Chapter 3 - A Mansion Full of Roses

362 76 16
                                    

Akhir Tahun 1888,

Techapaikhun Mansion, London

"Apakah kau tidak takut?"tanya Off yang melihat Att atau yang ia anggap sebagai Gun itu dengan lembut.

"Eum?"

"Ketika aku mengatakan aku seorang vampire, apakah kau tidak takut?"

Att terkesiap. Ia juga bingung mau mengatakan apa. Jujur saja Att tidak takut karena dia memang dilahirkan sebagai seorang pemburu yang berani pada segala makhluk underworlds, tapi jika menarik sudut pandang dari seorang tunawisma, seharusnya ia juga takut.

"K-kau kelihatan seperti orang baik,"

"Benarkah?"

Att mengangguk.

"Tapi aku hampir membunuh seseorang di depanmu,"

Att berusaha tetap tenang. "Orang itu hendak membunuh seorang gadis. Jika tidak ada kau disana, gadis itu dan aku pasti akan mati,"jawabnya masih dengan degub jantung yang khawatir pada kepekaan vampire tua di depannya.

"Tapi Vampire itu menghisap darah loh. Kau tidak takut?"kini Off bertanya dengan lebih mengintimidasi. Att bisa melihat kerlingan matanya yang berwarna merah itu lebih terang di dalam kereta kuda gelap yang mereka kendarai.

"Kalau kau memang mau menghisap darahku, kau seharusnya melakukannya sejak pertama kali. Tapi kau justru memegang pipiku, menatapku tidak percaya, lalu perhatian padaku hingga memakaikan aku jubahmu. Jadi aku yakin kau tidak akan membahayakanku,"Att yang kini membalas tatapan Off dengan  intimidasi namun masih cukup lembut karena senyum manisnya.

"Hahahaha.. ternyata.. kau selalu pintar ya Gun? Meskipun pada kelahiranmu yang kedua kalinya," Off membelai surai Att. Att hanya diam mengangguk saja. Ia harap Pangeran Gun yang sebenarnya juga akan melakukan hal yang sama dengannya.

Kereta kuda pun berhenti di depan mansion dengan bunga mawar merah yang memenuhi halamannya. Jane pernah mengatakan padanya dulu bahwa Pangeran Gun sangat menyukai mawar merah dan segala jenis bunga. Istananya selalu penuh dengan berbagai macam bunga di halamannya, persis dengan yang dilihatnya sekarang.

"Kita sampai.."Bright membukakan pintu, dan Off yang turun terlebih dahulu. Kemudian Att turun setelahnya.

Jika dilihat secara kasat mata, mansion ini layaknya mansion bangsawan di Inggris pada umumnya, tapi ada suatu penghalang yang terletak di sekeliling mansion hingga ke atas atapnya. Penghalang yang sama dengan penghalang di Bloody Rose.

"Tak kusangka ternyata mawarnya sebanyak ini,"ujar Att yang melihat bunga mawar merah di sekeliling halaman. Dari gerbang depan hingga pintu utama, semua diisi dengan bunga mawar merah.

"Kau akan melihat lebih banyak jenis mawar di rumah kaca,"balas Off. "Ayo masuk?"ajaknya lalu meraih tangan Att dan membawanya masuk ke dalam mansion.

"Selamat datang Mr. Adulkittiporn.."ucap seorang pria yang membukakan pintu bagi mereka. Pria tampan, tinggi tegap, dengan kacamata yang bertengger di hidungnya.

"Tidak perlu formal seperti itu Viscount Techapaikhun,"sahut Off yang masuk bersama Att.

"Uhm. Jangan formal,"balas Bright dari belakang Off.

"Ish kau ini!"kini pria itu justru memukul dada Bright sebal. "Aku mencarimu kemana-mana ternyata kau bersama Off!"

"Kau merindukanku ya??"goda Bright lalu mengecup bibir pria tampan itu. Hal itu pun membuat Att terkejut, dan Off juga merasakannya.

"Jangan terkejut Gun. Ini Viscount Techapaikhun, atau bisa kau panggil Win,"ujar Off yang memperkenalkan pria tampan tersebut.

"Hmm.. maafkan aku,"kini Win yang telah melepaskan dirinya dari Bright berjalan menuju Att dan Off. Ia merapihkan kacamatanya dan tersenyum.

A Blood Hunter SacrificeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang