Peserta 1

180 12 33
                                    

After Promising



"Bantu aku, Flounder," Ariel, putri duyung berusia enam belas tahun itu berkata pada Flounder, teman ikan kecilnya yang berwarna kuning bergaris biru.

Ariel baru saja keluar dari sebuah kapal karam yang dia temukan tak jauh dari kerajaannya. Putri duyung kecil itu membawa sebuah peti besar entah apa isinya. Dia berniat membawanya ke sebuah gua kecil yang merupakan tempat dirinya dan Flounder bermain setiap hari.

Seperti biasa, menjelang sore hari dia bersama Flounder pergi ke permukaan laut untuk mengunjungi Scuttle, si burung camar. Walau ayahnya telah memperingati untuk tidak berhubungan dengan manusia, Ariel tetaplah yang keras kepala. Dia terlalu penasaran ingin mengetahui lebih banyak mengenai manusia.

"Aku kemarin melihatnya. Mereka memiliki kebiasaan yang aneh. Setiap hari selalu ada yang berenang di pantai, tapi bukan itu yang membuatnya terlihat konyol. Kau tahu apa?" Scuttle yang sejak tadi menceritakan pengalaman serunya hari ini terlihat tak kalah antusias dari Ariel yang ingin tahu banyak.

Menggeleng cepat, Ariel menjawab, "Aku tidak tahu. Apa yang menurutmu konyol dari mereka?"

"Tentu saja kebiasaan mereka yang hidup di daerah pesisir pantai. Mereka suka sekali menjemur pakaian, bahkan pakaian dalam sekalipun. Kau tahu? Kemarin aku tidak sengaja melihat seorang pria tengah mengintai di dekat jemuran pakaian dalam. Dia dipukuli oleh pemilik rumah karena mengira pria itu akan mencuri pakaian dalamnya." Scuttle tertawa, sementara Ariel hanya mengerutkan kening.

Ini cerita yang belum pernah dia dengar sebelumnya. Selama mendengar berbagai cerita dari Scuttle, dia tidak pernah tahu apa itu pakaian dalam. Memangnya mengapa disebut pakaian dalam? Lalu, apa masalahnya dengan pencurian pakaian dalam? Apa yang ada di dalam pakaian itu sampai-sampai terdengar sangat berharga?

Tidak ingin larut dalam kebingungan, Ariel memilih bertanya, "Apa itu pakaian dalam?" Scuttle seketika berhenti tertawa. Ah, dia sampai lupa menjelaskannya.

"Itu ... aku bingung menjelaskannya. Seper—ah, aku harus pergi. Lihat, kawananku hendak pulang. Sampai jumpa besok." Scuttle berlalu pergi, meninggalkan Ariel dan Flounder yang masih memunculkan diri di permukaan.

Melihat kepergian Scuttle yang semakin menjauh, Ariel menoleh ke belakangnya. Dia selalu menyukai bulatan besar berwarna jingga itu. Di dalam laut tidak memiliki benda itu. Setelah bulatan jingga itu benar-benar ditelan kegelapan, Ariel dan Flounder kembali ke dalam laut.

Di istana, Ariel tengah menghadap ayahnya yang kini menyorot tajam. Raja Triton menatap putrinya yang menunduk dalam tanpa berani balas menatapnya. Pria dengan rambut kuning bergelombang serta mahkota di kepalanya itu mendekat ke arah sang putri, memegang pundaknya, lalu menghela napas.

Dia tidak tahu harus berkata apalagi, mengingat putrinya sangat ingin tahu tentang dunia manusia.

"Putriku," panggilnya berusaha mempertahankan benteng pertahanannya agar tidak luluh hanya karena raut anaknya yang terlihat menyesal. Tentu saja penyesalan yang dibuat-buat supaya mendapat ampunan.

Ariel mendongak, rambut merahnya bergerak ke sana kemari akibat aliran air laut. Memberanikan diri menatap Triton, sementara ayahnya kembali mendengkus sebelum akhirnya berucap, "Sudah berapa kali Ayah bilang, kehidupan di dalam laut lebih indah daripada di dunia manusia, di mana mereka merusak seluruh ekosistem yang kita miliki. Bukan tanpa alasan Ayah melarangmu, Nak. Hubungan antara kaum kita dan kaum mereka dilarang. Kita tidak mungkin bersama mereka, Nak. Lihatlah, bagaimana mereka memperlakukan ikan-ikan di laut."

Ariel tak menjawab, dia masih mendengarkan segala hal yang Triton ucapkan, "Mereka menangkap ikan, membakarnya dalam sebuah pesta, lalu memakannya. Kita tak lebih dari sesuatu yang mereka konsumsi, Nak. Bahkan, jika mereka tahu kaum kami masih ada, mereka akan memburu kami, menjadikan tontonan untuk mendapat harta." Triton melepas pegangannya pada pundak Ariel, menatap dalam putrinya yang kembali menunduk.

FUTURISTIC FEBRUARY 2021Where stories live. Discover now