22| Pertunangan

1.6K 139 0
                                    

Mengkhianatimu, itu tidak terpikir olehku. Tapi saat ini aku tidak punya pilihan selain itu.

Alister mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Dirinya begitu tenang, tidak menampilkan ekspedisi apapun. Sangat berbeda dengan Rindu yang begitu gugup. Tangannya saling meremas satu sama lain. Cemas, menderanya kali ini.

"Lo gugup?"

"Eh—em." Menjawab saja Rindu bingung.

"Jangan gugup, Aleta gak pernah gugup dia selalu tenang."

'Tapi gue bukan Aleta.' Batin Rindu lirih.

"Lo harus jaga attitude lo. Jangan malu-maluin jangan gugup."

Rindu menghembuskan nafas pelan. Mencoba mengusir segala rasa cemas dihatinya.

Lalu entah dari mana dia mendapat keberaniannya untuk bertanya.

"Alister, Aleta itu siapa?"

Alister menatap Rindu dingin, menghujamnya tajam.

"Lo gak perlu tau." Tegasnya dingin.

Rindu bungkam, tidak berani bertanya lagi.

"Ada lima orang yang harus lo kenali." Alister menunjukkan kelima jarinya sembari fokus menyetir.

Rindu menyimak dengan cermat.

"Selama acara nanti gue bakal gandeng tangan lo. Jika gue teken ibu jari lo berarti orang didepan lo itu nyokap gue."

Rindu tersentak kaget saat tiba-tiba tangannya digenggam oleh Alister, lalu ibu jarinya ditekan dengan pelan. Rasanya dia ingin segera menarik tangannya, tapi dia urungkan saat Alister kembali menjelaskan.

"Jika gue teken telunjuk lo itu adalah grandma gue." Rindu merasakannya telunjuknya ditekan.

"Jari tengah adalah bokap gue."

"Jari manis itu adalah adik gue namanya Alice."

"Dan jari kelingking itu adalah- Ersa." Suara Alister semakin mendingin saat menyembut nama Ersa.

"Ersa siapa?" Rindu tidak dapat menahannya.

Alister menghela nafas berat, "dia adalah orang yang mau dijodohin sama gue jika gue gak bisa tunangan sama Aleta."

Rindu mengangguk, akhirnya dia sedikit mengerti mengapa Alister memaksanya 'berpura-pura' tunangan dengannya.

"Dia licik, lo harus hati-hati sama dia."

Rindu hanya mengangguk, mengerti. Meski tidak tau apa itu definisi licik.

Mobil Alister berhenti disebuah rumah besar. Rumah itu sepi jadi tidak mungkin tunangannya berlangsung disini. Hingga seorang pria masuk kedalam mobil mereka membuat Rindu bertanya-tanya.

"Dia adalah Om Rio. Om angkat gue. Dia yang bakal berpura-pura jadi wali lo nanti. Anggap aja dia uncel lo, kakak kandung dari ibu lo."

Rindu melongo, begitu tertatanya drama seorang Alister. Hingga bersusah payah mencarikan wali untuknya.

Pria tadi melemparkan senyumnya, mengulurkan tangannya pada Rindu.

Ia ragu-ragu membalas.

"Saya Rio, senang berkerja sama dengan anda nyonya-?"

"Rindu." Balas Rindu singkat.

Rio mengangguk patuh.

"Nyonya Rindu, nama yang cantik seperti orangnya."

King Of Bucin [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang