Buset udah tiga belas

4 0 0
                                    

Dengan kondisi rambut yang masih basah. Nara, berlari kocar-kacir membuka pintu untuk tamu yang datang. Entah dia siapa, yang pasti orang ini seperti sedang buru-buru hingga tidak sabar dalam mengetuk pintu.

Begitu pintu terbuka Nara Langsung kembali memundurkan langkahnya.

Zesya tersenyum sambil melambaikan tangannya. Lalu mendorong Nara, dan masuk tak lupa mengunci pintu.

"Udah tau kan?" Tanya Zesya dengan senyuman hangat.

Mulut Nara terasa sangat kelu. Dia, berkali-kali membasahi bibirnya untuk menetralisir rasa canggung dan gugup. Tubuhnya terasa gerah dan panas, padahal baru saja selesai mandi.

"Makasih ya! Udah bikin semuanya tau. Gue, gak marah ko" Zesya-

Nara meremas-remas jemarinya. "Zes, a-aak-

"Shut your mouth up damn bitch" Pundak Zesya sengaja di tubrukan pada pundak Nara.

Zesya keluar dari kamar kost Nara setelah mengatakan itu. Seketika badan Nara melemas, entah mengapa rasanya takut gugup dan canggung sekali. Dia merasa salah dan tidak enak hati pada Zesya. Temannya, Lebih tepatnya. Sahabat Zesya tau tentang itu dari Nara walaupun ada Princy yang tau lebih dulu.

Tetap saja Semuanya tau dari mulut Nara.

*****

Chloe menutupi luka lebam di pipinya. Menggunakan Fondation agak tidak terlihat tentunya, siang ini. Dia dan sekeluarga di ajak makan siang bersama oleh rekan kerja papihnya. Sebenarnya Chloe kurang suka, dan enggan ikut hal seperti ini.

Dia tidak paham dengan topik pembicaraannya. Namun, apa daya papihnya memaksa dan sudah melontarkan banyak kata pujian. Mau tidak mau Chloe ikut. Hal yang paling di bencinya adalah, ketika nanti di sana tercipat momen awkard karenanya dan sang papih.

Chloe mengenakan dress berwarna hijau tosca dengan flastshoesh senada. Dan gaya rambut yang sengaja di gerai, serta make up yang hanya menampilkan sedikit alas bedak serta lipstik saja. Wajahnya selalu terlihat cantik dan mempesona, dengan make up yang sederhana seperti ini.

"Nyet ayo"Panggil Clara dari depan pintu. Chloe segera bangun dan merpihkan pakaiannya, dia berjalan dengan anggun. Lalu membuka pintu dan tersenyum pada sang Kaka.

"Ayo" Jawabnya penuh semangat.

Clara mengamati penampilan Chloe. "Ya ampun! Ini acara cukup penting, seengaknya lebih niat dikit dong" Koreksinya.

Mood Chloe turun drastis dia seperti ingin berlari dan membanting pintu kamarnya.

"Sini, gue benerin" Tangannya di tarik lembut. Chloe di dudukan pada hadapan meja rias, lalu Clara menambahkan sedikit riasan pada wajah Chloe. Tetap terlihat seperti natural, karna dia tau selera adiknya seperti apa.

Dada Chloe sesak matanya memanas. Melihat, Mamih, Papih, Serta kakanya. Memakai baju yang couple hanya dirinya saja yang berbeda. Rasanya sangat malu dan enggan untuk ikut kalau begini caranya.

"Ko kalian kompakan?" Mati-matian Chloe menahan air matanya.

"Kenapa memangnya?" Tanya sang papih. Chloe hanya mampu diam. "Matematika kamu 9,5 kan?" Lanjutnya.

"APA HUBUNGANNYA SAMA ITU!"Kesal Chloe.

"Chloe!" Bentak Sakura.

"Apa?!"Chloe sudah tidak mampu menahan air matanya. "Kalo emang cuma bertiga! Ya gak usah ngajak aku!" Chloe membantingkan Sling bag milknya.

"Cukup Xaviera!" Jackson menatap marah pada anak bungsunya. Tangannya di layangkan ke udara, dan mendarat tepat di pipi kanan Chloe.

"Bajingan!" Chloe menampar balik lalu berlari naik ke atas.

"Biarin aja" Ucap Jackson lalu berjalan menuju luar rumah.

****

"Banyak duit belum tentu bahagia" Ylona meratapi nasib temannya. Mulai dari Chloe dan Zeerly.

Princy sempat mendambakan kehidupan Chloe. Namun, Setelah melihat lebih dalam dan ternyata banyak tidak enaknya selama ini yang di ketahui hanya enaknya saja.

Princy memejamkan matanya merasakan hatinya terasa nyeri. "Sakit hati banget liat Chloe gini" Nadanya sudah seperti orang menangis.

Ylona menarik Princy masuk kedalam pelukannya. "Bahagianya telah usai" Lanjut Princy.

Setelah di tinggalkan oleh keluarganya ke acara makan siang. Chloe melakukan percobaan bunuh diri kamar, beruntung. Asisten rumahnya ada yang masuk kedalam kamar Chloe. Untuk menaruh laundry'an.

Chloe di temukan dengan kondisi yang bersimbah darah. Ternyata di dalam kamarnya, terdapat banyak sekali benda tajam untuk menyakiti diri sendiri kala ingin.

Chloe sedang di UGD karna keadaanya memburuk setelah kehilangan banyak darah. Dan, dia juga mengonsumsi banyak obat penenang secara tidak beraturan. Disini ada Ylona, Dan Princy. Yang lain masih dalam perjalan menuju kesini.

"Orang tuanya gak ada kabar?" Ylona menatap Princy yang masih menangis.

Princy menggeleng lemah. "Susah di hubungi" Sudah lebih dari 25 kali Princy menelpon orang tua Chloe.

"Assalamualaikum Chloe baik?" Rakan datang dengan tergesa-gesa.
Dari awal datang kesini, Mata Rakan langsung terfokuskan pada Princy yang sedang menangis.

"Waalaikumsalam" Ylona menjawab.

Rakan duduk di sebelah Princy. "Cy udah jangan nangis. Mendingan ke mushola shalat, udah masuk waktu Dzuhur ini" Ajak Rakan. Dia tidak tega melihat Princy menangis.

"Lagi dapet" Suara Princy sangat khas orang baru selesai menangis.

"Ylona?"

"Ayo kan"

Princy menatap punggung Rakan dan Ylona yang semakin menjauh. Dia bersandar lemah, pada tembok sambil mengeratkan pegangan tangannya.

"Chloe mana?" Suara Laura yang panik. "Chloe" Disusul Neona yang berlari sambil menangis.

"Belum keluar?" Nara dengan tatapan sendunya.

Princy semakin di buat menangis karna melihat Neona menangis. "Udah" Laura mengelus pipi Princy.

Nara sambil menatap semua temannya dengan tatapan menyakitkan. Mereka Khawatir sekali pada temannya, jangankan di kabarkan masuk UGD. Dapat kabar bahwa belum pulang lewat dari jam 8 malam dan jam pulang sekolah saja, Semuanya bisa langsung bayar orang untuk mencarikan.

Mereka sangat kompak dalam segi apapun. Itulah, yang membuat pertemanan menjadi sangat awet dan rukun sekali. Tidak pernah terjadi perselisihan yang hebat hingga akhirnya harus ada yang pergi.

Beruntung sekali Nara sekarang ada di tengah-tengah orang baik dan tulus.

"Temennya Chloe?"

Seketika semua mata tertuju pada sang pemilik suara. Rupanya seorang laki-laki dengan tubuh tinggi, nampaknya dia masih sama seumuran dengan Chloe. Namun, siapakah laki-laki ini? Baru pertama kali melihatnya.

Melihat ekpresi semua yang terlihat kebingungan. Bevan mengulurkan tangannya. "Bevan pacarnya Chloe" Senyuman manis yang terpancar dari wajah tampan Bevan.

Rasanya ingin sekali mengumpati Chloe yang sedang tidak sadarkan diri. Dia punya pacar?! Setampan ini tapi tidak di kenalkan pada sabahatnya?! Sungguh keterlaluan!

Mulut Laura komat kamit melafalkan sumpah serapah untuk Chloe. Tak ada yang membalasa uluran tangan Bevan, akhirnya menarik kembali Tangannya sambil tertawa kaku.

"Dia gak cerita ke kalian?" Bevan merasa sangat canggung.

"Cerita ko" Jawab Nara dengan yakin. Bevan manggut-manggut paham, "Kalo kalian mau pulang, pulang aja. Biar saya yang nunggu"

****

Segini aja ya kak!

Makasih



You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 11, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

About Eight TracesWhere stories live. Discover now