09. Izin

47 28 72
                                    

Sederet papan bunga bertuliskan Grand Opening Ampun Bang Jojo memenuhi trotoar di sepanjang jalan menuju kafe baru milik Joshua. Bangunan bernuansa monokrom dengan opsi outdoor dan indoor itu benar-benar di design sedemikian rupa untuk tongkrongan anak muda. Selain tempatnya yang santai, di sana juga disediakan live music yang mana siapapun bisa menggunakan lapak tersebut, asalkan tidak mengundang pengunjung untuk angkat kaki dari sana saja.

Acara grand opening berlangsung meriah. Para tamu undangan menikmati menu dari kafe dengan penuh suka cita. Begitu pula dengan para rombongan dari himpunan yang ditempatkan di meja khusus, bersenda gurau teramat bahagia yang tentu keramaian itu dipimpin oleh pemiliknya sendiri.

"Ini anggota kita semuanya dateng 'kan ya?" tanya Joshua pada teman-temannya.

"Enggak, Bang. Ada beberapa yang enggak dateng. Mawar katanya ke rumah sakit jagain neneknya, terus Arkhan ada rapat," jelas Marten.

"Arkhan? Rapat apa dia?" tanya Joshua.

"Lo lupa? Arkhan itu jadwalnya lebih padet dari kahim. Udah nyamain presiden dia," celetuk salah satu orang yang entah itu siapa. Akibat celotehan itu juga, sebuah tawa menggelegar. Menular ke yang lain sehingga tawa itu semakin mendominasi.

Tentu anggapan itu bukan sebuah lelucon biasa. Jelas itu merupakan sebuah sindiran, merujuk pada seseorang yang tidak hadir diantara mereka. Gelak tawa makin bersahutan dari gerombolan senior tingkat tiga. Berbanding terbalik dengan respon Marten dan rekan tingkat dua lain yang hanya memilih diam. Apa lagi para pengurus baru yang menampangkan wajah polos karena masih belum mengerti jokes yang dilontarkan senior mereka.

"Emang Kak Arkhan ke mana?" tanya Anna berbisik di sebelah Chaerine. Cewek yang mulutnya sudah mengembung seusai memasukkan potongan roti bakar itu mengalihkan atensi pada Anna.

"Lo enggak tau? Kak Arkhan itu juga anak BEM Fakultas. Tadi gue lihat beberapa orang pake jaket BEMF ngumpul di sekre mereka. Mungkin itu rapat yang dimaksud."

Anna membulatkan mulutnya penuh ketakjuban sewaktu mendengar jawaban Chaerine. Karena jujur, ia baru tahu fakta tersebut.

"Pantesan ya Kak Arkhan jarang banget gue lihat di sekre hima. Mungkin karena dia banyak urusan," timpal Anna.

"Hm-mh. Itu juga yang jadi alasan mereka selalu kontra sama Kak Arkhan."

"Kontra?"

Chaerine mengangguk cepat. "Senior tingkat tiga tuh. Kak Theo dkk pada enggak suka sama Kak Arkhan."

"Enggak suka karena apa?"

Chaerine menggeleng saja. "Gue juga enggak tahu. Mungkin mereka iri."

Iri? Apa sekekanakan itu para seniornya sampai harus menyimpan iri pada sesama rekan. Terlebih rekan itu lebih muda dari mereka alias adik tingkatnya sendiri.

Di saat Anna sedang sibuk bergelut dengan pikirannya, ia kembali disadarkan oleh suara Chaerine lagi. Kali ini gadis itu mengajak Anna untuk berangkat duduk guna menunaikan ibadah sholat magrib.

"Ayo, Na. Kita sholat dulu. Udah adzan."

Anna pun mengekor Chaerine menuju pintu keluar. Ya, karena kafe ini tidak menyediakan mushola. Bagaimana mau mendirikan mushola kalau Joshua saja bukan seorang muslim. Untungnya, tidak jauh dari kafe itu berada ada sebuah masjid berdiri di sana. Sehingga para calon penghuni surga—semoga saja—dapat menunaikan ibadah sholat magrib di petang menuju malam itu.

Seusai menyudahi doa-doa, barulah Anna dan Chaerine melipat mukena yang mereka kenakan dan mengembalikannya ke tempat semula. Lanjut melangkahkan kaki menuju teras tempat sepatu-sepatu mereka tersimpan.

MY ANSWER IS YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang