3| Amarah Dipa

5.4K 515 50
                                    

Marahmu, ketakutan terbesar aku.

Rindu sampai di sebuah tempat dengan plang nama minimalis terpasang di atasnya 'Intro Cafe'. Senyum dari bibir merah ranumnya mengembang kala kali pertama menginjakkan kakinya.

Mata cokelatnya terus beredar, mencari sosok yang sedari tadi menunggu kehadirannya.

"Rindu!"

Rindu menoleh, berjumpa dengan Aya yang sudah ada di barisan terdepan. Menonton grup band yang tengah tampil di atas panggung.

"Lo dari mana aja? Lama banget."

"Gila! Tadi hampir ketahuan Dipa kalo gue mau pergi."

"Emang Dipa-nya aja yang cenayang."

Rindu ikut tertawa satu pemikiran dengan Aya.

"Selamat sore buat kalian yang baru gabung!"

Suara dari atas panggung terdengar, Rindu mengalihkan perhatiannya.

"Gue yakin kalian pasti kenal siapa kita kan!?" Seorang vokalis berucap dengan rasa percaya diri.

"Gak!!"

Rindu tertawa, kompak suara dengan pengunjung cafe lainnya. Padahal rindu sangat kenal siapa mereka.

"Dihh parah. Nih gue kenalin. Gue Adam." Vokalis tadi menunjuk dirinya sendiri.

"Dia Laim." Menunjuk seorang Pianis.

"Terus dia Galen." Seorang gitaris mengangkat tangannya tersenyum.

"AAA GILAA SENYUMNYAAA!"

Sorakan terdengar, senyum Galen sangat sayang untuk di lewatkan.

"Hahaha oke dia emang bikin diabetes heran. Terus yang terakhir, Tian!" Seorang drummer memutar stik ditangannya.

"Nama grup band kita—"

"KALAA SENJAA!" Teriak satu cafe.

Adam tertawa, "tau juga kalian. Sore ini gue sama temen-temen bakal bawain lagu milik Nadin Amizah, Bertaut."

Suara melodi mulai terdengar. Rindu mengetukkan jarinya di atas meja, menikmati lagu yang terus mengalun. Suara merdu Adam berhasil merenggut dunia Rindu.

Bibirnya pelan ikut bernyanyi.

'Sedikit ku jelaskan tentangku dan kamu
Agar seisi dunia tahu

Keras kepalaku sama denganmu
Caraku marah, caraku tersenyum
Seperti detak jantung yang bertaut
Nyawaku nyala karena denganmu'

Rindu hanyut dalam pikirannya. Selain menggoda cowok lain, musik juga merupakan salah satu kesenangan Rindu. Setiap bait yang ada seolah menggambarkan apa yang ia rasa. Rindu selalu bermimpi kelak ia akan menjadi seorang penyanyi hingga ke internasional.

"Rindu."

Rindu sedikit tersentak, menoleh ke arah Aya bertanya.

"Kenapa?"

"Hujan!" Panik Aya.

Rindu memalingkan wajahnya ke arah jendela, benar saja hujan deras mengguyur halaman cafe.

"Gimana ini?" Aya terlihat cemas.

"Kita harus pulang!" Rindu buru-buru menggendong tasnya.

Menarik tangan Aya agar segera bangkit. Keluar dari intro cafe. Seketika angin kencang menyapu wajahnya. Aya sudah terlihat pucat, menggenggam tangan Rindu erat.

King Of Bucin [SELESAI]✔Where stories live. Discover now