Ke semblian

4 2 0
                                    

Neona diam diam menemui Geovanio di area belakang sekolah. Dia keluar saat jam pertama dimulai, dengan alibi ingin pergi kekamar mandi. Dengan perasaan bimbang dan takut, dia terus berjalan hingga sampai disana.

Neona melihat ke kanan dan kiri. Tak ada Geovanio disini, dia sendirian. Neona menghela nafasnya kala mendengar suara langkah kaki semakin mendekat. Neona merasa ada satu tangan bertengkar di bahunya.

"Lama ya?" Geovanio beralih merangkul Neona.

Neona berdiri menghadap Geo, tangannya meninju kecil perut Geo. Membuat sang empu ber akting kesakitan. "Ngapain sih?" Neona menggembungkan pipinya.

"Astaga... sayang! Jangan lucu-lucu, nanti aku gigit" Kedua tangan Geo menangkap pipi Neona.

"Sakit!" Erang Neona, "Maaf ya cantik" Geo mengelus pipi sang Pacar.

"Mau sampai kapan gini terus? Aku cape. Kenapa kita gak te-"

"By, dengerin aku. Aku bukan malu atau gimana gak mau ngakuin kamu, ini demi kebaikan kita juga" Geo menaruh telunjuknya di bibir Neona.

"Iya" Balas Singkatnya.

"Aku duluan" Neona hendak melangkah, namun tangannya di tahah. "Maaf, aku egois ya? a-

"Brisik! Cape gue sama lo, kedepannya terserah!" Neona menghempaskan tangan Geo yang menahan.

Mereka berdua sudah lebih dari 1 tahun menjalin hubungan secara diam-diam. Neona awalnya berfikir akan sanggup jika seperti ini, nyatanya tidak. Neona bukan orang yang pandai menyembunyikan perasaan, dia terang-terangan pada sahabatnya bilang menyukai Geo. Agar mereka tidak curiga saat tau Neona sering senyum-senyum sendiri saat bertemu Geo.

Tapi tidak dengan hubungan, Neona lebih memilih diam. Bagusnya, Sampai detik ini sahabatnya tidak ada yang mengetahui ini semua. Artinya Neona dan Geo berhasil memainkan perannya.

"Ney!"

Langkah kaki Neona terhenti, dia melihat ke sumber suara. Zeerly? Apa yang dia lakukan sampai di area ini? Neona bergegas menarik tangan Zeerly.

"Eh, apaan?!" Zeerly meronta meminta lepas. "Aku disuruh sama pa satria" Ucap Zeerly.  Neona melepaskan pegangannya.

"Oke, gue duluan" Tak ingin memancing rasa penasaran Zeerly. Neona memilih cepat berlalu saja.

"Pagi dek" Sapa Geo pada Zeerly.

Tak ada niatan menjawab Zeerly hanya menatap sinis. Lalu pergi ke satu ruangan untuk mengambil sesuatu yang di suruh pak Satria.

*****

"Chloe" Ucap Laura dengan suara samar-samar. "Eh setan!" Ulangnya.

"Nomor 2 apa?" Laura menyenggol lengan Chloe, "Monyet bekantan! EH!"

hening.

Dam!!!

Pak Satria berdiri dan merampas kertas ulangan Laura. Sang empu tergejolak kaget karna kertasnya di tarik secara paksa.

"Arin! Keluar! Kamu melanggar aturan yang saya buat" Bentak pak Satria.

Laura menelan savilanya secara kasar, dia gelagapan melihat ekspresi menyeramkan dari guru muda ini. Lidahnya kelu sekedar untuk mencari alibi, sudah lah. Pasarah saja.

"B-bbaik pak" Laura pergi keluar dari kelas.

"Ada yang ketauan! Bapak hukum seperti Laura" Peringat pak Satria agar yang lain tidak meniru.

"Neona belum kembali?" Pak Satria melihat bangku Neona masih kosong. Decakan kesal terdengar! "Neona! keluar, kamu tidak boleh ikut ulangan" Perintah Pak Satria saat melihat Neona hendak membuka pintu.

About Eight TracesWhere stories live. Discover now