Bab 46. Acara Terjadwal yang Hancur

185 51 6
                                    

Dalam perjalanan, suasana terasa begitu hening, tidak ada satu pun dari mereka yang bertegur sapa.

Waktu berlalu, setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, mereka pun sampai di suatu tempat yang cukup sepi dan sunyi. Tetapi tempat tersebut terasa cukup familier, bila sekilas melihatnya.

"Di mana lokasi kita saat ini?" tanya Auristela menatap Zen, sembari meraba-raba tubuhnya untuk mencari alat pelacak miliknya.

Menyadari Auristela bertingkah laku aneh, Zen menarik salah satu tangannya. "Apa yang sedang Anda cari?" Kemudian dia menatap kedua mata Auristela dengan tatapan tajam.

"Bukan urusan Anda," jawab Auristela mencoba melepaskan genggaman tangan pria itu.

"Oh, bagaiman sekarang?" tanya Zen menambah kekuatan genggamannya, dengan sedikit senyuman yang tampak pada wajahnya.

"Lepaskan!" sentak Auristela mencoba memberontak.

"Pak, mereka sudah menunggu," ucap Sion menyela Zen dan Auristela dari kursi depan.

Sontak Zen melepaskan genggamannya kemudian berkata, "jaga sikap Anda di hadapan mereka."

Namun mendengar perkataan Zen, gadis itu tampak tidak mempedulikannya. Melihat wajah cuek Auristela, dia langsung bergegas turun dari mobil.

"Ryst, ada baiknya kamu bersikap lebih baik pada pak Zen," ucap Sion memberi saran sebelum Auristela menyusulnya turun dari mobil.

"Tidak ada yang perlu ditutupi, saya adalah saya bukan orang lain," jawab Auristela langsung bergegas turun mengikuti Zen, setelah berkata demikian.

"Ryst memang gadis memang menarik, seperti apa yang dikatakan tuan. Namun dari tingkah lakunya, beliau sudah pasti tidak menyukai gadis ini," ucap Sion begitu Auristela baru saja turun dari mobil.

"Siapa yang tuan maksudkan?" tanya sopir menyahut perkataan Sion.

"Tuan muda," ucap Sion tersenyum.

Auristela dan Zen memasuki gedung yang dimaksud tempat tujuan itu. Sion pun turun tidak lama setelahnya. Sementara sopir menunggu di mobil bila mana nanti langsung dibutuhkan.

Mereka naik ke lantai delapan sesuai dengan arahan yang tertera pada email seseorang. Sampai di lantai delapan, mereka langsung disambut beberapa orang bersenjata. Tepat sekali senjata-senjata itu mengarah pada masing-masing dari mereka.

Hal tersebut membuat Auristela terkejut. Dan sontak membuatnya bersembunyi di belakang Zen.

"Benar dengan Inisial Pak M? Dan S?" tanya salah satu dari orang bersenjata itu.

"Lancang!" seru Sion menatap mereka.

"Maafkan kami sudah salah mengenali Tuan-tuan," ucap mereka menurunkan senjata, yang mengarah pada ketiga orang itu. Begitu menyadari adanya gadis yang bersembunyi dibelakang Zen, mereka langsung memberi kode satu sama lain.

"Silakan," ucap salah seorang lainnya dari kelompok bersenjata itu.

Mereka pun memberi jalan pada Sion, Zen, dan Auristela, serta menunjukan nomor ruangan pertemuannya. Sepanjang jalan menuju ruangan, tatapan mata orang-orang bersenjata itu begitu tajam pada Auristela.

Gadis itu sempat melirik ke belakang, dan ternyata ada beberapa orang bersenjata lagi yang menggangantikan di tempat tadi. Dengan kata lain, memang orang-orang bersenjata itu yang bertugas menjaga serta memberi petunjuk jalan.

Sampai di ruangan itu, mereka semua langsung masuk kecuali orang-orang bersenjata tadi. Begitu masuk, mereka tampak tidak ada seorang pun yang menyambut. Melainkan terlihat beberapa topeng penutup mata atau wajah yang menggantung.

Amor Aeternus [END!] [On-going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang