Special Oneshot!

873 79 7
                                    

Jealous
|
(Who Made Me A Princess Fanfiction)


Belakangan ini, kadar kemarahan seorang Lucas meningkat secara drastis—lebih dari biasanya. Mungkin tepatnya, sejak Ijekiel mulai rajin mengunjungi Athanasia dan menghabiskan waktu berdua sambil meminum teh.

"Kemana Princess?"

"Uhm, Princess sedang minum teh bersama Tuan Muda Alphaeus di taman belakang."

Urat empat sikut muncul di kening pria bermanik ruby tersebut. "Sial. Anak anjing putih itu semakin menjadi."

.
.

"Apa yang belakangan ini suka anda lakukan Princess? Atau mungkin hal yang menarik perhatian anda?" Ijekiel tersenyum hangat dengan secangkir teh khas Siodona ditangan nya.

Athanasia yang sedari tadi melamun kembali mendapat kesadaran nya berkat pertanyaan yang dilontarkan Ijekiel. Baiklah, sedikit tidak sopan melamun disaat atensi orang lain terfokus padamu. "Eh, entahlah. Banyak hal yang aku lakukan belakangan ini. Bagaimana denganmu Ijekiel? Apa ada yang menarik perhatianmu?"

Ijekiel kembali menampakkan senyum manis nya. Ia menyesap sedikit teh ditangannya lalu berkata, "Mungkin saya mulai tertarik dengan seseorang. Dia sangat baik dan cantik. Aku sudah menyukainya sejak lama, Princess." Hal itu sontak membuat Athanasia terkejut. Jarang-jarang Ijekiel jujur soal perasaannya—apalagi menyangkut hal romantis.

"Benarkah? Jika kau menganggapnya begitu, sepertinya memang benar. Apa kau sudah menyatakan perasaan? Aku penasaran gadis seperti apa dia," Athanasia menopang dagu menggunakan telapak tangannya. Entah karena bosan atau karena tidak tertarik dengan topik obrolan mereka.

"Anda sangat mengenal dia, Princess. Saya yakin anda juga menyukainya, maksud saya sebagai teman."

Athanasia hanya ber-oh ria. Berusaha mencoba untuk terlihat setertarik mungkin dengan topik yang di bawakan Ijekiel. Bagaimanapun, ia sudah tau kemana arah pembicaraan ini. "Lalu? Bagaimana dengannya? Apa dia juga menyukaimu?" Tanya Athanasia. Seketika tubuh Ijekiel menegang karena pertanyaan dari Athanasia. Sedikit sulit menjelaskan bagaimana kondisi perasaannya saat ini.

"E-eh? Sa-saya juga tidak tahu, Princess. Dia ramah kepada siapa saja, saya pikir dia menyukai semua orang." Jawab Ijekiel. Athanasia menanggapi dengan deheman semata. Malas untuk berbicara ataupun membahas topik ini lebih lanjut. "Baiklah."

"Princess, Yang mulia Claude memanggil anda."

Athanasia tersentak kaget ketika Lucas—secara mengejutkan—sudah berdiri disamping nya. Wajah pemud- mungkin pria bersurai hitam itu tampak mengerikan. Alisnya yang mengernyit, bibir yang tertekuk, dan kantong mata hitam yang menghiasi bawah matanya. Dan, oh! Lihat tahilalat cantiknya itu, semakin hitam saja.

"Kenapa Papa memanggilku Lucas? Ada hal penting?" Tanya Athanasia berusaha terdengar ramah. Entah mengapa, setiap melihat wajah Lucas yang awut-awutan selalu membuat Athanasia ingin memukul wajah cantik pria itu.

"Mana kutahu. Dah." Lucas menghilang tepat di hadapan Athanasia. Sialan sekali, Athanasia berjanji akan membenturkan kepala Lucas itu nanti.

"Uhm, seperti yang kau dengar Ijekiel, Papa memanggilku. Jadi, acara minum teh kita sampai disini dulu," Athanasia tersenyum kikuk didepan Ijekiel. Merasa tidak enak dengan pemuda itu. Ijekiel tersenyum lembut, seolah ada kilauan cahaya di sekelilingnya—yang berhasil membuat Athanasia merasa silau. "Kalau begitu, sampai bertemu di lain waktu, Princess." Ijekiel membungkuk sopan lalu membiarkan Athanasia jalan lebih dulu darinya.

"Huh, sampai kapan kegiatan membosankan ini akan berakhir?" Keluh Athanasia sambil terus berjalan menuju ruang kerja Claude.

.
.

"Akhir-akhir ini kau tidak lagi mengunjungi ku ya? Apa anak si anjing itu lebih penting dariku?" Claude menatap tajam putri semata wayang nya dengan tatapan yang mencekam. Athanasia bahkan di buat bergidik oleh aura hitam yang memancar di sekitar Claude. "Uh, tidak kok. Papa tetap nomor satu di hatiku," Athanasia berjalan ke arah Claude lalu duduk di pangkuan Papa nya itu.

Situasi mencekam dan aura hitam di sekitar Claude perlahan-lahan mulai menghilang. Claude mengelus rambut putri nya dengan penuh perhatian. Mungkin beberapa orang setuju kalau Claude lebih cocok menjadi pacar Athanasia ketimbang sebagai orang tua—yah, walau itu mustahil. Kalian pasti tahu betul siapa yang akan mengamuk jika hal itu terjadi, bukan?

"Kemana penyihir tengik itu? Sepertinya si sialan itu mulai lancang, ingatkan aku untuk memberinya pelajaran nanti." Ujar Claude sembari mengeluarkan sedikit sihir di tangan nya. Athanasia lebih memilih untuk tidak menanggapi, bisa-bisa Obelia hancur oleh perseteruan dua pria dewasa itu.

"Papa, aku mau ke perpustakaan dulu ya? Nanti saat makan siang aku kembali lagi ke sini dan kita makan siang bersama. Bolehkan?" Athanasia mengeluarkan puppy eyes nya lantaran mengingat Claude sedikit lemah dengan hal itu. "Baiklah."

Athanasia kemudian pergi meninggalkan ruangan kerja Claude dan berjalan menuju perpustakaan pribadinya. "Semoga Lucas disana."

.
.

Bingo!! Sesuai dugaan, Lucas kini tengah duduk santai di perpustakaan milik Athanasia. Pria itu tampak sedang membaca sebuah buku—yang Athanasia sendiri tidak pernah melihat buku itu. Mungkin itu salah satu buku sihir milik Lucas? Entahlah. "Selamat pagi menjelang siang, Lucas!" Seru Athanasia lalu duduk di samping pemud—pria itu. Lucas hanya melirik sebentar lalu kembali fokus dengan buku di tangannya. Athanasia mengernyitkan alis tidak suka dengan respon dingin Lucas.

"Hey! Itu menyebalkan! Kau ini kenapa sih?" Athanasia merebut buku Lucas lalu mendudukinya supaya Lucas tidak bisa mengambilnya. Lucas menghela nafas berat. Heran dengan Athanasia yang kelewat tidak peka. Setidaknya peka sedikit dong kalau Lucas tidak suka dengan keberadaan Ijekiel. "Menurutmu kenapa hari ini aku terlihat kesal, huh? Tidak buang air selama seminggu? Atau tersesat ketika teleportasi? Sangat tidak peka." Lucas bangkit dari duduknya dan berniat untuk pergi ke tempat lain, ruangan Claude misalnya?

Athanasia yang melihat itu langsung menyambar tangan Lucas dan memaksanya kembali duduk. Lucas bahkan dibuat hampir terjungkal jika saja ia bukan penyihir. "Maaf. Aku tahu kau tidak suka Ijekiel sering mengunjungi istana—" Lucas melirik Athanasia melalui ekor mata nya, terbesit sedikit rasa bahagia di hati nya ketika mendengar Athanasia meminta maaf. "—tapi mau bagaimana lagi?!! Kau juga tidak bisa menyalahkanku! Kau sendiri juga sering pergi ke sana-sini, aku bisa mati karena bosan melihatmu tidak bisa diam begitu!!"

Lucas menarik kembali kata-kata nya. Athanasia memang SANGAT tidak peka tapi di lain sisi dia sangat menyebalkan. Baiklah, sebaiknya Lucas mengalah, hitung-hitung latihan menjadi suami idaman. "Ya, ya. Terserah kau saja."

Lucas melenggang pergi meninggalkan Athanasia dengan segala kebingungan di benaknya.

"Hah.. Pria itu kalau cemburu ternyata cukup kekanakkan ya.." Gumam Athanasia lalu memilih untuk membaca beberapa buku.

.
.
.

The end.




MANA ADEGAN UWU NYA?!!

maaf ku ga bakat bikin adegan uwu dan blabla :)

Ide cerita ku cmn nyampe sini, niatny sih pen nambah dikit lagi biar lebih greget, tapi gabisa karena otak aku lagi pundung gegara kamis sekolah :')

Puasa+sekolah+gerah+pelajaran = Siksaan dunia :)

Dahla.

Serah kalian mo vote apa kaga //gada semangat. Lelah hayati ngetik itu mulu :')

Tue, 13 April 2021

Only Us (Who Made Me A Princess)✓Where stories live. Discover now