Ke sepuluh

5 2 0
                                    

Sejak tadi handphone milik Chloe terus bergetar, mendapatkan notifikasi pesan masuk dari grup nya. Tidak sekali atau dua kali dia di telfon oleh Laura, namun dia tidak ada semangat untuk mengambil handphonenya yang terletak di meja ujung sana.

Chloe menghela nafasnya, membalikan posisi tubuhnya yang semula miring ke kiri menjadi tengkurap.

"Ck! Bajingan" Chloe memukul kasurnya, membuat bantal-bantal ikut terpentul. Tangannya terus mengulang kegiatan yang sama.

Brak!

"Heh! Bangun lo" Suara yang sedikit asing di dengarnya.

Chloe bangun dan melihat siapa yang datang. Ternyata Clara, Kaka peremuannya. Tumben sekali dia ada disini, padahal bukan hati libur.

Melihat Clara mendekat kearahnya Chloe segera lari dan menarik tangan sang Kaka.

"Ngapain?!" Tanya Chloe sambil menutup pintu.

Clara memicingkan matanya, "Kenapa lo? Panik banget, ngumpetin siapa dikamar?!" Ekspresi Clara di buat-buat.

Chloe berdecak lalu membalikan badannya, "Eh!" Tangan Chloe di tahan. "Ayo makan, udah siang. Mama bilang kamu belum makan" Ucap halus Clara.

"Gak laper" Chole menghempas kasar tangan Clara.

"Oke, btw gue bawain dunkin donuts" Clara tersenyum, Dia selalu inget dan tidak lupa membawakan apa yang di sukai oleh adiknya.

"Oh" Balas Chloe sebelum masuk. Bangsat mau lagi! batin Chloe.

Chloe meraih handphonenya dan membaca pesan yang masuk, kurang lebih ada 234 pesan. Chloe melempar handphone miliknya, lalu bergegas siap-siap untuk main.

Langka kakinya terhenti pada anak tangga ke 4 dari lantai atas. Dia mengeratkan pegangan pada Sling bag nya, Berulang kali Chloe mengatur nafasnya.

Ah syukur lah, bukan disini. Ternyata orang tua dan Kaka nya tidak makan di ruang ini. Ada baiknya juga untuk Chloe, dia bergegas melangkah keluar menuju garasi mobil. Dari kamar Chloe bawahnya langsung terhubung pada ruang makan utama. Belok kiri langsung garas, jika belok kanan langung taman belakang. Masuk ke lorong depan masuk ke area private papa nya.

*****

Zeerly berfikir ulang, jika temannya di bawa main kesini. Artinya mereka akan tau Zeerly ini anak siapa. Terlebih karna dulu orang tuanya, pernah membuat House tour pada akun youtubenya.

Pasti mereka tau tentang ini, Setau Zeerly juga. Princy adalah fans berat ibu nya.

Zeerly menggaruk tengkuknya yang terasa gatal, dia agak frustasi untuk memikirkan ini. Dia mencari jalan keluar dari ini semua, padahal biasa saja harusnya dia tidak usah sepanik ini.Karna dia tidak melakukan kesalahan apapun.

"Zey, Mommy pulang sayang" Tapasha merentangkan kedua tangannya.

Zeerly yang masih bergelut dengan fikirannya belum menyadari keberadaan mommy nya.

Tapasha tersenyum, lalu kaki nya melangkah mendekati sang putri. Tangannya membelai lembut rambut Zeerly.

"ishh" Zeerly yang kaget, Refleks saja menepis tangan mommy nya.

"Why?" Tapasha mengerutkan dahinya.

Zeerly menggelengkan kepalanya, "Ada apa? Tanya heran nya.

Tapasha menarik tangan Zeerly ke tepi kasur, "Duduk" Perintahnya.

"Saya sibuk" Zeerly memilih berlalu menuju ke luar kamar.

"Lawrence!" Teriak Tapasha pada anak sulungnya.

About Eight TracesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang