37. Berbeda Nasib

339 44 20
                                    

"BUNDA 'KAN UDAH BILANG, MAKAN MAKANAN YANG ADA DI KOLONG MEJA, BUKAN DI ATAS MEJA!" Fani membentak kesal Alma yang lagi-lagi tak mengindahkan aturan yang dibuatnya.

Alya yang mendengarkan langsung tercekat takut bukan main. Bundanya marah-marah lagi, terdengar jelas dari nada suaranya.

"Alma ... pasti pada Alma! Alma dalam bahaya!" pekik Alya dalam hati. Tanpa pikir panjang lagi gadis itu langsung menghambur lari keluar kamar, menuruni tangga dan menuju ke arah dimana keributan itu terjadi.

"LAGI-LAGI KAMU ALMA! KAMU EMANG NGGAK PERNAH KAPOK YA! DASAR BOCAH SETAN! SINI KAMU!"

Alma yang sudah meringkuk di bawah meja dengan badan gemetar tak sanggup melawan saat Fani menyeret tubuh kecilnya. Gadis itu mulai menangis ketakutan.

"Jangan, Bun," Alma merintih menahan takut.

"KETERLALUAN EMANG KAMU!" Fani menghempaskan tubuh Alma di lantai. Gadis itu jatuh terjerembab, kepalanya membentur keras lantai.

"JANGAN BUNDA!"

Alya segera memeluk adiknya erat begitu tahu apa yang sedang terjadi dengan adiknya. Gadis itu pun mulai ikut menitikkan airmata melihat perlakuan bundanya pada Alma. "Maafin Alma, Bun. Dia masih kecil. Dia belum mengerti apa-apa."

"MINGGIR KAMU, ALYA! ATAU KAMU JUGA MAU BUNDA HUKUM?"

"Jangan, Bun. Jangan hukum kami! Maafkan kami, Bunda!" pinta Alya lagi memekik memohon Fani agar tak memukul mereka.

"MINGGIR!"

Kali ini Fani mencekal kedua tangan Alya yang tadi erat memeluk Alma, lalu menarik dan menyeretnya kasar dan menghempaskan tubuh Alma begitu saja. Hawa amarah jelas terlihat di wajah Fani yang terpancar semakin bengis. Perempuan itu lalu mengambil sapu yang tergeletak di sudut dapur.

BUK BUK BUK

Tiga pukulan telak menghantam tubuh Alya. Gadis kecil itu menjerit kesakitan sambil memegangi badannya yang barusa dipukul. "AMPUN, BUNDA! AMPUN!" Alya menangis kencang menahan perih di tubuhnya.

"JANGAN BUNDA!" Alya segera mengambur memeluk lagi Alma untuk melindungi tubuh adiknya itu. Tak ayal kini Alya yang menjadi sasaran empuk Fani.

BUK BUK BUK

Pukulan demi pukulan mendarat di tubuh Alya. Gadis itu berusaha untuk menahannya walau terasa sakit dan pedih. Hanya airmata yang bisa ua keluarkan saat ini. Ia tak mampu lagi untuk menjerit dan berteriak meminta ampun. Suaranya menjadi parau.

BUK

Sekali lagi sebuah pukulan mendarat, kali ini tepat menghantam kepala Alya. Gadis itu hanya mampu merintih lirih sambil memegang kepalanya. Cairan kental meleleh pelan. Perih yang dirasa Alya. Gadis itu meringis.

"Kakak ...." suara lirih Alma bercampur tangis makin membuat suasana semakin menyedihkan. Gadis kecil itu lalu mencium pipi kakaknya yang basah. "Maafin Alma. Gara-gara Alma, kak Alya juga ikut dipukulin," ucapnya pelan sambil mendekap Alya.

"INGAT YA BAIK-BAIK!" Suara Fani kembali menggelegarkan seisi ruangan. " KALIAN DILARANG MAKAN DI ATAS MEJA! MAKAN DIMANA TEMPAT ATTA MAKAN! PAHAM KALIAN?"

Fani dengan lantang berucap sambil mengacung-acungkan sapu di depan wajah Alya dan Alma. Dua gadis kecil itu hanya mengangguk lemah tanpa bisa menolak, hanya isak tangis yang terdengar.

Setelah Fani beranjak pergi, Alma membopong kakaknya masuk ke dalam kamar dan mengobati luka di kepalanya. Sementara Atta hanya melihat dari kejauhan dengan tatapan sendu, seolah-olah anjing itu ikut merasakan kesakitan yang diderita dua anak kecil yang tak berdosa itu.

Ratap (TAMAT)Where stories live. Discover now