Tiga

1.1K 122 26
                                    

Hari ini semua murid heboh membicarakan perkemahan yang akan dilakukan oleh sekolah. Sebenarnya ini berawal dari acaranya anak-anak pramuka, merasa iri, murid lainya minta diadakan perkemahan juga.

Jadilah hari ini OSIS memasang pengumuman perkemahan untuk semua murid dari kelas X hingga kelas XII. Semua murid tampak antusias dan segera menghubungi orang tua mereka untuk meminta izin. Perkemahannya akan dilakukan pada akhir minggu ini dan mereka akan berada di sana selama 3 hari 2 malam.

"Yosodo? Tempat apa itu?"

"Bukan Yosodo tapi Yeosodo, aku juga baru dengar namanya."

"Terserahlah apa namanya, yang penting ada kakak pembina yang tampaaan~"

"Siapa?"

"Seungcheol oppa~"

Hansol memasang headphonenya dan memutuskan untuk mendengarkan musik, Hansol tidak tertarik dengan kegiatan tersebut. Hansol lebih suka belajar atau membaca komik ketimbang bermain. Setiap ada perkemahan atau jalan-jalan, Hansol selalu izin dengan alasan kesehatan, untungnya pihak sekolah percaya dan membiarkan Hansol tidak ikut.

Namun, saat Wonwoo minta izin pada ayahnya, Hansol dengan cepat mengajukan diri untuk ikut juga. Ibunya sampai terheran-heran melihat Hansol mengajukan permintaan itu.

"Hansol, kau yakin mau ikut?" tanya ibu yang masih ragu.

"100% yakin!" Hansol mengangguk sembari tersenyum ke arah ayahnya.

"Sudahlah, biarkan saja dia ikut, lagi pula ada Wonwoo, jadi tidak perlu khawatir."

Wonwoo mengernyitkan dahinya, 'Aku bukan baby sitternya' batin Wonwoo menggerutu, tetapi Wonwoo tetap harus ikut kegiatan tersebut, karena guru IPA mengancam tidak akan memberi nilai anak-anak kelas 3 jika mereka tidak memberikan karya tulis sepulang dari acara tersebut.

Tiffany mendesah pelan, kalau melarang Hansol saja sulit, apalagi melawan Jihoon, Tiffany memilih untuk pasrah saja dan menuruti kemauan anaknya.

.
.
.

Hansol baru saja selesai mendaftarkan dirinya untuk acara perkemahan saat Umji datang dan menyerahkan sebuah buku padanya, Hansol belum sempat bertanya, tetapi gadis itu sudah pergi lebih duluan. Setahu Hansol dia adalah ketua kelas dari kelas sebelah, sayangnya Hansol juga tidak begitu dekat dengannya.

"Jeon Wonwoo?" Hansol mengernyitkan dahi.

Itu adalah buku jurnal milik Wonwoo, entah mengapa buku itu bisa berada di tangan Umji, dan kenapa juga Umji malah memberikannya pada Hansol? Padahal jelas, tidak ada satupun orang yang tahu kalau Hansol dan Wonwoo bersaudara, kecuali mungkin kepala sekolah dan beberapa guru yang sudah tahu bahwa mereka memiliki wali murid yang sama.

"Apa aku harus memberikannya ke hyung?" tanya Hansol pada dirinya sendiri, ia menggigit bibir bawahnya, ragu.

Ia kemudian berjalan menuju kelasnya, tetapi di saat itu Hansol melihat seekor kucing berlarian menuju taman belakang sekolah. Hansol lebih menyukai anjing, tetapi ia pernah memelihara seekor kucing, jadi ada perasaan khusus pada hewan berbulu itu.

Kucing itu berwarna hitam pekat, tetapi bulu di sekitar perutnya berwarna putih, bulunya sangat tebal dan matanya berwarna hijau. Kucing itu masih kecil, Hansol mengira-ngira usia kucing itu, mungkin badu sekitar 2 atau 3 bulan.

"Hai, siapa namamu?" tanya Hansol sambil mengelus bulu kucing tersebut.

Tidak ada jawaban, tentu saja. Hansol tertawa menyadari kebodohannya sendiri.

JeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang