Bab 7. Upaya Penyelamatan

913 135 215
                                    

Sion mulai membuka pintu kamar ruangan terakhir yang terhadap di lantai empat. Begitu dibuka, ruangan nampak begitu gelap. Untuk memastikannya, mereka berempat masuk ke dalam ruangan tersebut. Mereka terus berjalan, tapi tidak terlihat ada yang mencurigakan.

Tiba-tiba, saat mereka sudah melangkahkan kaki sampai di tengah ruangan. Lalu sebuah sangkar besi besar naik ke permukaan dan mengurung mereka. Sontak membuat mereka semua terkejut. Mereka tidak menyadari, jika salah satu dari mereka telah menginjak perangkap.

"Kita lengah!" teriak Zen kesal memukul jeruji besi sangkar.

"Pak, kendalikan emosi Anda," ujar Angel mencoba menenangkan Zen.

"Bagaimana saya bisa tenang?" tanya Zen berbalik badan lalu menatap Angel.

"Oh Tuan ... Yang terhormat. Bagaimana kabar Anda?" tanya suara seorang pria.

"Ada suara orang, waspada," ucap Sion menyiapkan senjatanya.

"Percuma Sion, ini hanyalah suara dari speakers saja, jangan membuang-buang pelurumu," jawab Zen.

"Nampaknya memang Anda sangat pandai, ya," ujar pria itu.

"Katakan, apa maksud dan tujuan Anda!" sela Doktor Alvaro.

"Untuk apa saya memberitahu kalian? Sama sekali tidak berguna," jawab pria tersebut.

"Jadi, apa maumu," tanya Sion.

"Saya menginginkan nyawa gadis itu," jawab pria itu.

"Untuk apa Anda menginginkan nyawanya?" tanya Doktor Alvaro.

"Itu tidak penting!" tegas pria itu yang mulai emosi.

"Lepaskan saya!" teriak Zen meninju jeruji besi.

"Kalian terlalu banyak meminta dan bertanya! Saya muak dengan kalian, selamat tinggal!" ucap pria tersebut, memutus sambungan speaker.

"Bagaimana ini Pak?" tanya Sion kebingungan.

"Jangan banyak bergerak," jawab Zen.

"Kenapa?" tanya Sion.

"Oksigennya berkurang," jawab Doktor Alvaro.

"Oh ya, satu hal lagi, dalam waktu 24 jam. Oksigen di ruangan tersebut akan habis," ucap pria itu lewat speaker, lalu memutuskan sambungannya lagi.

"Cahaya di sini juga sedikit, gunakan kode bahasa 27," ucap Zen.

Sion mengangguk seakan berkata iya, Angel juga melakukan hal yang sama dengannya. Sementara Doktor Alvaro hanya terdiam, karena tidak begitu mengerti tentang kode-kode seperti itu.

***

"Tuan, apakah Anda yakin?" tanya seorang pelayan pribadi pria itu.

"Tentu saja, lagian, wanita yang mereka cari tengah aman bersama kita," jawab pria tersebut tersenyum sinis.

Tiba-tiba datang pelayan lain lalu berkata, "Maaf tuan, tahanan itu, dia mengamuk. Dia mengancam akan mengigit racun yang ada di dalam mulutnya, sebagai kode C1 katanya."

"Apa!" sentak pria tersebut.

"Tuan, apakah Anda akan ke sana?" tanya pelayan pribadi pria itu.

"Tunggu apa lagi?" jawab pria tersebut berdiri kemudian bergegas menuju kamar tempat Auristela disekap.

"Jangan ada yang mendekat! Saya tahu, kalian takutkan saya bunuh diri?" tanya Auristela.

"Tapi Nona jangan berbuat nekat atau Tuan akan marah besar," jawab salah seorang pelayan perempuan.

Amor Aeternus [END!] [On-going]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora