Tujuh

781 95 16
                                    

Soonyoung berlarian menghampiri Wonwoo yang masih diam mematung di area loker siswa, tangannya memegang lutut dengan posisi bungkuk, Soonyoung mengatur napasnya yang tersengal, "Wonwoo, Yebin pindah sekolah hari ini!" Katanya yang masih sedikit tersengal bocah bermata searah jarum jam 10.10 itu sudah berkeringat sepagi ini setelah berlari mencari sahabatnya untuk memberitahu tentang gosip mengenai Yebin, gadis yang ditaksir sahabatnya itu.

Wonwoo yang menyadari bahwa Hansol dan yang lainnya sudah tidak ada itu kemudian berlari dengan cepat, Soonyoung mengejar di belakangnya, "Hei bodoh! Yebin pindah ke Thailand, kau mau mengejarnya ke bandara?"

Pagi itu kelas sangat heboh, Yebin yang tiba-tiba pindah dan Hansol yang tiba-tiba mendapatkan terror, yang tidak habis pikir sebagian anak berpendapat bahwa Yebin lah yang meneror Hansol lantaran tidak suka dengan fakta bahwa dia adalah adik dari pria yang disukainya. Tentu saja teman-teman Yebin membantah dan memarahi para penggosip itu.

Sementara Hansol sekarang berada di UKS bersama wali kelasnya, Jun, Dino, dan Mingyu. Bocah itu baru saja menyeruput teh hangat yang diberikan kepadanya, dengan bantuan Jun yang setia berada di sampingnya, meski sudah diminta kembali ke kelas tetapi Jun, Dino, dan Mingyu belum mau kembali ke kelas, mereka terlihat sangat mengkhawatirkan Hansol.

"Aku akan membawanya pulang."

Semua orang menoleh ke arah Wonwoo, kecuali Hansol yang masih diam dengan tatapan kosongnya, Wonwoo datang bersama dengan kepala sekolah dan Soonyoung yang sejak tadi mengekorinya, si pecinta macan itu rupanya belum tahu keadaan Hansol dan masih berpikir kalau Wonwoo sedang mengejar gadis yang ditaksirnya.

"Biarkan mereka pulang bersama, saya sudah mengatakan pada wali kelas Wonwoo juga." Kata kepala sekolah memberikan instruksi kepada wali kelas Hansol.

"Baik Pak," ibu Kahi menatap murid lainnya, "Kalian sudah dengarkan? Biarkan Hansol pulang bersama kakaknya dan kalian semua kembalilah ke kelas!"

Grep. Hansol mencengkram lengan Jun saat Jun dan yang lainnya akan pergi, dia bahkan tidak melihat ke arah Jun dan hanya menatap ke arah lantai. Semua orang termasuk Wonwoo terkejut melihatnya, anak itu rupanya telah memilih Jun sebagai pelindungnya, jadi mau tidak mau kepala sekolah juga meminta Jun untuk ikut mengantarnya.

"Sebaiknya kita ke rumah sakit." Kata Jun memberikan saran, dia sudah duduk di belakang bersama Hansol sedangkan Wonwoo di depan bersama dengan pak Lee.

"Tidak perlu, kalau ayahku sampai tahu ini akan jadi masalah." Tolak Wonwoo, dia yakin betul Jihoon akan menyalahkannya atas kejadian hari ini, dia pernah disalahkan saat Bohyuk terjatuh dari sepedanya, padahal waktu itu Wonwoo tidak bermain dengan adiknya.

"Masalah apa? Kau lebih takut pada ayahmu ketimbang keselamatan adikmu?" iya dan tidak, Wonwoo mengepalkan tangannya, berusaha meredam emosinya. Jun hari ini sudah berjasa menyelamatakan Hansol, bagaimanapun yang Jun lakukan sudah cukup menenangkan Hansol, anak itu bahkan tidak mau lepas dari Jun dan sekarang malah tertidur di samping Jun.

"Dia tidak apa-apa." Kata Wonwoo akhirnya.

"What? No, he's not!" Jun mulai kesal, dia menggelengkan kepalanya heran dengan sikap sahabatnya sendiri.

"It was panic attack Jun." Kata Wonwoo kalem, Jun tidak mengerti bagaimana Wonwoo bisa setenang itu mengatakannya.

"Yeah, and that's –"

"And I've been dealing with that for years, so ... bisa engga jangan ikut campur terlalu jauh? I appreciate what you've done to him but you don't know what happened to him, to us."

.

.

.

JeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang