Lima

68 6 0
                                    

Hye guys, udah g sabar mau tau selanjutnya, ayo kita mulai





Mark menekan tuts ponselnya beberapa kali dan mendekatkan
ponsel itu ketelinganya dia tidak berhasil menghubungi siapa-
siapa dan sudah mulai bosan dengan ini. Injun atau lebih tepatnya Renjun yang berubah dengan sangat signifikan membuatnya
khawatir dan kebingungan.

Pertama kalinya Mark melihat gadis itu setelah delapan tahun lebih di Coffee Shop waktu itu, benar-benar mengingatkanya kepada gadis kecil yang sangat manja kepadanya. Gadis yang tiba-tiba saja menghilang tanpa kabar dan dan baru di temuinya sekarang. Namun setelah berbicara denganya, Renjyn bukan Injun meskipun mereka adalah orang yang sama. Dan sekarang, Renjun menghilang lagi secara tiba-tiba dari pantauan Hendery.

“Anak itu bersembunyi dimana?” Gumam Mark keras-keras sambil melagkah cepat menyusuri Koridor kampus tempat Renjun menghabiskan sebagian besar waktunya. Hendery sudah memberi tahunya kalau Gadis itu berkuliah di kampus ini dengan nama Huang Renjun, selain itu Mark  juga sudah tau dari data-data yang di berikan oleh detektif swasta lain yang pernah di sewanya untuk
menyelidiki Renjun. Di tanganya, terdapat secarik kertas berisi sebuah alamat di Ilchester Place yang di berikan oleh pihak kampus.

Di alamat ini keluarga Renjun tinggal dan dalam waktu kurang dari setengah jam, Mark akan segera tiba disana. Ternyata pengetahuanya tentang Renjun sangat sedikit, Hendery juga tidak memberi tau banyak hal selain dimana Renjun tinggal selama ini dan tempat itu sudah di tinggalkannya juga.

Mobil kantor menunggunya di parkiran, dalam beberapa saat
kemudian Mark sudah mengendarainya dengan kecepatan penuh yang masih berada dalam batas-batas toleransi. Tapi walau
bagaimanapun tekadnya yang bulat untuk menemukan Renjun
hari ini juga membuat Mark melupakan segalanya.

London memang bukan tempat yang asing bagi Mark. Meskipun begitu Ilchester place juga bukanlah tempat yang biasa untuk di
masukinya, Mark bahkan tidak tau wilayah Ilchester secara detail
karena ia jarang sekali melewati daerah itu. Yang pasti, Ilchester
Place menandakan kalau Ayah kandung Renjun mempunyai uang
yang banyak untuk tinggal di permukiman elit yang cukup di
kenal di London meskipun bukan yang nomor satu.

Sebuah rumah megah dengan dinding berwarna coklat yang
sebagianya di tutupi oleh tanaman rambat adalah satu-satunya
rumah yang cocok dengan alamat yang di berikan pihak universitas. Rumah yang membuat Mark terperangah, sangat luas untuk di tinggali empat orang, dan sekarang hanya tiga orang bila Renjun sudah tidak tinggal bersama orang Tuanya lagi.

Mark berusaha untuk mengumpulkan keberanian dan mendekat ke pintu rumah setelah menyusuri beberapa anak tangga yang menghiasi halaman sempit tapi sejuk dengan beberapa tumbuhan yang tidak Mark kenal. Ia menekan bel yang berada di samping pintu bercat coklat tua itu beberapa kali. Hening, tidak ada satupun yang menjawab apa lagi membukakan pintu.

Bahkan suara gerasak-gerusuk yang menandakan kalau ada orang dirumah sama sekali tidak didengarnya. Kelihatanya rumah itu kosong dan tidak berpenghuni, Mark putus asa.

“What can I do for you, Sir?” Sebuah suara menyapa.

Mark memutar tubuhnya dan memandang seorang pemuda
berusia awal dua puluhan turun dari sepedanya.

“Is this Mr. Huang
House? Kelihatanya rumah ini kosong!”

Pemuda itu mendekati Mark dengan pandangan wajah serius.

“Ya, Aku anaknya yang bongsu. Namaku Yangyang. Ada perlu apa?”

“Aku mencari Injun, emh…, Maksudku Renjun!”

Kedua alis Yanyang yang lebat bertaut, kedua pipinya memerah mengesankan kalau pemuda itu sedang kelelahan.

“Kau temannya?

Love Latte [MarkRen] Where stories live. Discover now