32| Senja

2.8K 188 32
                                    

Senja menipu, kata mereka dia indah tapi saat aku lihat kenapa memburam?

Semburat jingga muncul digaris cakrawala. Awan kelabu menjadi pelengkap langit senja. Tidak ada yang bisa mengalahkan kehebatannya. Sesaat tapi meninggalkan banyak kenangan.

Bukan meninggalkan.

Lebih tepatnya mengembalikan.

Disini lah Rindu berada. Memandang langit senja dengan pandangan kosong. Seperti hatinya. Dia hanya terdiam. Walau hati ingin sekali berteriak keras, mengatakan pada dunia bahwa hatinya tengah berduka.

Dia kira ini akan mudah. Dipa memilihnya dan mereka akan hidup bersama lagi.

Tapi ternyata kata mereka benar. Ekspetasi tak seindah realita.

Ini lebih sakit dari apapun. Dia tidak bisa mengikhlaskan. Hatinya tidak terima. Tapi logikanya memilih untuk mengalah. Bibir tipisnya tersungging senyuman pahit.

"Senja berbohong, kata mereka dia indah. Tapi saat gue lihat kenapa memburam?" Lirihnya pilu.

Matanya memburam karena air mata. Senja didepan sana tidak lagi terlihat indah. Justru semakin membuat hatinya melolong sakit.

Flashback on.

"Kamu suka senja?"  Mata biru itu tampak mempesona dibawah langit jingga.

"Semua orang menyukainya. Tapi jika tidak berarti orang itu memandang senja bersama kenangan pahit bukan kenangan indah."

"Sekarang aku jadi menyukai senja."

Senyum yang selalu Rindu kagumi terukir.

"Karena aku menatapnya bersama kenangan terindah dalam hidup aku."

Kedua mata biru dan coklat itu beradu.

"Yaitu kamu Rindu. Kenangan terindah yang aku miliki."

"Jadi hanya sekedar kenangan nih?" Senyum jahil khasnya terukir.

Dipa tertawa pelan merangkul Rindu.

"Iya, kenangan yang bakal aku ceritain ke anak-anak kita nanti."

Flashback off.

Senyum mirisnya terbit bersama satu air mata yang jatuh dari pelupuk mata kirinya. Sebenarnya kenangan itu indah, sangat bahkan. Namun, akan terasa menyakitkan dengan kenyataan yang sekarang.

Bahwa Dipa berakhir menjadi kenangan pahitnya.
*

Seorang pemuda menatap guguran daun yang jatuh ke sungai. Tatapannya sayu penuh kekosongan. Dia melihat seuntai daun itu, menatapnya lamat.

Hingga dalam daun muncul seulas memori.

"Kamu sayang aku kan? Kamu bakal lakuin apapun yang aku mau? Sekarang aku mau kamu biarin aku jalan sama Dera."

"Iya, kamu boleh pergi." Seorang pria yang mirip dengannya mengangguk pasrah.

Pemuda itu menggeleng tegas membantah ucapan pria itu. "Gak! Jangan biarin cowok itu pergi sama cewek lo bodoh!"

King Of Bucin [SELESAI]✔Onde histórias criam vida. Descubra agora