28. Podcast

4.9K 783 548
                                    

Disarankan membaca chapter ini malam hari. Banyak narasi, tapi disarankan buat di baca baik-baik biar nge feel.

Segala bentuk umpatan kasar hanya untuk kepentingan menulis, tidak ada kaitannya sama kehidupan pribadi 🙏

___________________________________________

28 | Podcast
.
.
.
.
.

"Hati-hati tangan lo perih." Sarah memindahkan atensinya pada telunjuk yang berdarah bercampur cat kemudian melirik Alfan yang kini tengah menatapnya dengan tatapan sulit diartikan.

Adegan saling tatap menatap itu terhenti saat cengkeraman tangan Alfan dilepas secara paksa oleh Alfi. Pria itu merebut tangan Sarah dari genggamannya, "Sini tangan lo diobatin dulu."

Alfi melirik Alfan sekilas sambil melempar lap ke wajah Alfan, "bersihin muka lo."

Respon Alfan malah menganga lalu membanting lap sembarangan. Dengan emosi ia langsung merebut kotak p3k dari tangan Alfi. "Dia bisa ngobatin tangannya sendiri. Ga usah lebay lo."

Merasa diabaikan akhirnya Alfan beralih pada Sarah, "ga bisa masang perban sendiri? Harus banget dia yang ngobatin?"

Otomatis Sarah mengernyit. Jelas saja ia membutuhkan bantuan karena tangannya yang terluka itu tangan kanan. Gerakannya terbatas jika hanya mengandalkan tangan kiri saja. Kenapa cowok ini malah memarahinya?

"Apa-apaan sih kalian? Temen lagi luka bukannya diobatin malah pada berantem. Ga malu sama bocah?" Elga yang menyaksikan itu langsung merebut kotak P3K lalu menarik tangan Sarah untuk menjauh.

Sontak Dayat tertawa melihat ekspresi keduanya yang terlihat seperti habis kecolongan. "Kalian berdua yang berantem, nanti jadiannya sama gue hahahah. Sungguh plot twist hidup ini."

💧💧💧

Malam ini tidak ada evaluasi harian atau rapat untuk membahas proker besok. Anak-anak KKN langsung istirahat dan berleha-leha di ruang tengah sambil memakan cemilan yang diberikan oleh anak-anak bimbel. Dari arah dapur Thalia datang dengan membawa mie instan dalam satu wadah besar untuk dimakan bersama-sama.

Cuaca malam ini juga hujan deras. Mie instan, cuaca hujan dan jadwal kosong adalah kombinasi ternikmat malam ini. Mereka berencana untuk mendengarkan siaran podcast horor bersama-sama. Semuanya sepakat untuk mengumpulkan ponsel mereka di satu tempat kecuali ponsel Hilman yang digunakan untuk memutar podcast.

Formasi duduk mereka terlihat lucu sebenarnya. Thalia duduk di tengah Dayat dan Dika. Di sebelahnya ada Rian yang tengkurap sambil menopang dagu di lantai. Kemudian Sarah duduk di sebelah Hilman sambil menyandar ke lemari. Alfan rebahan dekat pintu sambil sarungan. Alfi menemani Kahfi mojokan dengan radius dua meter untuk menjaga jarak dari para cewek. Elga bersandar pada senderan tangga bersama cewek-cewek yang lain.

Wajah mereka tampak serius menunggu siaran podcast diputar.

"Volumenya full-in dong."
.
.
.
.
.
.

Nama gue Riska. Gue tinggal disebuah kosan puteri yang cukup besar dengan kondisi kamar mandi disetiap kamar. Di kosan ini terdiri dari beberapa kamar yang saling berhadapan. Gue tinggal di kosan ini baru sekitar dua mingguan jadi belum terlalu mengenal semua penghuni kos.

Kebetulan kamar gue terletak di lantai dua dimana penghuni kamar ini belum sebanyak penghuni di lantai satu dan tiga. Karena gue termasuk orang baru, gue belum hafal semua penghuni lantai dua kecuali Nova. Nova ini kamarnya berada di sebrang kamar gue.

PETRICHOR [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang