37. Childish

4.6K 747 478
                                    

37 | Childish
.
.
.
.
.

Praaaang..

"Lo jadi manusia bisa berfaedah dikit enggak sih?!"

Sarah menganga mendapati Alfan sudah berada di sampingnya dengan emosi membara.

Suara Alfan cukup keras hingga menarik perhatian banyak orang. Entah kenapa Alfan jadi begitu emosi, padahal Sarah tidak sengaja menjatuhkan botol kaca yang akan digunakan untuk perlombaan.

Biasanya di saat-saat seperti ini, Sarah akan membalas omelan Alfan dengan tak kalah sadis. Namun nyali Sarah mendadak ciut saat Alfan benar-benar membentaknya di depan umum.

"Lo kalo enggak becus enggak usah ada di sini. Udah tau ini botol harganya mahal, malah lo jatoh-jatohin kayak gini."

Sarah membeliakkan mata tak percaya. Seolah tak cukup dengan perkataan pedasnya barusan, Alfan kembali melemparkan kemarahannya.

"Udah gue bilang lo enggak usah sok-sokan mau bantuin di sini. Gue udah nyuruh lo taliin kerupuk aja di sana. Ngeyel banget sih!"

Alfan menarik paksa tangan Sarah saat Sarah mencoba membersihkan pecahan botol yang berserakan. Melihat tingkah Alfan yang seenaknya, Sarah langsung menatap Alfan tajam kemudian menepis tangan Alfan yang hendak menyeretnya untuk menjauh.

Sarah melihat sekeliling menyadari mereka kini menjadi pusat perhatian. Matanya terpejam disertai helaan napas lelah.

"Lo punya dendam apa sih sama gue? Datang-datang langsung nyolot enggak jelas. Udah tau gue enggak sengaja jatohin botolnya. Lo enggak usah kayak orang kesetanan gitu dong negur guenya."

Alfan terlonjak kaget saat Sarah balik berteriak sambil menunjuk-nunjuk wajahnya.

"Gue udah nyuruh lo kerja yang bener, kalo lo enggak mampu mending lo beresin lomba lain aja. Kemaren Evani juga celaka di sini, lo jangan ikutan cari gara-gara juga."

Demi mendengar kata Evani kecelakaan, apalagi melihat ekspresi Alfan yang khawatir, hal itu semakin membuat Sarah naik pitam.

"Gue kerja di mana aja juga enggak ada hubungannya sama elo. Jadi, enggak usah ngatur-ngatur hidup gue."

"Sar, udah. Mending lo bantuin gue aja yo?" Oca datang menenangkan keduanya.

Sarah terdiam, menatap ke arah Alfan dengan tatapan nyalang. Kemudian mengangguk lantas pergi ke arah yang di tunjuk Oca.

Setelah Sarah menjauh, sontak tawa Oca pecah. Seolah tidak melihat kemarahan yang menguap di diri Alfan, Oca menepuk bahu Alfan sambil terbahak.

"Lo suka Sarah ya?"

Alfan yang melihat kepergian Sarah langsung menoleh ke arah Oca sepenuhnya. "Dih ogah gue suka sama si boncel. Udah bawel, kalo kerja enggak pernah becus. Bisanya nyusahin orang doang."

Oca semakin terpingkal membuat Alfan mengernyit tak paham atas respon gadis di sebelahnya ini. "Hahaha gengsi aja terus digedein. Kayaknya Sarah cuma nyusahin lo doang deh. Lebih tepatnya nyusahin hati lo, ya enggak?"

"Gila lo ya. Kepala lo kebentur apaan waktu dekor? Dari pada banyak bacot, mending bersihin nih pecahan botol."

"Dih najis amat lo nyuruh gue. Giliran Sarah yang pegang pecahan botolnya aja lo ketakutan sampe mau mampus gitu. Giliran ke gue, malah di jadiin babu." Ujar Oca diselingi cengiran kudanya. Tawanya kembali meledak melihat reaksi Alfan yang tak berkutik.

"Gas terooos, tapi jangan galak-galak nge gas nya, entar dia malah kabur." Ujar Oca sambil melangkah pergi menyusul Sarah.

"ENGGAK USAH NGACO LO, CA!"

PETRICHOR [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang