Chapter : 18

725 91 5
                                    

Happy Reading!



Carax terkikik geli ketika menulis sesuatu di kamar nya. Ia merasa sangat senang karena mengira setelah ini Lucas akan mulai memberi perhatian lebih kepada nya. Ia tidak lagi peduli akan norma dan pandangan orang lain kepada nya di kemudian hari. Ia mencintai Lucas. Dan itu adalah kebenaran.

Sedari dulu Carax selalu di jauhi orang-orang karena ia aneh. Tak jarang ia di ejek dan di bully oleh orang-orang di sekitarnya. Orang tua Carax bahkan tak lagi peduli akan nasib anak nya itu. Mereka berdua sibuk mengurusi kelahiran sang buah hati yang baru--dan mengabaikan Carax.

Carax selalu menanggung beban sendirian. Ia bekerja paruh waktu karena tak mendapat asupan uang yang cukup dari orang tua nya. Terkadang Carax berpikir, "Ayah mengapa aku berbeda?" Tidak! Bukan itu! Carax sering kali berpikir, "Untuk apa aku dilahirkan sementara orang-orang tak menginginkanku ada."

Mungkin karena itulah Carax tumbuh sebagai orang yang tertutup dan suram. Ia tak pandai bergaul, dan tidak terlalu mempedulikan pandangan orang lain terhadapnya. Dulu ia mengira stigma itu hanyalah omong kosong, kini ia menarik pernyataan nya itu kembali. Stigma itu ada dan nyata.

Tapi di tengah-tengah itu, Lucas muncul di hadapan nya. Mengulurkan tangan di saat orang lain jijik kepada nya. Interaksi yang singkat itu--bahkan tidak lebih dari 10 detik--berhasil membuat Carax ingin mengenal Lucas lebih dalam. Ia bahkan masuk ke SMP yang sama dengan Lucas, begitupun ketika masa SMA datang, tak tanggung-tanggung bahkan ia sekelas dengan sosok yang ia kagumi itu.

Dan ada saat dimana Carax ingin mengutarakan semua nya kepada Lucas--Athanasia kemudian datang di tengah-tengah itu. Carax tau bagaimana cara mereka saling memandang satu sama lain, perasaan mereka, dan interaksi mereka, Carax tau--kedua orang itu saling menyukai, ah mungkin saling mencintai satu sama lain.

Hal itu membuat kepala Carax terasa mendidih. Ada rasa tak terima ketika tau bahwa sang pujaan hati tak menaruh hati yang sama kepada nya. Sejak saat itu, ia mulai membenci Athanasia. Sangat-sangat benci.

Carax menutup buku yang baru saja ia kotori kesuciannya--dengan menulis kalimat-kalimat yang nanti nya akan ia jadikan sebagai penghancur hubungan Athanasia dan Lucas nya. Carax tidak pernah merasa bersemangat seperti saat ini. Ia terus meyakinkan di dalam hati nya bahwa rencana nya akan berhasil dan tidak akan gagal.

"Hehe~aku tidak sabar~"

Namun siapa yang tahu bukan? Setiap rencana mempunyai kecacatan tersendiri.


Lucas menatap tajam pemuda--lusuh-- yang kini tengah duduk di sampingnya. Baiklah, Lucas akui ternyata ia mempunyai jiwa-jiwa Psychopath (baca:mungkin) karena rasa ingin melenyapkan pemuda di sebelah nya ini kian membesar, sampai-sampai ia sempat berpikir untuk menjual organ pemuda--lusuh--tersebut.

Pasti kalian sudah bisa menebak siapa pemuda--lusuh--tersebut bukan?

"...."

"....Hey, Lucas. Apa kamu sudah mengerjakan pr kemaren? Kalau belum aku dengan senang hati memberi contekan kepadamu. Bilang saja, jangan ragu-ragu." Pe--Carax memberikan buku pr nya kepada Lucas, yang di balas oleh tatapan sinis dan ekspresi jijik dari sang empu penerima buku.

Lucas menghela nafas pelan. 'Hah.. Jujur saja aku lebih memilih mencium pipi si putih ubanan daripada harus berbicara dengan bencong lumutan ini,' gerutu Lucas di dalam hati--walau terdengar seperti asal-asalan.

Dengan terpaksa Lucas menerima buku pr yang di sodorkan Carax. Entah mengapa Lucas merasa seperti sedang merendam tangan nya di dalam kubangan tai serangga. Terasa menggelikan dan.......

....

Akhh! Pokok nya itu! Author lupa bahasa Indonesia nya apa :"D

"Lucas."

Lucas langsung menoleh ketika mendengar suara lembut perempuan menyapu pendengaran nya. Sebaliknya, Carax malah menatap remeh perempuan bermanik Sapphire dan berambut pirang nan bergelombang tersebut. Jelas sekali tergambar raut tidak suka di wajah suram nya itu.

Carax bangkit dari duduk nya. Mata nya mengerling benci kepada Athanasia. "Mau apa kau ke sini?" Tanya nya.

Jennette yang berdiri di samping Athanasia hanya memutar bola mata jengah. Kesal dengan sikap alay Carax. "Cih, harus nya Athanasia yang menanyakan hal itu kepadamu bocah suram!"

Carax mengalihkan atensi nya kepada Jennette, lalu tersenyum mengejek. "Rupa nya kau benar-benar membantu mereka ya, kukira kau kehilangan rasa malu mu."

Athanasia menahan Jennette yang hampir saja meninju wajah brengsek Carax. Ia benar-benar tak habis pikir dengan pemuda sok tahu itu. Rasa nya Jennette ingin sekali menguliti lalu menjual organ pemuda itu. Lumayan untuk beli komik BL kesukaan nya.

"Sudah lah." Ujar Lucas menengahi--berusaha terlihat tenang.

Carax yang mendengar itu sontak menatap Lucas dengan tatapan yang berbunga-bunga. Ia pikir Lucas sedang membela nya. Tapi itu kan--

BUAAKK

--tidak mungkin.

Lucas meninju pipi Carax dengan sekuat tenaga. Hal itu berhasil membuat Carax terpelanting lalu menabrak meja di belakang nya. Murid lain yang terkejut langsung menaruh perhatian pada Lucas. Mereka berbisik-bisik satu sama lain--saling menanyakan apa yang barusan terjadi, dan kenapa Lucas sampai meledak begitu.

Athanasia yang menyadari mereka mulai menjadi pusat perhatian langsung menghentikan Lucas--sebelum hal yang tak di inginkan terjadi.

"Lucas sudah lah. Orang-orang mulai mengerubungi kita!"

"Ti--"

"TIDAK BISA BEGITU! BAJINGAN INI HARUS DI BERI PELAJARAN!" Sorak Jennette tidak setuju.

Lucas dan Athanasia menoleh kaget ke arah Jennette. Gadis bersurai coklat itu kini tengah memukul-mukul pelan kedua pipi Carax--yang sudah tak sadarkan diri. Kedua manik nya menatap tajam pemuda suram di hadapan nya. Kemaren Jennette sudah bilang pada Lucas untuk menyisakan bagian untuk diri nya. Tapi Lucas malah memasukkan cabai ke dalam mulut nya yang tengah berbicara, sambil berkata "Lebih baik kau diam, atau ku lempar ke kumpulan pedofil di luar sana."

Dan lihat lah sekarang. Jennette hanya bisa menatap tajam Lucas yang kini tengah berdebat dengan kekasih nya.

"Cih! Padahal aku sangat ingin tahu rasa nya memukul manusia." Jennette biasa nya hanya memukul setan di rumah Anastacius yang angker itu. Canda.


Singkat cerita, Lucas dibawa ke ruang BK dan di skors selama 1 minggu. Awalnya ia membantah dan tak ingin di skors, tapi ketika mengingat ia bisa bersantai sambil main game di rumah, akhirnya Lucas mengiyakan. Guru-guru bahkan dibuat bingung oleh perubahan sikap yang sangat mendadak itu.

"Jadi.. kita tidak akan bertemu selama seminggu?" Tanya Athanasia kepada Lucas sepulang sekolah.

"Hem yah.. hanya di sekolah."

Athanasia memukul kepala Lucas--yang berhasil membuat sang empu mengumpat karena kaget--lalu berkata, "Kau di rumah saja. Aku ingin menghabiskan waktu bersama Jennette. Dan jangan membantah!"

Lucas yang baru ingin protes langsung terdiam ketika mendengar kalimat terakhir Athanasia. Hati nya terasa seperti di tusuk duri ketika tahu ternyata sang pujaan hati tak lagi membutuhkan nya. "Jahat nya.."

To Be Continued



......

/kehilangan kata-kata di chapter ini saking ga nyambung nya.

Yah..inti nya..

Jangan lupa Vote dan komen nya~

Chapter berikut aku update sesegera mungkin.

Dah..

Wed, 10 March 2021

Only Us (Who Made Me A Princess)✓Where stories live. Discover now