Sembilan

628 83 9
                                    

Suasana sekolah nampak sangat kacau setelahnya, kepala sekolah langsung meminta para guru untuk menginterogasi para murid dan mengecek CCTV, ini bukan pertama kalinya Hansol mendapatkan terror namun kali ini anak itu harus dilarikan ke rumah sakit dan itu fatal. Bukan hanya nama baik sekolah yang akan tercemar, keluarga Hansol mungkin juga akan menuntut pihak sekolah. Terlebih ayah Hansol adalah orang yang memiliki pengaruh besar. Tentu saja itu membuat kekhawatiran kepala sekolah semakin bertambah.

"Apa benar anak ini tidak punya banyak teman?"

"Kurasa setelah ketahuan dia adiknya Jeon Wonwoo anak itu jadi pendiam, begitu juga kan kata ketua kelasnya."

Dino memutar bola matanya bosan, ia ke sini untuk diinterogasi kedua kalinya setelah tadi di kelas. Dino tidak tahu kenapa hanya ada dia, Woozi, Soonyoung, dan Daehyun saja yang dipanggil ke ruang guru yang pasti saat ini kepala sekolah sudah meminta para guru untuk kembali mengajar ke kelasnya kecuali tentu saja guru BP yang tidak disukai oleh kebanyakan murid.

"Baiklah, apa kalian tahu kenapa kalian dipanggil ke sini?" tanya pak Kim yang merupakan guru BP itu.

"Entahlah." Jawab Soonyoung mewakili yang lain.

"Jadi kami sudah mengecek seluruh CCTV yang mengecek semua sudut sekolah dan mendapati seorang pemuda dengan seragam sekolah kita dan tas merahnya memasukan sesuatu ke dalam loker Hansol."

"Eum ... aku tidak sekelas dengannya." Daehyunmemberikan alibi, kepala sekolah mengangguk paham dan kemudian menunjukanrekaman yang dimaksud pak Kim. Dalam rekaman itu murid laki-laki tersebutmenutupi kepalanya dengan hoodie, hoodie itu merupakan bagian dari seragam olahraga yang sering digunakan oleh para murid laki-laki, warnanya abu-abu dengan garis biru, berbeda dengan milik murid perempuan yang memiliki gradasi merah muda.

"Kami juga tidak sekelas dengannya dan hanya beberapa kali bertemu di kantin sekolah, benarkan Woozi?" Woozi mengamini alibi yang diberikan Soonyoung. Nyatanya memang Woozi dan Soonyoung tidak terlalu mengenal Hansol, karena Wonwoo memang tidak pernah mengenalkan adiknya ataupun membicarakan tentang adiknya.

"Tapi kalian berdua dekat dengan Wonwoo kan?" Tanya pak Kim yang tentu saja membuat Woozi tersinggung.

"Memangnya kenapa kalau kami dekat dengan Wonwoo? Apakah ia terlihat berbahaya untuk adiknya sendiri?" Tanya Woozi yang dibalas tawa oleh pak Kim, menurut pak Kim Woozi terlalu naif, karena semua orang juga tahu betapa tidak dekatnya Wonwoo dan juga Hansol. Tapi itu tetap bukan alasan yang kuat bagi Wonwoo untuk mencelakai adiknya.

Melihat ketegangan di antara gurunya dan kakak kelasnya, Dino ikut buka suara, "Aku berada bersamanya pada saat ia diterror untuk yang pertama kalinya, tapi aku tidak tahu apa yang terjadi dengannya sampai tadi saat diinterogasi mereka memberi tahuku kalau Hansol punya alergi."

Pak Kim lagi-lagi tertawa, kali ini kepala sekolah juga ikut tertawa mendengar alasan Dino, "Bagaimana bisa kau mengikutinya setiap waktu ke manapun dan kau tidak tahu apa yang bisa dan tidak bisa dimakannya?" Tanya pak Kim membuat Woozi semakin jengkel.

"Maaf, kalau seperti ini cara Bapak bertanya, maka ini tidak bisa disebut interogasi. Tapi fitnah! Seharusnya kami ditanya baik-baik, saat ini semua orang masih memiliki posisi yang sama, yaitu praduga tidak bersalah," remaja bertubuh kecil itu masih sempat mengepalkan tangannya sebelum melanjutkan, "Entah kalian betul-betul peduli pada murid, atau hanya memikirkan reputasi sekolah." Kalimat terakhir Woozi jelas sangat menyinggung pak Kim dan kepala sekolah, maka setelahnya diputuskan untuk mengirim surat panggilan kepada orang tua mereka.

.

.

.

JeonWhere stories live. Discover now