Enam

64 6 4
                                    

Ayo kita sambung........





Sebuah taman kecil di ujung jalan adalah tujuan berikutnya. Mark sudah menelpon Dejun beberapa waktu lalu dan mereka berjanji bertemu di taman itu setelah Dejun pulang kuliah.

Cukup banyak orang yang berjalan santai di jalan setapak taman yang mengelilingi sebuah kolam. Seandainya tidak sedang dalam keadaan buru-buru Mark mungkin akan lebih menikmati pemandangan tempat ini. Tapi sekarang bukan saatnya untuk bermain-main.

Seorang gadis berpakaian sederhana melambaikan tanganya kepada Mark. Dia adalah Dejun, dan Dejun kelihatanya masih mengenal Mark dengan baik. Mungkin Mark adalah satu-satunya orang yang tidak berubah dewasa ini, bahkan Dejun pun juga sudah berubah banyak dan Mark hampir tidak mengenalinya jika bukan Dejun yang melambaikan tangan padanya. Dengan setengah berlari Mark mendekati Dejun yang duduk di sebuah bangku panjang sambil memangku sebuah buku Arkeologi yang sangat tebal.

“Nichan, apa kabarmu?” Tanya Dejun dalam bahasa ibunya.

Ia masih memanggil Mark dengan sebutan Nichan seperti yang bertahun-tahun silam dilakukanya.
Meskipun Mark sudah lama menjauh dari keluarga Dimitry, tapi semua kenangan tentang Dejun adalah juga kenangan tentang Renjun. Ia mengenal Renjun karena Dejun. Tentu saja pembicaraan kali ini mungkin akan menjadi pembicaraan yang asyik karena semuanya akan kembali membawa Mark mengarungi masa lalu.

“Baik. Bagaimana denganmu? Kau kelihatan lebih cantik!”

Dejun tertawa. “Terimakasih, kau membuatku melayang!”

“Bagaimana dengan Xuxi sekarang? Apakah dia masih marah padaku karena kejadian waktu itu?”

“Kurasa dia bahkan sudah melupakannya. Xuxi bahkan lupa untuk pulang kerumah semenjak dirinya menikah dan semakin sibuk mencari uang demi keluarga barunya.”

Mark mengangguk-angguk. Xuxi adalah sahabatnya, Kakak
sulung Dejun. Laki-laki itu dan dirinya sudah tidak pernah saling sapa sejak waktu yang cukup lama, sejak Renjun pergi meninggalkannya. Senyum kecut Mark hadir meskipun samar, ia kembali memandangi Dejun.

“Ku dengar kau tinggal di asrama kampus?”

“Sudah beberapa bulan ini tidak lagi. Aku menyewa flat bersama beberapa teman sekelas. Arkeologi bukan pelajaran yang mudah dan tinggal bersama teman-teman sejurusan membuatku lebih bersemangat untuk belajar!”

“Ku kira kau akan berada di Manhatan selamanya, ternyata setelah berpisah kalian masih berteman juga, maksudku kau dan Renjun.” Ujar Mark sambil memandang ke cahaya matahari yang menelisip dari balik dedaunan.

“Dia yang memberi informasi beasiswa. Renjun banyak
membantu. Aku juga tidak menyangka kalau Nichan sekarang ada disini. Aku kira kita tidak akan bertemu lagi. Jantungku hampir lepas saat mendengar suaramu di telpon tadi!”

“Benarkah? Jadi Renjun tidak memberi tahumu kalau aku ada disini?”

Senyum Dejun pelan-pelan memudar. Ia menggeleng pelan.

“Aku dan Renjun sudah lama tidak berbincang dari hati kehati. Saat kami bertemu, dia yang selalu mendengar ceritaku, tapi aku tidak lagi pernah mendengar cerita apa-apa darinya.”

“Dia sepertinya sangat berubah ya? Kelihatanya dia bukan anak yang dulu lagi. Aku sudah kerumahnya dan bertemu dengan adiknya, Yangyang. Kami banyak bercerita dan Yangyang bilang kalau Renjun juga sempat tinggal dengan pacarnya.”

“Jeno?”

Dejun menggeleng sambil tersenyum.

“Saat bersama Jeno dia kelihatanya sangat bahagia. Jangan katakan kalau kau ingin mencari Jeno untuk menanyakan apakah Renjun sedang bersamanya!”

Mark angkat bahu. “Kalau memang harus begitu, apa boleh buat!”

“Nichan, kurasa Jeno  pun tidak akan tau apa-apa! Tidak ada seorangpun yang tau banyak tentang dirinya.”

Mark tersenyum kecut. Dia mencari Renjun karena ibunya, tapi mungkin akan berlanjut ke hal lain setelah menemukanya. Mark akan menepati janjinya kepada ibu kandung Renjun untuk menjaga anaknya dengan baik sampai gadis itu benar-benar siap berdiri sendiri. Karena itulah Mark bersedia menjalankan pekerjaan ini lebih dari sekedar kewajiban, terlebih setelah mengetahui kalau gadis yang harus di jaganya adalah Huang Renjun.

“Nichan, Bagaimana perasaanmu pada Renjun? Kau sepertinya masih terus berusaha mendekatinya! Ku fikir kau tidak akan mencarinya, tapi ternyata sekarang kau mencarinya juga.”

Dejun mengembalikan kesadaran Mark.Mark hanya tersenyum dan tidak menjawab apa-apa.

“Aku fikir saat itu kalian akan tetap bersama meskipun sudah kehilangan calon bayi kalian.”

“Dia meninggalkanku!”

Apa kau benar-benar tidak mengingat apa-apa Nichan? Dejun membatin. Ia berusaha meningkatkan cahaya wajahnya tapi terlalu sulit. Mark benar-benar merasa kalau Renjunlah yang meninggalkannya.

“Kami hanya bicara di kampus, pada saat ulang tahunku dia juga selalu datang ke Flat. Kadang-kadang dia juga mengantarku ke Manhattan. Tapi, kalau kau ingin mencarinya. Coba cari di St. James Park dia mungkin sedang melihat bunga-bunga disana!”

Mark terdiam sejenak. St. James Park adalah taman yang juga sering di kunjunginya semasa kuliah dulu, ia juga pernah kesana menemani Taeil yang sepertinya saat itu sedang mengidam untuk makan fish ‘n chips disana.

Meskipun bukan taman yang besar, tapi taman itu cukup menarik dan lokasinya yang dekat dengan Buckingham Palace membuat taman itu laris manis di kunjungi wisatawan. Tempat yang ramai.

“Ku kira Renjun tidak suka dengan tempat yang ramai!”

“Ya, memang. Tapi tidak dengan St. James Park. Dia sengaja kesana dengan harapan bisa bertemu dengan pangeran seperti cita-cita konyolnya sewaktu sekolah!” Dejun kemudian tertawa dengan ceria.

“Tidak, tidak! Aku cuma bercanda. Saat kita merasa terlalu gaduh dan berisik, kita akan memilih mengasingkan diri dari keramaian. Begitu pula sebaliknya, kalau kita merasa sendirian dan kesepian, kita akan mencari keramaian itu kan?

Semenjak pindah kemari dia seringkali kesana karena di London, Renjun selalu merasa sendirian. Dia berhenti datang ke St. James sewaktu dirinya menjalin hubungan dengan Jeno. Setelah laki-laki itu pergi, praktis kehidupanya kembali seperti semula.”





TBC

Hari ini cukup sampai disana saja ya, udah aku double up nih, makasih udah mampir baca ya, semoga ketemu di chap selanjutnya...
bye....bye.....





Salam sayang dari Anak Markren 🥰🥰

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Salam sayang dari Anak Markren 🥰🥰

Love Latte [MarkRen] Where stories live. Discover now