Housemate Chapter 8: Sorrowful

1K 110 7
                                    

Housemate Chapter 8: Sorrowful

Masih pagi dan Juyeon sudah menerima kabar buruk tentang kepindahan pamannya, dan yang paling buruk adalah dia tau bukan dari pamannya sendiri. Amarahnya memuncak dan pikirannya kosog.

Apakah pamannya tak bisa terus berada di sampingnya, terus menjadi orang special baginya.

Kebut-kebutan di jalan agar cepat sampai rumah adalah hal yang di lakukan Juyeon tanpa perduli jika terjadi kecelakaan. Walaupun sudah berhati-hati tapi amarahnya jauh lebih besar.

Apakah pamannya hanya bermain-main selama ini, apakah perasaan pamannya tak pernah tumbuh.

Juyeon membuka pintu dengan kesal, di dalam apartemen sudah ada pembantu yang di suruh neneknya, sedangkan pamannya menjelaskan semua tugas-tugasnya.

Mata yang menyalang menatap tajam ke arah Changmin saat Juyeon hanya di diamkan, seperti sudah menduga hal ini.

"Keluar sekarang!"

Juyeon meneriaki pembantu barunya, suaranya yang tegas dan penuh penekanan.

"Kayaknya kamu udah tau, padahal aku baru mau ngomong."

Wajah dan suara datar dari Changmin semakin memancing amarahnya. Kaki Juyeon melangkah membawanya semakin dekat dengan Changmin. Lalu tangannya mendorong badan Changmin ke tembok dengan menekan pundaknya.

"Say that, you're still here."

Changmin menggelengkan kepalanya, "Kamu udah liat sendiri kan tadi udah ada pembantu."

"Diem!!! Jangan berani-berani keluar dari sini."

"Aku gak bisa."

"Kenapa? Aku udah gak manja, aku gak maksa, aku nurut kamu kak. Kenapa? Jawab!!"

Changmin menatap mata Juyeon yang tersirat kesdihan, tak hanya Juyeon yang sedih, Changmin juga sedih. Memikirkan bagaimana harus mengakhiri hubungan yang seharusnya tak pernah di mulai.

Hatinya berat meninggalkan Juyeon, yang menjadi sosok istimewa di hatinya.

"Kaak jangan pergi."

Changmin harus menguatkan hatinya mendengar rintihan Juyeon, padahal tadi sudah membentak dan memarahinya, sekarang nada suaranya berubah menahan sakit.

"Kamu udah dewasa pasti kamu bisa ngatasinnya, oke?"

"Kaaaaak...."

"I'm sorry,"

"Jangan bilang kamu cuma main-main sama aku? Jangan bilang semua itu cuma pura-pura, jangan bilang, jangan bilang."

Juyeon mulai melepaskan cengkramannya, tangannya terjuntai lemas ke bawah. Nada suaranya yang pilu dan juga air matanya sudah turun. Changmin yang melihat itu lalu ikut menitihkan air matanya, sesedih ini dan sesakit ini harus melepas hubungannya.

"Semuanya salahku, salahku yang bikin kamu kaya gini. Harusnya dari awal kamu hapus perasaanmu, harusnya dari awal aku ngelarang kamu, harusnya dari awal aku nolak kamu."

"Jangan bilang..."

"Sekarang kita jadi paman dan keponakan lagi."

"Don't say that."

"Harus Juyeon, kita gak bisa terus-terusan kaya gini. Kamu udah jadi anak dari kakakku, aku gak mau kamu nyimpang sejauh itu, aku mau kamu hidup bahagia. Jadi anggap aku cuma paman kamu."

"I didn't say it was over."

"Tapi harus kita akhiri, maaf seharusnya aku bisa nyadarin kamu waktu itu, aku udah gagal jadi penjaga kamu."

Housemate | jukyuWhere stories live. Discover now