36. Missing You

4.8K 728 547
                                    

36 | Missing You
.
.
.
.


Alfan tersentak saat Evani dengan lancang nyaris mencium bibirnya.  Dengan kasar ia mendorong Evani sebelum bibir gadis itu bersentuhan dengan miliknya.

"Apa-apaan sih lo?!" Sorot matanya berubah tajam. "Kita selesai sampai di sini. Jangan pernah ganggu gue lagi."

Meski ciuman itu tidak berjalan mulus, Evani tersenyum puas karena aksinya sempat terlihat Sarah. Melihat bagaimana reaksi Sarah yang berlari menjauh sebelum Alfan menolaknya, itu cukup membuat Evani senang meski ia harus menjatuhkan harga dirinya sekalipun.

"Fan ... Sorry, aku enggak bermaksud lancang. Sorry, Fan. Kita bakal balik lagi kayak dulu kan? Aku rela kok hubungan kita cuma sandiwara doang. Aku percaya nantinya kamu bakal suka sama aku. Asal kita tetep sama-sama, jadi kita balikan ya?"

Alfan menatap tak percaya disertai gelengan kepala. "Jangan ganggu gue lagi!"

"Fan, sorry. Oke kamu bebas marahin aku, tapi please jangan tinggalin aku ya, aku enggak mau putus sama kamu, Fan."

"Vani, lo kan tau kalo alasan gue pacarin lo itu karena apa? Terus kenapa lo masih mau berhubungan toxic sama gue?"

"Karena aku sayang sama kamu, Fan."

"Vani, dengerin dulu. Sorry kalo selama ini gue nyakitin lo, gue emang salah udah nyeret lo dalam masalah gue. Gue minta maaf. Gue enggak mau nyakitin lo lebih jauh lagi, jadi kita selesai sampe di sini. Hubungan kayak gini enggak bisa terus-terusan di paksa, Van. Nanti kita sama-sama sakit. Are you okey? Lo cuma harus ketemu sama orang yang tepat, bukan gue yang enggak bisa ngasih lo apa-apa, termasuk perasaan."

Air muka Evani berubah masam. "Brengsek lo, Fan."

Alfan lagi-lagi tak berkutik. Pria itu tak lagi bereaksi menenangkan Evani yang kembali menangis sambil menangkupkan wajah. Perlahan ia membalikan badan dan melangkah pergi.

"Kalo lo pergi, gue bakal bocorin rahasia lo ke Sarah kalo sebenernya lo deketin dia buat balas dendam doang."

Langkah Alfan terhenti.

"Silakan. Lo bebas berasumsi apapun, tapi perasaan gue ke dia nyata."

💧💧💧

Di tengah hiruk pikuk gerombolan karnaval, Sarah datang dengan napas terengah-engah setelah kembali dari menyimpan barangnya. Ia hendak mengejar rombongan karnaval namun tak sengaja ia mendengar sayup-sayup pertengkaran. Sekelebat ia mendengar seseorang menyebut-nyebut namanya. Dengan rasa penasaran Sarah berbelok mencari sumber suara.

Seketika, ada yang hancur melebur dalam dirinya kala menyaksikan kedua pasangan itu tengah berpelukan. Belum tuntas kekecewaannya, ia kembali disuguhkan pandangan menjijikkan saat Evani sengaja mencium Alfan di depan matanya.

Seluruh oksigen di sekitar Sarah terasa menguap. Sesak. Tak perlu menunggu reaksi lebih lanjut dari Alfan, Sarah langsung berlari menjauh. Saat ini ia tak bisa berpikir jernih hingga kakinya menyeretnya ke sembarang arah. Kemanapun, asal ia tak perlu menyaksikan kejadian menjijikkan itu.

Setelah dirasa ia berlari cukup jauh, tak ada seorangpun disekitarnya, Sarah mematung. Teringat ucapan Dayat saat pria itu menceritakan Alfan yang begitu perhatian padanya. Juga teringat tatapan khawatir Alfan kala ia tak sengaja menusuk jarinya saat membuat dream chatcer. Ingatannya terlempar di pagi hari saat ia melihat Alfan menyiapkan air untuknya.

Lalu Sarah teringat momen beberapa hari lalu saat Alfan membisikkan sesuatu, disaat dirinya mencoba untuk mengabaikan Alfan tapi pria itu justru balas mengabaikannya. Bagaimana cara Alfan mengucapkannya seolah pria itu begitu kehilangan dan tak rela diabaikan olehnya.

PETRICHOR [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang