Satu

305 22 1
                                    

Tokoh dalam cerita ini adalah milik Tuhan, diri sendiri, keluarga masing2, & SME. Aku hanya meminjam nama mereka untuk melengkapkan cerita dan melestarikan dunia perkapalan sukaan akuMau vote/komen silahkan, g maksa.









Now

Everythings has forgotten,
finnally come again

   🐯🐯🐯

     Mark uring-uringan karena hal yang difikiranya bertambah banyak. Deadline kerja harus diselesaikanya sesegera mungkin karena ia harus mengawasi Injun secara langsung. Peruntungan yang baik, jika bertemu dengan gadis bernama Dong Injun itu maka ikatan pekerjaannya dengan mendiang nyonya Kun akan segera berakhir. Sekarang ada sebuah beban yang sangat besar menyangkut gadis yang mungkin masih berusia 23 tahun jika ia masih hidup. Mark harus segera menyerahkan semua warisan ibunya kepada gadis muda yang tidak di ketahui dimana rimbanya itu sekaligus membantunya sampai gadis itu benar-benar siap secara batiniah. Usia dua puluh tiga tahun bukanlah usia yang matang untuk mengurusi seluruh kekayaan Qian Kun yang berkisar di seantero Eropa dan Britania Raya.

Parahnya, Mark sama sekali tidak tau harus memulai dari mana untuk mencari Dong Injun, tapi berbekal kenyataan bahwa Ayah dari gadis itu berada
di China, Mark memutuskan untuk memulai semuanya dari China.

“Mark, ayo keluarlah! Sebentar lagi makan siang!”

Suara Taeil Seo terdengar lantang, tapi penuh kasih. Mark memandangi jam di dinding kamar yang di tumpanginya. Sekarang memang sudah tengah hari dan sesegera mungkin ia beranjak untuk membuka pintu, berharap wanita itu masih disana.Tidak ada, Taeil mungkin sudah kembali ke ruang makan. Mark memutuskan untuk menyusul. meskipun seharian ini ia berusaha untuk memanjakan kepalanya yang pusing, Mark masih tetap harus
mengisi perut agar punya tenaga untuk hidup.

Dengan langkah yang sangat lemah, Mark berhasil turun dari lantai dua dan duduk di meja makan dengan khidmad. Taeil memasak banyak makanan dan kelihatannya sangat kerepotan karena putranya, Haechan yang berusia tiga tahun masih berada dalam gendongannya.

“Perlu ku bantu?” Mark menawarkan.

Taeil mengangguk senang. “Tolong bantu aku menggendong Channie! Dia agak merepotkanku dengan rengekannya seharian ini.”

Mark bangkit dari tempat duduknya dan mendekati Taeil. Dengan tangkas ia mengambil alih Haechan Seo sehingga sudah berada dalam pelukannya. Mark membawa Haechan ke meja makan dan memangkunya dengan penuh kasih lalu memandanginya lekat-ekat. Keponakan pertama dari  Johnny Seo dan Taeil, Haechan benar-benar bentuk mini dari ayahnya, tapi memiliki mata besar seperti ibunya. Setiap kali melihat Haechan, Mark merasa sedang melihat kembali kenangan-kenangan masa lalu dimana dirinya harus merelakan Taeil untuk Johnny.

Tidak tepat jika di katakan merelakan, Mark pada saat itu juga tidak berfikir untuk menjadikan Taeil miliknya karena perasaannya selalu di lingkupi rasa ragu dan belum berakhir hingga sekarang.

“Paman, Aku tampan ya?”

Kata-kata Haechan itu membuat tawa Mark meledak. Anak itu sudah bisa berbicara dengan baik di usianya yang balita.

Love Latte [MarkRen] Where stories live. Discover now