Bab 34. Masalah Perusahaan? - 2

239 60 96
                                    

Pagi harinya, Auristela bergegas menuju Kantor Perusahaan MC Time, karena akan segera mengadakan rapat pukul sembilan.

Setelah sampai di dalam ruangan rapat, semua terdiam melihat kedatangan gadis itu. Polen tampak sedang duduk, mempersiapkan data-data yang akan dipresentasikan.

"Ada apa ini?" tanya Auristela melirik Kimberlly. Sontak terkejutlah mereka, dengan pertanyaan Auristela.

"Tidak ada Nona Besar, mereka hanya ketakutan saja," jawab Kimberlly.

Auristela mulai melirikkan matanya secara bergantian pada mereka. Namun, tidak ada yang berani berkata sepatah kata pun pada gadis itu.

Tiba-tiba Polen menyahut, "Presentasinya sudah siap." 

"Nona silakan duduk," ucap Kimberlly.

Gadis itu yang awalnya masih berdiri pun berjalan menuju tempat duduknya. Saat sampai, dia langsung duduk dengan menyilangkan kaki kirinya.

Polen mulai mempresentasikan masalah perusahaan yang sudah terjadi selama beberapa hari terakhir. Mendengar pernyataan pamannya, Auristela hanya  tersenyum sembari mengetuk-ketukkan tangannya di meja. Hal tersebut membuat detak jantung pria itu menjadi semakin cepat, dari biasanya. 

Kegelisahan terus menyertai Polen, sepanjang presentasi, dilihat dari gerak gerik pria itu yang semakin mencurigakan. Apa lagi tatapan mata Auristela yang dingin terus menatapnya.

Namun, seperti biasa, dia selalu mencoba untuk tampil seperti biasanya. Sehingga, tidak banyak yang menyadari bahwa pria itu dalam tekanan sepanjang presentasi.

Selesai mempresentasikan masalah perusahaan, seperti rapat pertama kali yang dibuat Auristela. Tidak ada satu pun yang berpendapat dalam rapat ini. Suasana begitu hening dan mencekam, seperti ruang interogasi.

"Jadi? Saat ini kita kekurangan dana? karena pemasukan ke dalam perusahaan berkurang?" tanya Auristela melirik mereka secara bergantian. Tetapi, tidak ada satu pun di antara mereka yang menjawab pertanyaan tersebut. Sehingga emosinya meluap, dan membuatnya menggeprak meja yang ada di hadapannya.

Brak ...

Sontak, terkejutlah para anggota rapat tersebut. Keringat dingin mulai bercucuran, membuat mereka semakin tegang.

"Sopankah begitu?" tanya Auristela.

"Nona yang saya tanya, sopankah menggeprak meja?" tanya salah satu anggota divisi regional.

"Jawab pertanyaan saya, baru saya jawab pertanyaan Anda," jawab Auristela menatap orang yang menjawab pertanyaannya.

Orang itu pun mendadak membisu, seperti tidak bisa berkata sepatah kata pun. Seakan mulutnya kaku untuk terbuka.

"Saya tanya kepada kalian semua! Sopankah mengabaikan pertanyaan saya?" tanya Auristela dengan nada menyentak.

"Saya ingin menjawab Nona, mewakili yang lain," jawab Kamsi.

Auristela melirikkan pandangannya pada Kamsi, kemudian menganggukan kepalanya seakan berkata iya. Pria itu pun bangkit berdiri untuk menjelaskan tujuannya.

"Jadi Nona, saya di sini sebagai Direktur utama ingin menyampaikan sesautu. Memang benar apa yang dikatakan Pak Polen, bahwa Perusahaan kita mengalami banyak penurunan dalam perekonomiannya. Memang sebagian pemasukan digunakan untuk renovasi, tetapi, sebenarnya saya sendiri memang sangat menganjurkan adanya renovasi tersebut. Mengapa? Tentunya karena Perusahaan kita saat ini adalah peringkat kedua di Negara ini. Bila mana penampilan atau dengan kata lain fondasi gedung masih belum ada perubahan, apa kata orang nantinya?" ucap Kamsi. selaku Direktur Utama. "Sekian dari saya, mungkin yang lain ingin menambahkan."

Amor Aeternus [END!] [On-going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang