Lampu hias rumah telah menyala, bersama lampu bohlam
Mata itu telah menua, bersama bulan yang telah keriput
Sinarnya akan habis, mungkin hanya secercah cahaya yang tersisa
Kupandangi sekali, untuk mencari ketenanganBulan itu tersenyum, raut wajahnya membentuk, aku balas senyum
Sedikit mengangguk, bulan itu terdiam sejenak, lalu membalas sapa
Kini aku menggenggam ranting pohon
Berharap, aku akan terbang karena rinduDengan seenggok harapan yang ku genggam
Tanganku kini di tarik oleh bulan, aku kira hanya aku yang berusaha
Ternyata di balik wajahnya yang tua, ia juga rindu
Di balik cahaya yang akan mati, ternyata ia sadar, apa arti sebuah penantianKini aku tak pikir, mau dia tua, ataupun muda
Bagiku ia tetap bulan yang menerangi hidupku
Kala gelap datang, hanya ia yang menemani dengan setia
Bersama kopi hitam, nikmat, menenangkan suasana
![](https://img.wattpad.com/cover/251745961-288-k279746.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ranah Rasa
PoetryBuku ini akan mengguggah selera kamu soal rasa dan aroma susunan kata Setiap kata perlu kamu serapi dan berulang-ulang untuk kau icipi, bukan sekedar icip tapi perlu kau kunyah lebih lama agar paham. "Semua rasa pernah bersatu untuk menjadi cita ras...