45. Racun Tikus

272 40 25
                                    

"Selamat pagi, Papa."

Alma menuruni tangga dengan tas ransel warna merah muda di tangan dan siap untuk pergi ke sekolah.

"Selamat pagi, anak manis," sapa balik Bono sambil membuka lebar kedua tangannya. Alya dengan wajah penuh kebahagiaan segera berlari memeluk papanya.

"Alma kangen Papa," kata anak itu lagi memejamkan mata saat mendekap erat tubuh Bono.

"Papa juga kangen sama Alma," ucap laki-laki itu sambil mengecup kening Alma. "Papa anterin ke sekolah ya?"

Alma mengangguk senang lalu duduk di samping Bono dan segera mengambil roti panggang yang sudah disiapkan oleh mbok Mira. Alya yang juga sudah siap berangkat ke sekolah segera keluar dari kamar dan berjalan menuruni tangga.

"Selamat pagi, Pa," sapanya pelan sambil menundukkan wajah dalam. Ingin sekali Alya menatap wajah papanya namun ia masih belum siap dan takut akan adanya penolakan lagi dari Bono. Dan benar apa yang dikhawatirkannya, Bono tak menggubrisnya sama sekali. Gadis iti hanya menelan pelan salivanya. "Alya pergi berangkat ke sekolah dulu, Pa," katanya pelan.

Alya pun segera bergegas walau sebenarnya hari masih terlalu pagi dan ia sangat merindukan sang Papa. Hari ini adalah ulang tahun Nana, itulah sebabnya ia pergi meninggalkan rumah agak pagi sebelum berangkat ke sekolah karena menjadi kebiasaannya untuk mampir dulu ke rumah Nana disaat sahabatnya itu berulang tahun.

Seperti biasa Alya berjalan kaki menyusuri jalan raya yang masih terlihat sepi. Setelah kurang lebih setengah jam menempuh perjalanan, Alya memasuki daerah perumahan dimana Nana tinggal. Langkah Alya terhenti beberapa meter di dekat rumah Nana saat ia melihat Tante Maryam, kakak kandung papa Nana berjalan terburu-buru. Wanita setengah baya itu lalu berhenti di sebuah tempat sampah di depan rumah salah satu tetangga Nana lalu menengok ke kanan dannke kiri seolah-olah tak mau kalau keberadaannya diketahui oleh orang lain. Tante Maryam lalu merogoh tas cangklongnya dan membuang sesuatu ke dalam tong sampah. Alya yang bersembunyi di balik sebuah tiang listrik memperhatikan dengan seksama gerak-gerik Tante Maryam dari jauh hingga perempuan itu berjalan tergesa ke sebuah mobil yang sepertinya menunggunya.

Setelah mobil itu pergi dan merasa semuanya sudah aman, Alya mendekati tong sampah itu. Alya merasa penasaran dengan apa yang dibuang oleh Tante Maryam. Dalam hati Alya menaruh kecurigaan, kenapa Tante Maryam membuang sampah itu ke tong sampah milik tetangga padahal jelas di dalam rumah Nana juga ada tong sampah.

Alya melongokkan kepala ke dalam tong sampah. Di sana hanya teronggok sebuah kotak kecil yang kosong. Sepertinya sampah baru saja diambil tadi pagi oleh petugas, sehingga itu satu-satunya sampah yang ada. Alya mengambil kotak kecil itu, lalu mencermatinya.

"Racun tikus?" monolog Alya sambil mengernyitkan dahi memperhatikan kotak kecil yang ia temukan dalam tong sampah tadi. Bagaimana bisa Tante Maryam membuang sebuah kotak bekas racun tikus di sini sedang tempat Nana tinggal sendiri adalah sebuah perumahan yang terbilang cukup bagus? Tak mungkin ada tikus berkeliaran di dalam rumah Nana yang terlihat rapi dan bersih itu. Alya tak mengerti sama sekali.

Lama gadis kecil yang berseragam merah putih itu berdiri mematung berusaha menemukan jawaban, namun Alya tak berhasil menemukan jawaban yang tepat. Lalu diselipkannya kotak itu ke dalam tas. Perlahan ia berjalan ke arah rumah Nana yang ternyata pintu pagarnya tak sempat ditutup oleh Tante Maryam karena terburu-buru tadi. Setelah mengetuk pintu rumah beberapa kali, muncul Darius membukakan pintu.

"Selamat pagi, Alya," sapa Darius  menyambut kedatangan Alya.

"Pagi, Om Darius. Nananya ada?" Alya menatap Darius yang terlihat cukup normal kali ini walau terpancar kesedihan dari raut muka laki-laki itu.

Ratap (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang