12. Perselingkuhan

798 94 1
                                    

Flashback on

30 menit setelah Alya pergi ke rumah Nana...

Ting tong

Fani baru saja hendak masuk ke dalam kamar saat bel pintu rumah berbunyi. Perempuan yang memakai piyama tidur itu segera bergegas menuju ke arah pintu dan membukanya. "Mas Jonas!"

Serta merta Fani memeluk seorang laki-laki memakai kemeja putih yang sudah berdiri di ambang pintu dan mengecup bibir merah milik lelaki itu. Jonas tersenyum dan mengecup balik bibir Fani. "Apa kabar kamu, sayang? Sudah hampir seminggu kita tak bertemu. Aku sangat merindukanmu!" laki-laki yang terlihat sedikit muda dari Fani itu mendekap pinggul wanita didepannya.

"Aku apalagi mas, aku rindu sekali sama kamu," ucap Fani sambil memanyunkan bibirnya manja dan bergelayut di leher kokoh Jonas. Lelaki itu terkekeh menampakkan sederet gigi putihnya.

"Kamu kemana saja sih, kok lama nggak beri kabar sama aku? Sibuk dengan istri tuamu itu?" Fani merajuk sambil memainkan jari-jemarinya di dada bidang Jonas yang berbulu.

"Sori, aku sibuk banget harus menemani si Maryam."

"Oh jadi dia lebih penting gitu sekarang?" Fani memutar pupil beningnya malas seraya mendesah dan mencibirkan mulut.

"Fani cantik, aku ya harus menemani istriku dulu. Bagaimanapun dia itu istriku." Jonas melipat kemejanya sampai mencapai siku, beberapa tatoo terlihat di tangannya.

"Oh gitu? Jadi aku cuman teman selingkuh aja?" kesan cemburu terdengar jelas pada nada bicara Fani. Perempuan itu berjalan menuju ke sebuah rak dan mengambil satu botol red wine dan dua buah gelas. "Terus kapan kamu bakal ninggalin istri tuamu itu?" lanjutnya sambil menuang red wine ke dalam gelas.

"Sabarlah sayang. Masih banyak rencana yang harus aku lakukan. Kamu sendiri bagaimana? Kamu sendiri masih betah sama si Bono."

"Mas, Bono itu masih jauh lebih kaya daripada kamu! Bagaimana aku bisa seenaknya ninggalin dia? Aku kan juga nggak bodoh-bodoh amat kali, mas."

"Kalau aku bisa lebih kaya daripada Bono, emang kamu mau langsung tinggalin dia?"

"Ya iyalah. Apalagi di sini aku harus mengurus dua anaknya yang nggak tahu diri dan susah diatur itu. Aduh mas, aku capek rasanya!" timpal Fani sambil meneguk red winenya.

"Memang mereka bandel ya?" Jonas menuangkan lagi red wine ke dalam gelasnya dan mengarahkan pandangan pada Fani.

"Bukan lagi! Setiap hari habis energiku untuk memarahi mereka. Mereka itu seperti anak-anak setan saja, susah diatur. Pasti lahirnya pada malem jumat kliwon deh!"

"Kemarilah ..." Jonas menarik tangan Fani hingga perempuan itu jatuh diatas pangkuannya. Fani menjerit manja lalu merangkul lelaki itu. "Trus ngomong-ngomong si Bono kapan pulang dari luar kota?"

"Dia bilang dia bakal sampai di sini kira-kira jam enam pagi. Emang kenapa, mas?" kata Fani sambil memainkan jarinya ke hidung bangir Jonas. Lelaki itu menatap Fani dengan penuh hasrat.

"Jadi masih ada waktu buat kita untuk bersenang-senang dong, sayang?" Jonas mencium bibir Fani dengan napas yang sedikit terengah. Laki-laki itu memejamkan mata meresapi bau aroma wangi Fani.

"Ih kamu tambah nakal aja, sayang! Jangan di sini dong ah, ntar ada yang liat!" Fani mengerling nakal memainkan kedua bola mata hitam legamnya.

"Emang siapa yang lihat, hmm?"

Fani tak menjawab, ia malah menarik lengan kokoh Jonas menuju ke arah kamar. Dengan cekikikan genit perempuan itu menutup pintu kamar, lalu hanya mereka berdua saja yang tahu apa yang terjadi selanjutnya.

Ratap (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang