Ini sebelas

1 0 1
                                    

Semua berkumpul di kost'an Anara. Untuk membantu Laura yang akan nge date untuk pertama kalinya. Agak ribet dan heboh, semua hal dipersiapkan sampai ke topik pembicaraan.

Laura sedang di make up oleh Princy, dan yang lain membantu memilih outfit yang akan dikenakan. Tidak terlalu simpel dan ribet juga yang sedang-sedang saja.

"Udah selesai" Princy memoles sedikit lagi blush on di bagian dagu. "Cantik" Puji Princy pada hasil make up nya.

Laura menyalakan ponsel untuk melihat dirinya dari kamera. Bibirnya membentuk bulan sabit, terlukis lekungan indah. "Masyaallah cakep bener" Kekeh Laura.

"Rambut lo mau di gerai?" Tanya Neona sembari mengelus rambut panjang Laura.

"Kuncir gerah nanti, gak biasa gue" Jawabnya. "Anjrot gue deg-degan, ini first time juga ketemu sama bonyok Daffa" Laura merasakan dadanya yang bergemuruh hebat.

Yang lain ikut tertawa melihat Laura, wajahnya begitu memancarkan aura yang bahagia. Mereka tau bagaimana dulu Laura yang di cuekin bahkan seperti tidak dianggap manusia oleh Daffa. Sekarang, Daffa bisa luluh oleh Laura, bahkan mencari bulol. Kesabaran yang mengubah semuanya.

"Nafas lo bau Amer" Ylona mencolek dagu Laura untuk menggoda.

Mendengar ucapan Ylona, Princy dan Neona langsung konek dan ikut julit.

"Bau asep roko juga" Imbuh Neona, Princy mengangguk setuju. "Iya ihhh"

Laura memasang ekrepsi yang sulit untuk di deskripsikan. "Pala lo! Mana ada pake gituan gue" Bantah keras Laura.

"Di jemput atau?"Tanya Chloe, Melihat ada satu mobil terparkir di area depan kost'an.

"Gue pinjem mobil Zee, gak dijemput!" Laura mengambil tas dan kunci mobil. Lalu pamit pada semuanya untuk segera bertemu dengan sang pujaan hati.

Setelah di tinggal Laura seisi ruangan ini hanya diam sambil bermain ponsel. Anara belum bekerja juga sampai hari ini, mungkin besok. Tapi harusnya sekarang.

Ditengah-tengah keheningan. Secara tiba-tiba, Anara melemparkan handphonenya dan berteriak heboh. Membuat yang lain bertanya-tanya, Zesya yang ada di sebelah Anara mengulurkan tangannya untuk meraih ponsel milik Anara.

Anara lebih cepat mengambil handphonenya. "Bukan apa-apa!" Ucapnya tergesa-gesa.

"Jangan bikin penasaran. Sini, liat" Palak Ylona. Namun Anara tetap menahan ponselnya berada di tangannya.

"Video setan" Alibinya ketakutan.

"Aneh" Cela Zesya.

"Iya aneh. Udah, mau kekamar mandi" Anara lari terbirit-birit menunju kamar mandinya.

Tatapan Mata Zesya mengikuti tubuh Anara. Hingga hilang di telan pintu, dia merolling matanya malas.

Anara mengatur nafasnya yang terengah-engah. Dia kuat-kuat meremas pakaian yang dikenakan, berulang kali bibirnya mengucap kata Gak mungkin tanpa suara.

"Anara lo harus percaya. Ini gak mungkin, ayo sadar! Buang fikiran negatif" Kepalanya di gelengkan. Mungkin untuk mengusir fikiran jeleknya.

Hampir setengah hari menghabiskan waktu di kamar kost. Satu persatu mulai pamit untuk pulang. Kini, tinggal Princy dan Anara berdua saja. Princy di tahan untuk tidak pulang duluan oleh Anara.

Ada satu hal yang ingin dibicarakan. Tanpa yang lain tau, Anara diam-diam meminta Pirncy stay disini.

"Apa?" Princy melihat kearah luar. Semua temannya sudah pergi.

About Eight TracesWhere stories live. Discover now