Bab 19. Pengumuman Seleksi 1 dan 2

553 76 124
                                    

Saat jam istirahat makan siang, pengumuman hasil seleksi tahap pertama dan kedua akan segera diumumkan. Seluruh peserta seleksi berbondong-bondong menuju papan pengumuman, bahkan sampai berdesak-desakan hanya untuk melihat hasilnya. Berbeda dengan Auristela, dia memilih untuk memantau dari kejauhan hingga keadaan di sekitar tempat itu mulai sepi.

Setelah sepi, Auristela bergegas berjalan menuju tempat tersebut. Saat berada di hadapan papan pengumuman itu, dia langsung mencari namanya. Namun, setelah dicari dan menelaah berkali-kali, namanya belum kunjung ditemukan.

Tiba-tiba Yvonne datang menghampiri Auristela kemudian berdiri di sebelahnya. "Kenapa? Namanya belum kunjung ketemu atau memang tidak tertera di papan pengumuman?" tanya Yvonne mencibir Auristela sembari menatap papan pengumuman.

Auristela melirik kan matanya pada Yvonne kemudian kembali melihat papan pengumuman. Setelah itu, Auristela menjawab, "So?"

"Saya tidak ada masalah sih, tetapi, menurut yang tertulis di papan pengumuman, yang namanya tidak tertera, maka dia tidak lolos ke seleksi selanjutnya," jawab Yvonne menengok kan kepalanya melihat Auristela.

"Lalu?" tanya Auristela.

"Tidak ada yang spesial sih, hanya saja saya akan senang jika melawan Anda di babak final nantinya. Tetapi, kalau melihat kenyataan seperti ini ...," jawab Yvonne memanas-manasi Auristela.

Auristela langsung berbalik badan kemudian berjalan meninggalkan tempat itu tanpa berkata sepatah kata pun. Yvonne pun berbalik badan sembari memerhatikan Auristela yang sedang berjalan, dari tempatnya berdiri saat ini. 

"Auristela-Auristela, ternyata benar sejak dahulu, Anda tidak pernah berubah," ucap Yvonne tersenyum. Setelah Auristela sudah tidak terlihat dari pandangannya, dia pun pergi meninggalkan tempat tersebut.

Di sisi lain, Auristela bergegas menuju ruang kepala sekolah. Tetapi saat sampai di sana, ruangan itu begitu sunyi seperti tidak berpenghuni. Setelah berkeliling seluruh isi ruangan pun tetap Auristela tidak menemukan seorang pun.

Keringat mulai mengucur deras membanjiri pakaiannya. Rasa pengap mulai terasa ketika Auristela mengibaskan tangannya untuk mengurangi panas. Secara tak sengaja, dia melirik dan menangkap alat pendingin ruangan ternyata belum menyala sejak tadi.

Auristela lantas mengambil remote pendingin ruangan yang berada di hadapannya, tergeletak di atas meja. Saat dia hendak menyalakan pendingin ruangan, alatnya tak kunjung menyala. Setelah beberapa kali berusaha mengaktifkan pendingin ruangan itu, Auristela baru tersadar, remote yang di pegangnya memiliki kemampuan sensoring. 

Akhirnya Auristela memilih menyalakan secara manual lewat tombol kecil yang ada di alat pendingin ruangannya. Dia lalu menarik sebuah kursi agar mudah menggapai tombol itu. Saat mencoba menggapai tombol dengan berdiri di atas kursi, tiba-tiba dia terpeleset dan terjatuh ke dalam suatu ruangan. 

Dahinya mulai mengeluarkan darah segar akibat benturan dengan lantai. Saat Auristela mencoba untuk bangkit berdiri, matanya mulai berkunang-kunang dan membuatnya kehilangan kendali. Karena tidak kuat berdiri, dia pun terjatuh dan pingsan dengan keadaan darah yang terus mengalir dari dahinya.

Sementara itu ...

Yvonne yang sejak tadi bersembunyi di belakang kursi penonton pun memutuskan untuk keluar dari tempat persembunyiannya. Kemudian dia sesekali mengintip lewat jendela untuk memastikan keberadaan Auristela. Namun sampai detik itu, sosok yang dia cari belum kunjung terlihat. Akhirnya Yvonne keluar dari ruangan tersebut.

"Sejak kapan Anda di sana?" tanya Zen menatap Yvonne sembari meminum secangkir teh, dalam keadaan duduk.

"Tuan M---" sontak Yvonne kaget.

Amor Aeternus [END!] [On-going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang