Sepuluh

70 7 2
                                    







Renjun masih banyak diam saat bertemu dengan Nona Park Sooyoung, ia menjalani semua prosedur yang di butuhkan dengan tenang meskipun sangat banyak kata-kata dari Nona Parkyang tidak di respon olehnya. Tapi wanita terus berbicara tanpa henti seolah-olah dia sudah sangat terbiasa di perlakukan Renjun dengan cara seperti itu. Sudah tiba waktunya Nona Park untuk Check in dan sebelum itu tentunya ada salam perpisahan. Mark berusaha memandangi wajah Renjun beberapa kali lalu bertanya pada dirinya sendiri, apa yang dia cari? Mungkin dia berharap Renjun bersedih tapi gadis itu malah tersenyum sekali lagi. Renjun dan Nona Park kelihatannya saling kenal, bahkan wanita itu sama sekali tidak terkejut saat Kent memperkenalkan Renjun sebagai Dong Injun dan dia hanya mengatakan sudah menduganya.

“Kau akan baik-baik saja, Kan?” Ujar wanita pada Renjun.

“Tentu saja, Aku sudah cukup banyak merepotkanmu dan sekarang sudah waktunya berhenti untuk bergantung padamu!”

“Kalau terjadi apa-apa, hubungi Mark saja!” Nona Park lalu memandang wajah Mark sekilas lalu kembali kepada Renjun. “Dia sudah berjanji padaku untuk menjagamu!”

Renjun mengibaskan tanganya. “Tidak perlu sampai begitu. Aku tidak ingin merepotkan siapa-siapa. Sekarang kau tidak usah khawatir. Pergilah, Kau bisa ketinggalan pesawat."

Nona Park memandang wajah Renjun lama. Beberapa saat kemudian ia mengulurkan kedua tanganya dan memeluk Renjun erat-erat.

Mark memandang wanita itu dengan kening berkerut. Apa yang terjadi padanya? Mengapa dia bisa sedekat ini dengan Renjun?

“Dia ada disini.” Ujar Nona Park. “Laki-laki itu!”

Keduanya diam dan mematung. Mark berusaha mencari apa yang sedang Nona Park perhatikan dan siapa yang dimaksud dengan laki-laki itu. Mata Mark memandang berkeliling dan menemukan sesuatu. Laki-laki itu, laki-laki yang mengubah wajah ceria Renjun menjadi sedih di Coffee Shop tempo hari. Diansedang duduk di kursi tunggu bersama seorang laki-laki yang penampilanya sangat rapi dan prima. Meskipun terlihat akrab, di antara keduanya terasa seperti ada tembok yang membuat mereka berjarak, Yang satu pura-pura tersenyum, dan yang satu berusaha meramaikan cerita dengan omong kosong.

“Tidak apa-apa!” Renjun kembali berusaha melepaskan
dekapan Nona Park dan kali ini Wanita itu tidak bisa menolak. “Aku akan baik-baik saja bersama Mark disini. Kau pergilah!”

Nona Park akhirnya beranjak dengan ekspresi tidak rela, Ia memandang Mark dengan harapan Mark bisa menjaga Haruka menggantikanya dan harapan itu bisa Mark tangkap dari pandangan matanya. Renjjn terlihat gusar ia menundukkan wajahnya terus menerus setelah bayangan wanita itu tidak terlihat lagi.

“Kau pulang duluan saja!” Kata Renjun pelan.

Mark kembali mengerutkan keningnya heran sambil
memandang wajah Renjun dengan lebih serius. Laki-laki yang sama membuat Renjun memperlihatkan ekspresi yang berbeda, bukan wajah sedih seperti yang pernah Mark lihat dulu, tapi sesuatu yang lain. Takut. Renjun takut? “Memangnya kau mau kemana?”

“Aku…, Aku mau…”

“Kau mau bersembunyi sampai orang itu pergi?” Potong Kentbegitu mendengar jawaban yang ragu-ragu darinmulut Renjun. “Aku pernah melihat laki-laki itu di café dan kau bisa menghampirinya dengan senyum meskipun saat itu kau sedang tidak baik-baik saja! Lalu sekarang kenapa malah ingin menghindar? Dia siapa dan punya masalah apa denganmu? Mantan pacarmu?”

Renjun tidak menjawab apa-apa. Gadis itu kelihatanya
bingung ingin memberi jawaban seperti apa kepada Renjun. Mungkin Mark terlalu banyak bertanya, mungkin ia takut memberikan jawaban yang tidak tepat. Tapi Mark merasa harus bertindak sangat tepat karena ini adalah langkah pertamanya untuk melindungi Renjun seperti janjinya.

“Diam berarti iya!” Kata Mark lagi. “Kalau kau pernah di
kecewakanya, ayo kita buat dia kecewa pada dirinya karena sudah meninggalkanmu.” Dengan tegas ia meraih tangan Renjun dan menggenggamnya erat.

Renjun berusaha menarik tanganya Mark tidak akan melepaskanya, tidak untuk saat ini. “Aku tidak bisa!” Gumamnya.

“Kenapa? Aku ada disini bersamamu!” Dan Mark merasa
tangan Renjun melemah. Renjun memang sudah seharusnya begitu, membiarkan Mark menggandeng tanganya dan melewati kedua orang yang menjadi sumber rasa takutnya. Mark bisa merasakan kalau pandangan kedua orang itu tertuju padanya dalam jangka waktu yang sangat lama. Dia tidak akan melepaskan genggaman tanganya hingga mereka masuk ke mobil dan menjauh dari Heatrhow. Kenapa Renjun harus takut? Dia harus belajar menghindari perasaan takut dengan menghadapinya. Bila dia takut pada salah satu di antara kedua orang itu, maka seharusnya Renjun terus menemuinya hingga rasa takutnya menghilang.






TBC

Cukup sampai sini aja ya, nanti kita ketemu lagi ya, kalo ada typo/nama g ketukar, jang risau nanti aku revisi pas booknya kelar.

Kalian tau hargai sesuatukan!!

Guys aku punya fanart markren bisa mampir ke akun twitterku @/PinkBloodAhgase ya

Guys aku punya fanart markren bisa mampir ke akun twitterku @/PinkBloodAhgase ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Love Latte [MarkRen] Where stories live. Discover now