas kesal. Ternyata orang itu yang

menghubunginya. Bagaimana ia tau Renjun tinggal dimana dan bersama siapa? Dengan agak kesal Ia berjalan ke lemari dan berganti pakaian secepat yang dia bisa. Tidak lama kemudian Renjun segera keluar dari rumah itu dan menemui Mark di mobil yang di parkir di pinggir jalan. Ia mengetuk jendela kaca beberapa kali dan secara otomatis, kaca mobil berwarna gelap itu turun perlahan memperlihatkan Mark yang berada didalamnya. Pria itu

sempat terdiam beberapa waktu karena memandangnya tapi kemudian segera memberi perintah.

"Masuklah!"

Renjun membuka pintu mobilnya dan duduk di sebelah Mark yang menyetir. Mark sukses dibuatnya menelan ludah beberapa kali. Gadis ini, bukan lagi anak kemarin sore yang menanyakan pekerjaan rumah delapan tahun yang lalu. Renjun adalah gadis dewasa yang cantik dan anggun.

"Kau kenapa? Ada yang salah dengan penampilanku?" Tanya Renjun.

Mark terkejut dan berusaha menyembunyikan kegugupanya.Tidak ada yang salah sama sekali. Pakaian yang di kenakan Renjun sangat normal. Sebuah jeans pensil berwarna abu-abu tua dipadu dengan sweater dari yarn lembut berwarna hitam agak longgar sehingga memperlihatkan bahunya. Kakinya menggunakan high heels dengan warna senada membuat punggung kakinya terlihat lebih putih. Tidak ada yang tidak normal sama sekali. "Aku cuma tidak suka melihatmu berdandan

setebal ini!" gerutu Mark.

Renjun segera mengambil sebuah cermin dari dalam Tas

tanganya. Gadis itu memperhatikan semua sudut di wajahnya dan kemudian menatap Mark kesal. "Tidak ada yang berlebihan seperti katamu. Apa kau tidak pernah melihat perempuan memakai Make Up? Dandananku sangat minimalis!"

"Oh, Baiklah! Wanita jaman sekarang memang sangat suka melawan kalau di marahi oleh suaminya!" Mark berkilah dan kembali memposisikan dirinya sebagai seorang suami.

Renjun tidak suka dengan itu dan Mark sangat menyadarinya. Entah mengapa mengganggu Renjun memberikan kesenangan tersendiri untuknya, tapi kesenangan yang dirasakan Mark tidak berlangsung lama karena sepanjang perjalanan menuju Heathrow, Renjun tidak mengeluarkan sepatah katapun meski Mark selalu

mengajaknya bicara. Gadis itu lebih memilih untuk memandangi pemandangan sepanjang jalan dan wajahnya selalu terarah keluar jendela mobil. Mark telah dibuatnya merasa kesepian dan pada akhirnya memilih untuk ikut-ikutan membisu.

Love Latte [MarkRen] Where stories live. Discover now