14. Petrichor (1)

6.9K 903 693
                                    

14 | Petrichor (1)
.
.
.
.
.
.


Setelah perdebatan kecil antara dirinya dan Fia gara-gara Fia ingin makan mie ayam sedangkan Sarah malah menolak mentah-mentah, akhirnya mereka memutuskan untuk membeli batagor dan memakannya di teras mesjid.

Sengaja Sarah melipir ke teras mesjid karena tempat ini tidak terlalu ramai. Banyak mahasiswa yang tidur atau duduk selonjoran sambil mengerjakan tugas di sini karena suasana mesjid yang tenang dan dingin.

Alasan itulah yang dipakai Sarah untuk mengelak ajakan Fia makan mie ayam. Padahal Sarah hanya ingin menghindari tempat-tempat yang sering di kunjungi Alfi.

Hanya karena pertemuannya dengan Alfi tiga hari lalu di tempat fotocopy, Sarah memblacklist stand mie ayam untuk sementara.

Ia sengaja menghindar.

Ia tidak ingin semakin dalam menyelam ke dalam pesona Alfi. Tanpa adanya atensi dengan seorang Alfipun banyak mahasiswi yang tergila-gila padanya. Apalagi dengan mengenalnya lebih dalam dan terlibat percakapan intim dengan pria itu. Sarah takut kekagumannya malah memunculkan rasa lain.

Dia berusaha menjauh untuk melindungi hatinya. Bukankah mencegah lebih baik dari pada mengobati?

Sarah tidak tahu apa yang harus dia lakukan jika nanti ia 'jatuh'. Ia hanya tidak siap untuk menghadapinya.

Baru saja menaiki tangga mesjid mereka melihat Tommy sedang memakai sepatu. Rambut Tommy terlihat masih basah menandakan pria itu baru selesai shalat.

Mereka bertiga akhirnya memutuskan duduk selonjoran di tangga mesjid sambil membahas soal UAS hari ini.

"Udah belajar materi Geometri Analitik, Sar?" Tommy memperhatikan gadis yang sibuk memakan batagor di plastik. Rambutnya yang di cepol asal-asalan justru membuatnya semakin imut.

"Belum. Baru baca-baca doang sih."

"Baru baca-baca doang versinya Lo mah udah setara sama belajar gue mati-matian." Fia ikut menimpali.

"Sekarang itu udah bukan waktunya belajar. Sekarang tuh waktunya istirahat suapaya fit pas lagi ujian. Bukan malah belajar SKS, Sistem Kebut Subuh kayak orang kesetanan."

Fia dan Tommy hanya nyengir saja mengingat itu kebiasaan mereka.

Sarah jadi teringat Soal UAS hari ini. Soalnya hanya sebanyak 5 butir. Tapi jawabannya bisa menghabiskan dua lembar folio. Jika bisa negosiasi, Sarah lebih suka ujian lisan dibanding ujian tulis. Toh jawabannya juga sama-sama panjang.

"Tapi gue lebih suka ujian lisan sih, lebih praktis jawabnya dari pada harus nulis, pegel."

"Bodo amat, Sar. Bodo amat. Mau ujian tulis kek, lisan kek, sama aja nyiksanya. Awas aja Lo kalo ngusulin ujian lisan besok. Lu bakalan di musuhin satu kelas." Tommy misuh-misuh dan kesal sendiri dengan celetukan Sarah.

Sarah tertawa kencang. Lagi-lagi ide gila itu membuatnya geli sendiri. Ia tidak mungkin menyusahkan teman sekelas hanya untuk kepentingan pribadi.

"Sarah." Jantung Sarah berhenti saat suara familier itu menyapanya. Tawa Sarah berhenti seketika.

Tidak perlu menoleh untuk melihat siapa pemilik suara bass itu, karena langkah kakinya begitu kentara menandakan sang empunya sudah mendekat.

Sarah tidak punya waktu untuk menghindar.

Fia dan Tommy malah saling pandang ketika suasana canggung mencekik mereka.

PETRICHOR [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang