Chapter : 15

646 80 3
                                    

Happy Reading!



Cahaya mentari mulai tampak menerangi pelosok bumi. Cahaya hangatnya selalu menjadi moodbooster bagi setiap orang yang menyukainya.

Ya..hanya yang suka..

Lain halnya dengan Athanasia yang tidak terlalu suka terpapar sinar matahari. Katanya 'tubuh ku bisa jadi sosis panggang jika berlama-lama di luar!'.

Baiklah Athy.. Sebaiknya kau harus lebih rajin belajar lagi.

"ATHANASIA!!! KAMU KIRA SUDAH JAM BERAPA SEKARANG?! ASTAGA! KAMU TIDAK SEKOLAH HEH?! BANGUN WOI!" Seru Diana dari luar kamar Athanasia.

Di luar? Iya, di luar.

Athanasia punya salah satu kebiasaan buruk yaitu, suka mengunci pintu kamar nya.

Karena hal itu terkadang Diana merasa repot ketika membangunkan Athanasia di pagi hari. Punya anak gadis tapi kelakuan seperti bujang karatan, sungguh malang nasib Diana.

"Ck.. UAAAHH MALASSSSS!!!"

Athanasia menendang-nendang bantal miliknya lantaran kesal. Sial! Hari ini dia harus berangkat sekolah.

Ingin sekali rasa nya Athanasia menghilang dari dunia yang menyeramkan ini.

"ATHY! BANGUN SEKARANG JUGA! APA PERLU AKU DOBRAK PINTU INI?!!"

Baiklah. Entah mengapa suara Diana kini terdengar menyebalkan di telinga Athanasia. Ibu nya ini sungguh ooc!

"Iyaaaa.."

Athanasia bangkit dari tidur nya dan berjalan ke kamar mandi dengan perasaan teramat malas.

Hah.. Hari ini Athanasia tidak ada keinginan untuk sekolah sama sekali. Dia hanya ingin tidur lebih lama.

'kasur..tunggu aku ya..'


Lucas merapikan dasi nya tampak berantakan. Athanasia bilang, Ijekiel terlihat sangat keren ketika memakai dasi, cih! Tentu saja dia tidak mau kalah dengan si ubanan itu.

"Hem.. Aku memang tampan." Puji Lucas ke diri nya sendiri. Sungguh, Lucas itu terlampau percaya diri, sampai-sampai rasa nya dia tidak pernah merasakan malu. Aneh!

Drrtt drrttt

"Em?"

Lucas menatap bingung ke arah ponsel nya. Tidak biasa nya ada orang yang menelepon sepagi ini.

"Nomor tidak di kenal?"

Baiklah, seperti nya ia harus mengubah kebiasaannya yang tidak pernah menyimpan nomor telepon orang-orang. Kecuali Athanasia tentu nya.

Tapi, Lucas merasa aneh dengan nomor telepon barusan. Seingatnya, ia tidak pernah menerima panggilan dari nomor ini sebelumnya. Akhirnya Lucas memutuskan untuk mengabaikan panggilan tersebut dan melanjutkan kegiatan nya yaitu, ngaca.


"ATHY!!!"

Athanasia menolehkan kepala nya karena merasa terpanggil. Tampak Jennette yang terengah-engah karena sudah mengejarnya dari tadi. Kasihan sekali..

"Apa?" Tanya Athanasia. Ughh...Ia tidak tau harus berekspresi seperti apa ketika berhadapan dengan Jennette.

"Tidak. Ayo ke kelas bersama!"

Athanasia hanya mengedikkan bahu nya tidak masalah. Toh, seperti nya ini kesempatan untuk berbaikan dengan Jennette.

"Hey, Athy. Apa kau tidak pernah merasa aneh dengan Carax?"

Athanasia menaikkan satu alis nya bingung. Apa maksud Jennette? Kenapa tiba-tiba membahas laki-laki suram itu?

"Memang nya ada apa dengan nya?" Tanya Athanasia penasaran.

Jennette menghela nafas lega. "Syukurlah dia tidak menganggumu."

Athanasia semakin di buat bingung oleh jawaban Jennette. Apa-apaan??

"Kenapa kau berpikir dia akan mengangguku Jennette? Apa kau tau sesuatu?"

Jennette terdiam di tempat nya. Entah ia harus mengatakan ini kepada Athanasia atau tidak.

Ahh!! Sudahlah! Lebih baik sekarang daripada tidak sama sekali.

"Carax.. dia mengajakku bekerja sama untuk menghancurkan hubungan kau dengan Lucas."

Athanasia membulatkan mata nya tidak percaya. Jadi.. Ca-carax...

"Tentu saja aku tolak. Aku yakin kau sudah menyadari nya Athy, Carax itu menyukai Lucas. Aku berniat untuk tidak ikut campur, tapi tidak mungkin aku membiarkan kau berada dalam bahaya. Carax itu.. Sedikit---ah tidak, dia sangat aneh. Berhati-hati lah dengan nya." Jelas Jennette panjang lebar.

Jika biasa nya Athanasia merasa malas ketika mendengar Jennette berbicara, kini entah mengapa dia merasa Jennette itu.... Cukup tulus.

"Ke-kenapa kau memberitahukan ini kepada ku? Bukankah kau menyukai Lucas? Kenapa kau menolak ajakan Carax?"

Athanasia sungguh tidak mengerti dengan apa yang di pikirkan Jennette. Di satu sisi, dia merasa sangat menyayangi Jennette sebagai sepupunya. Tapi di sisi lain, sedikit terbesit di hati Athanasia untuk tidak terlalu mempercayai Jennette. Sebenarnya, apa mau Jennette?

"....... Aku juga tidak mengerti. Otak ku mengatakan untuk setuju dan menerima tawaran Carax, tapi hati ku mengatakan hal sebaliknya."

Ah.. Athanasia tau. Inikah yang di sebut Ikatan Keluarga?

Athanasia tersenyum tulus kepada Jennette. "Terima kasih, Jennette."

Yah.. sebenci apapun, Jennette itu sepupunya yang berharga. Athanasia memilih untuk mempercayai Jennette. Karna, tidak mungkin ia membuang semua kenangan mereka hanya karena satu masalah kecil di masa lalu.


Lucas menatap tajam buku yang ada di tangan nya. Rasa nya ingin sekali menghancurkan sesuatu saat ini. Ia marah. Sangat marah.

'Haha! Lucas sangat bodoh! Dia mau saja di permainkan olehku. Dia kira aku menyukainya? Puft- Apa-apaan itu?!' ~Senin.

'Hah.. rasa nya muak sekali berpura-pura seperti ini selamanya. Melihat wajah Lucas saja sudah membuatku mual!' ~Rabu.

'Hari ini aku meminta Ayah dan Ibu untuk berpura-pura baik dan merestui hubunganku dengan Lucas. Tapi Lucas sungguh naif sekali! Dia mempercayai itu!! Haha!!' ~Minggu

'Sial! Aku sangat ingin membunuh pemuda itu! Wajah nya menjijikkan!' ~Selasa.

Lucas mendecih keras ketika membaca isi buku tersebut.

Sial! Ia hampir tertipu!

"Awas saja kau sialan!"



.....

Double up nih, sengaja.. Soalnya minggu kemaren aku ga update :D

Jangan lupa vote dan komen nya~

Dah.

Sun, 14 February 2021

Only Us (Who Made Me A Princess)✓Where stories live. Discover now