Housemate Chapter 7: Worried

1K 115 4
                                    

Housemate Chapter 7: Worried

Setelah liburannya di taman bermain Changmin benar-benar banyak tersenyum dan akan menjaga Juyeon dengan telaten, yang mana membuat perasaan Juyeon tumbuh sangat besar.

Kebaikan sang paman dan juga senyum manis itu membuatnya lupa jika selisih umurnya 7 tahun, mungkin karena karakteristik wajah pamannya yang tak menua sama sekali, makin menggemaskan menurutnya.

"Juyeon jangan cuma diem aja saat ada yang ngajak ngobrol, jangan cuma liatin aku yang nyapu, kamu juga harus bisa nyapu sendiri. Jangan mentang-mentang kamu kaya terus bebas ngeluarin uang buat nyelesain segala masalah."

Pesan manis dari sang paman saat Juyeon kembali terlibat masalah dengan tak sengaja menabrak orang di jalanan karena melamun, orangnya berbadan besar dan songkak, makanya Juyeon memberikannya uang sebagai ganti rugi tanpa meminta maaf.

"Ju ayo liat film Annabelle."

"Gak mau, serem."

"Nggak serem ya bocah, cemen banget."

Pamannya itu kembali mengejeknya dengan sebutan bocah, hal itu membuatnya tak suka. Kesan bocah seperti tak pantas bersanding dengan pamannya. Makanya Juyeon menuruti untuk menonton film horror itu.

Hal manis muncul saat Juyeon ketakutan, saat menutup kedua matanya karena boneka yang menyeramkan itu muncul, saat itu juga sang paman menepuk punggungnya dengan lembut. Tangan mungil sang paman meraih kepala Juyeon agar bersandar di pundaknya, lalu kesempatan manis muncul, Juyeon memeluk tubuh yang lebih kecil dan bersembunyi di leher panjang pamannya itu.

"Sembunyi aja gapapa, cukup temenin aku nonton."

Apakah pamannya itu tak sadar telah menaburkan banyak gula di setiap katanya, hatinya juga menghangat ucapan manis pamannya. Tak ada lagi ejekan bocah, tak ada sifat meremehkannya karena takut, yang ada hanya usapan lembut dan hangat.

Tapi setelah perkataan manis dari sang paman, kenapa ada yang mengganjal hatinya, sebuah kekhawatiran sebuah ketakukan dan kegelisahannya.

Padahal pamannya sudah sejauh ini menerima perasaannya, mungkin, karena Juyeon tau pamannya itu sulit mengungkapkan perasaannya dan diam menunggu menurutnya lebih baik, memberikan banyak waktu untuk pamannya.

Walaupun sudah memanggil sebutan dengan kakak, kadang Juyeon masih suka menyebutnya paman di dalam benaknya. Sosok mungil yang jadi pamannya itu lebih cocok jadi kekasihnya mungkin, Juyeon sudah berandai-andai terjadi.

Sebagai bentuk kasih sayangnya, Juyeon memberikan sebuah hadiah untuk pamannya.

"Ini apa?"

Suara lembut pamannya terdengar, manis sekali.

"Hadiah buat kak Changmin."

Senyum lebar terhias di wajah tampan Juyeon, berharap akan reaksi manis akan keluar dari pamannya.

Changmin membuka kotak hitam kecil itu, sebuah jam, bewarna silver dengan beberapa hiasan batu mulia kecil. Karena Juyeon tak mungkin memberikan hadiah yang murah.

"Jam?" Juyeon menganggukkan kepalanya, "Ngapain kamu ngasih hadiah kaya gini?"

Juyeon mengangkat tangannya dan menarik kaos panjangnya, "Couple."

"Berapa harganya?"

"2 lebih dikit."

Changmin menghela nafas Panjang, uang sebanyak itu hanya untuk jam tangan, memang bagus tapi bukankah lebih baik di belikan keperluan yang lain, itu yang ada di pikiran Changmin.

Housemate | jukyuWhere stories live. Discover now