11. Bertengkar

58 17 104
                                    

Sejak hari di mana Anna mengetahui fakta tentang kedua orang tua Andre, mulai detik itu pula keduanya tidak saling bertukar sapa. Sepasang sahabat yang biasa terlihat bersama itu bahkan melengos saja sewaktu mereka berpapasan lewat. Mengundang tatapan bingung dari warga sekre lain yang merasa heran dengan kerenggangan hubungan mereka. Karena tidak biasanya mereka bersikap sedingin ini.

"Andre sama Anna kenapa, dah? Enggak biasanya diem-dieman begitu," komentar Lakas sambil matanya memperhatikan gerak-gerik dua orang yang tiba-tiba menjadi asing.

"Gue denger mereka lagi berantem," timpal Chaerine sambil tangannya bergerak memasukkan permen lolipop ke dalam mulut.

"Lah ... mereka bisa berantem juga ternyata. Gara-gara apa?"

"Ya mana gue tahu lah. Lo kira gue google tau semuanya?" Chaerine berujar nyolot.

"Yeuu... gue 'kan cuma nanya, kali aja lo tau."

Percakapan itu berakhir singkat dengan Chaerine yang meninggalkan Lakas tanpa permisi. Membuat sang lelaki mencibir melihat tingkah sok cantik Chaerine yang sudah melenggang pergi meninggalkan dirinya bersama kotak bertuliskan Penggalangan Dana untuk Korban Kebakaran dalam pelukan. Tanpa mereka menyadari, ada seseorang lain yang tidak sengaja mencuri dengar perbincangan mereka. Orang itu adalah Arkhan, kakak tingkat mereka yang berdiri tidak jauh dari tempat Lakas dan Charine berada.

Arkhan tertegun sebentar. Otaknya mulai memikirkan perihal apa yang terjadi sampai sepasang sahabat itu bisa berselisih paham. Padahal seingatnya kemarin mereka berdua masih terlihat pergi bersama untuk mengantarkan pakaian layak pakai ke rumah Andre. Sebab Arkhan turut mendapati Anna juga ikut turun dari mobilnya sewaktu Andre mengembalikan kunci sehari lalu.

"WOI!" Marten tiba-tiba berteriak di samping telinga Arkhan, membuat Arkhan yang pikirannya sedang melalangbuana terkejut bukan kepalang. Tahu kalau dia baru saja dibuat kaget oleh Marten, Arkhan bukannya marah. Cowok itu justru membalas dengan decakan halus saja. Memaklumi tingkah Marten yang terlalu biasa untuk ia hadapi.

"Lo ngapain ke sini?" tanya Arkhan.

"Lo kagak denger? Bang Theo nyuruh kita briefing."

"Oh ya? Enggak denger gue."

"Huuu makanya kerjaan jangan melamun mulu lo," cibir Marten yang mana cicitan itu tidak terbalaskan sebab Arkhan sudah melihat kehadiran Theo di tengah-tengah mereka, dan Arkhan pun lebih memilih untuk mendekat dan berdiri tidak jauh dari Theo ketimbang beradu kata dengan Marten.

Selain Theo, di sana juga sudah tiba beberapa junior dan teman-teman satu angkatan Arkhan yang lain. Meski Arkhan tahu kalau lokasi tempatnya berada mulai terpadati oleh para anggota himpunan, namun tetap saja matanya masih berjelajah—sedang berusaha mencari seseorang yang belum ia tangkap eksistensinya—sampai di mana ia berkesempatan menghela napas lega tatkala melihat seorang perempuan berbalut almamater kebanggaan yang sejak tadi ia cari akhirnya tiba bersama kotak penggalangan dana dalam dekapan.

"Yang pegang kotak bisa dikumpulin tengah sini," perintah Theo yang langsung dipatuhi oleh para pemegang kotak. Satu-persatu dari mereka menyerahkan kotaknya. Sampai giliran Anna meletakkan kotak, netranya sempat beradu pada dua orang yang berdiri di depan kotak-kotak penggalangan dana. Tetapi tidak begitu lama, sebab Anna lebih memilih untuk berbalik badan karena tiba-tiba merasa kelimpungan dihujam tatapan dari dua orang sekaligus.

Anna lanjut berlarian kecil untuk kembali menuju sekumpulan temannya berada. Berusaha mengalihkan perhatian dengan cara mengajak rekan lain berbicara demi melupakan kejadian sesaat lalu yang membuat jantungnya berdegup tidak beraturan.

"Eh masa iya tadi pas gue minta dana ada cowok yang minta nomor HP gue," cerocos Chaerine seraya mengibaskan rambut panjangnya ke belakang.

"Demen kali sama lo." Kali ini Gisel yang menyahut.

MY ANSWER IS YOUWhere stories live. Discover now