Peserta 5

98 9 3
                                    

Nyaris tak berkedip, sosok berambut hitam panjang itu menatap kemegahan gedung-gedung pencakar langit dengan mata berbinar. Saking senangnya, decakan kagum bahkan enggan keluar dari mulut berbibir merah muda itu.

Sebenarnya, ia sudah pernah melihat dunia permukaan dari gelembung sihir milik sang nenek. Namun, tetap saja sensasinya berbeda saat bisa melihat secara langsung. Lagi pula, melihat permukaan melalui gelembung rasanya seperti melihat dari jarak jauh. Ia tidak bisa memperkirakan ukuran bangunan yang ada di permukaan dan tidak bisa menyaksikan gambar bergerak dari benda raksasa berbentuk persegi yang kini ia lihat.

"Adik, jangan melamun! Waktu kita terbatas. Jadi, kita harus cepat!"

Mendengar teguran sang kakak, duyung muda bernama Ariel itu pun tersadar dari lamunan dan segera menyusul kakaknya yang sudah berenang cukup jauh, menyusuri kanal.

Tujuan mereka adalah taman hiburan. Ariel sendiri yang meminta dan bilang ingin melihat lingkaran berputar yang amat besar di permukaan. Sebenarnya, ayah Ariel, Raja Laut Triton sudah melarang, bersikeras kalau dunia permukaan sangat berbahaya dan tidak mengizinkan putri bungsunya untuk pergi ke sana. Terlebih karena permaisurinya kehilangan kehidupan karena dunia itu. Namun, sikap keras kepala Ariel rupanya lebih kuat sehingga Raja Laut Triton pun terpaksa mengalah. Mengikuti nasihat Ibu Suri, sang raja memerintahkan putri kelimanya untuk menemani si bungsu ke permukaan. Tentu saja dengan bimbingannya agar mereka tidak tersesat. Dan di sinilah mereka sekarang, berhasil mencapai tempat yang diimpikan.

Di bawah bayangan, Ariel menyembulkan kepalanya ke atas air, menatap bianglala besar yang penuh lampu warna-warni dengan tatapan kagum. Ia tahu kalau harapan untuk menaiki benda itu tak akan pernah terwujud. Walau permukaan begitu dekat, ia tetap tidak bisa menggapai. Bagaimanapun, makhluk permukaan dan dirinya sangat berbeda, bak langit dan bumi. Bisa melihat dunia permukaan dari dekat saja sudah untung.

"Kau sudah melihatnya, 'kan? Sekarang waktunya kita pulang."

"Kakak," panggil Ariel, "tolong biarkan aku melihatnya sedikit lebih lama."

"Sudah cukup, Dik. Kita harus pulang. Ayah sudah berpesan kalau dunia permukaan itu berbahaya. Jadi, kita tidak bisa berlama-lama."

Ariel menunduk lesu, masih tak rela untuk meninggalkan dunia permukaan yang baginya sangat menakjubkan.

"Hanya sekali ini saja ayah mengizinkan kita untuk melihat dari jarak sedekat ini. Tidak ada lagi lain kali. Jadi, aku mohon kepadamu, lupakan dunia permukaan! Lagi pula, tidak lama lagi ayah akan memilihkan seorang pasangan untukmu. Kau harus jaga sikap!"

Setelah mengatakan apa yang ada di pikirannya, sang kakak kembali berenang menyusuri kanal, menggunakan kekuatan sihirnya untuk mengikuti petunjuk yang diberikan Raja Laut Triton agar dapat kembali ke dasar laut dengan selamat. Sayangnya, alih-alih terus mengikuti sang kakak, Ariel justru berhenti di bangunan besar mirip kapal yang ada di pinggir kanal.

Sebenarnya, tak ada yang istimewa dengan bangunan itu. Tidak ada kerlip lampu seperti bangunan lainnya. Namun, justru karena hal itu Ariel berhenti. Ia ingin melihat dunia permukaan lebih lama lagi. Jadi, tempat yang minim penerangan sangat cocok baginya. Di sana, Ariel bisa melihat dunia permukaan tanpa harus merasa waswas kalau seseorang akan melihat.

Ariel mendekat ke pinggir kanal, penasaran seperti apa rasanya menyentuh permukaan. Namun, sebelum sempat melakukan aksinya, suara keras khas benda jatuh ke dalam air membuatnya terkejut. Penasaran, Ariel pun menyelam ke dalam air dan mendapati makhluk permukaan yang biasa disebut 'manusia' oleh sang ayah.

Ariel tahu kalau penghuni permukaan tidak bisa hidup di dalam air, sama seperti dirinya yang tidak bisa hidup di sana. Ia ingin menolong, tetapi masih ingat pesan sang ayah bahwa dirinya tidak boleh terlihat oleh manusia. Ariel menunggu cukup lama, tetapi tidak melihat satu pun makhluk permukaan yang berusaha menolong orang itu. Alhasil, ia pun menghampiri tubuh tersebut dengan perlahan. Menyadari kalau manusia itu memejamkan mata, Ariel menarik manusia itu ke permukaan air, tidak menyadari kalau orang itu merasa terkejut dengan kehadirannya.

FUTURISTIC FEBRUARY 2021Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon