29| Mati Rasa

2.1K 147 9
                                    

Lebih dari sakit. Rasanya seperti mati.

Lorong panjang menjadi tempat dimana wanita itu menangis pilu. Matanya tidak lagi sanggup melihat apa yang ada dibalik kaca bundar. Dimana disana terdapat ketakutan terbesar dalam hidupnya.

Ini pernah terjadi, tapi dulu Tuhan masih berbaik hati. Namun, kali ini apa Tuhan akan kembali memberi kesempatan? Mengapa harus anaknya yang dipilih dari miliyaran anak di dunia ini?

"Hiks— g.. gue ga sanggup. K-kenapa ha..rus anak gue? Hiks. Kenapa?!" Isak Lena dalam pelukan Cinta.

Cinta mengusap punggung Lena, dia tidak bisa menguatkan. Sedangkan hatinya sendiri turut terluka.

"Sial Rindu. Lo dimana?!" Sentak Aya kesal sembari terus berusaha menghubungi Rindu.

'Nomor yang anda tuju sedang sibuk—'

"Aghh! Bedebah!" Umpat Aya saat lagi-lagi suara dari operator yang menjawabnya.

Matanya memerah menahan kesal. Dia sudah lelah dengan semua kebohongan yang temannya mainkan. Dan sekarang ini adalah balasan yang harus Rindu terima.

Dipa terbaring lemah diatas bangka rumah sakit. Tapi, dirinya justru dengan tenang menyantap makanan mewah. Tanpa memikirkan bagaimana kondisi Dipa sekarang.

Aya dari dulu selalu berfikir, bahwa disini hanya Dipa yang berjuang. Dan Rindu dengan mudah mempermainkan. Hubungan keduannya sama sekali tidak semanis yang kalian bayangkan. Dipa banyak menerima sakit. Tapi selama ini dia diam. Hanya agar Rindu tidak pergi dari sisinya.

TENTU SAJA AYA TAU!

Karena tanpa kalian semua tau. Aya yang menjadi tempat Dipa bercerita. Saat dia tidak bisa bercerita dengan Rindu atau dengan siapapun.

Sikap Rindu yang akhir-akhir ini memang seperti menjauhi Dipa. Membuat mental Dipa yang terkena.

Sebenarnya Aya bisa saja menceritakan yang sebenarnya. Bahwa Rindu bertunangan dengan Alister.

Namun, dia tidak sekejam itu pada Dipa. Karena fakta itu bisa semakin menggangu mentalnya. Dipa sudah cukup tertekan. Dan sekarang adalah puncaknya.

Penyakit Dipa kembali kambuh. Karena hal yang sama.

Terlalu sayang.

"Rindu, jika sampai Dipa kenapa-kenapa. Ini semua salah lo." Desis Aya meremas ponselnya.
*

Rindu menatap keluar jendela. Dia sedang menaiki taksi menuju jalan pulang. Perasaannya menjadi tidak enak. Entah karena perasaannya saja atau memang sedang ada hal yang terjadi tapi tidak ia ketahui.

Tangannya menyentuh dadanya yang berdenyut nyeri. Sesak tiba-tiba datang menyapa. Mengundang air mata untuk menemaninya.

Rindu menarik nafas panjang, menahan tangisnya. Ia sudah banyak menangis hari ini.

"Ini kenapa sih? Kenapa perasaannya gue kaya gini?" Lirihnya bertanya.

Pikirannya menuntun dirinya menyalakan ponsel. Tapi ternyata ponselnya tidak bisa menyala. Rindu berdesis kesal.

"Pak, bisa ikut ngecas sebentar?" Dirinya bertanya pada sopir taksi.

"Oh boleh neng."

Rindu tersenyum senang, buru-buru meminjam charger untuk menyalahkan ponselnya.

Setelah berhasil menyala, dia dikejutkan dengan ratusan panggilan dan pesan dari Cinta, Ega, dan Aya.

Hati Rindu kembali bergemuruh. Perasaan buruk datang sirih berganti. Bertumpuk membuat darahnya seperti berdesir panas dan dingin.

King Of Bucin [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang